x

Ilustrasi tentang kesehatan mental sumber:pixabay

Iklan

Daniel Kurniawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 November 2020

Selasa, 10 Januari 2023 06:27 WIB

Jangan Takut Tiko, Ibumu Ada di Tempat yang Tepat

Artikel ini berisi tanggapan penulis akan situasi Tiko dan ibunya. Ini pengalaman penulis menghadapi persoalan kesehatan mental dan ikhtiar penyembuhan. Berada di rumah sakit membuat pasien tenang dan nyaman. Ada terapi untuk membantu kesmebuhan. Semoga penulis dapat menginspirasi orang-orang di sekitar untuk hidup lebih baik lagi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

 

Tiko, Jangan Takut ! Ibumu akan Sembuh !.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kasus Tiko dan ibunya dengan penyakitnya adalah persoalan yang terkait dengan gangguan jiwa. Pengalaman Tiko itu adalah contoh bagaimana masyarakat masih menganggap orang dengan gangguan jiwa sebagai “gila”. Penulis kaget mengapa dalam waktu yang cukup lama Tiko dan ibunya tidak mendapat pertolongan para ahli. Namun, kini Tiko dan ibunya sudah mendapat pertolongan itu dan tidak perlu risau karena rumah sakit adalah solusi tepat mengatasi persoalanmu.

Penulis pernah mengalami hal serupa, yaitu menyintas kesehatan mental. Saya ingin berbagi pengalaman bagaimana bertahan dengan keadaan seperti ini meski keluar-masuk rumah sakit lima kali hingga sekarang. Penulis mengalami diagnosis berbeda dari dokter yang menangani, mulai depresi gejala psikotik, scizoafective, dan bipolar. Pada akhirnya saya mengetahui keadaan sebenarnya, yakni mengalami depresi berat gejala psikotik.

Penulis mengalami trauma menyakitkan pada usia 18 tahun karena rembetan dari pengalaman pola asuh, korban bully, dan ketidaksanggupan menjalani kehidupan. Saya merasa bersyukur mendapat pertolongan dokter, perawat, co-as, karyawan, keluarga, dan orang di sekitar hingga sembuh, walau banyak stigma negatif yang menerpa tentang gangguan jiwa.

ODGJ dan gangguan mental merupakan penyakit yang katanya susah sembuh. Banyak stigma muncul bila seseorang terkena gangguan mental. Stigma pertama adalah “Lu kenapa? Gila lu ya." Stigma kedua penyakit mental dan kejiwaan tergantung diri sendiri jadi, ya, harus sembuh. Kalau bukan dengan bantuan diri sendiri lalu bantuan siapa, dong?

Stigma berikut adalah, “Jangan Stress dong masak masalah gitu doang lu seperti itu? Kan lu punya Tuhan?” Berbagai ungkapan yang ditulis itu menverminkan orang lain menganggap enteng masalah ini. Alhasil Penulis juga ketakutan untuk bekerja selama ini akibat stigma masyarakat yang tidak enak. Namun penulis bersyukur bisa menyelesaikan studi di Universitas Indonesia dalam waktu 5,5 tahun.

Penulis mulai merasa trauma karena pengalaman menyakitkan ini dari 2016. Penulis sempat tidak mau minum obat dan kontrol kembali, karena urusan kuliah dan rumah penulis di Jakarta yang memaksa penulis untuk PP. Penulis merasakan penyakit ini kambuh kembali saat masa corona. Penulis merasakan ketidaksanggupan membuat skripsi akibat gagal paham mata kuliah. Penulis merasa lemah dan akhirnya harus kontrol sampai sekarang dan sempat menjalani rawat inap sampai lima kali di rumah sakit unit perawatan jiwa.

Awalnya berat untuk menjalani rawat inap karena akan muncul stigma yang parah. Juga karena keluarga yang sedih melihat penulis sampai masuk. Namun itu semua cuma stigma saja. Penulis merasa senang diterima baik oleh perawat, dokter, koas, dan bagian administrasi bangsal. Penulis merasa diperlakukan secara normal. Saya bisa main uno, monopoli, ular tangga, dan kartu bersama. Saya juga merasa bakat terpendam bisa tersalurkan di rumah sakit, yaitu bermain pingpong. Pernah ada kelakar untuk penulis begini, “Masuk Rumah sakit bukannya sembuh malah jago main pingpong”. Penulis merasa bahwa disamping skill penulis yang meningkat, penulis mengalami kesembuhan.

Berada di rumah sakit bisa membuat pasien seperti penulis tenang dan nyaman. Penulis dapat berinteraksi dengan koas yang seumuran dan membicarakan banyak topik antara generasi millenial. Penulis belajar untuk melakukan refleksi harian sehingga terbantu mengungkapkan perasaan dan masalah. Ada terapi untuk membantu penulis secara baik. Disamping itu ada fasilitas makan tiga kali dan dua snack secara teratur.  itu semua membuat syaa merasa senang dan membantu penyembuhan.

Berbagai macam fasilitas dan ketenangan membuat penulis  gampang bercerita. Penulis juga bisa berinteraksi dengan semua orang tanpa ada beban di luar masyarakat. Bahkan setelah masuk rumah sakit penulis menjadi pribadi yang baru. Saya bersyukur bisa melewati masalah ini.

Saya juga bisa belajar memahami situasi pasien lain dan  menjadi pendengar yang baik bagi mereka. Penulis mendapat bimbingan rohani dan belajar tentang kehidupan serta bagaimana menghadapi sebuah masalah. Mislanya saat kesal karena ada hal yang tidak mengenakkan, saya diminta tarik nafas dan rileks lalu sampaikan ke orang yang menyakiti tersebut dengan baik-baik.

Penulis juga belajar untuk tidak mengentengkan suatu masalah melainkan diminta menghadapi berbagai persoalan. Saya akhirnya berkesimpulan rumah sakit unit psikiatri bukanlah tempat untuk orang gila melainkan orang yang belum tahu menghadapi persoalan dan lebih penting lagi tempat penyembuhan.

Tulisan ini merupakan pengalaman penulis dalam menghadapi kesehatan mental.  Semoga pengalaman ini dapat membantu orang-orang yang membaca untuk hidup lebih baik dan bersyukur atas berbagai macam situasi dan menginspirasi siapa pun. Pesan ini ditunjukkan bukan hanya untuk Tiko dan keluarga melainkan semua orang agar menjadi inspirasi bagi siapapun untuk melewati semua ini.

Saya berharap tidak ada masyarakat yang mendiskreditkan siapapun yang mengalami kesehatan mental dan menganggap enteng segala persoalan. Penulis juga berharap kalau butuh pertolongan segera menemui dokter dan yang bisa menghadapi masalah ini karena semua orang mau mendengarkan cerita kamu. Salam sehat dan semangat selalu!

Ikuti tulisan menarik Daniel Kurniawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu