x

Sumber ilustrasi: tapestrygirls.com

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 20 Januari 2023 23:00 WIB

Bulan Neon

Andi bersandar di konter dapur, berlatih menjentikkan tutup botol, dan merenungkan bulan neon. Benda itu berada di atas microwave di dekat wastafel, tepat di tempatnya sejak dia masih kecil. Tingginya sekitar setengah meter, belum termasuk alas yang menopangnya berdiri tegak. Dibuat dari sepotong pipa kaca, sisi belakang bulan melengkung ke atas membentuk bintang kecil di atasnya, lalu melengkung kembali ke bawah di sisi depan bulan sabit ke dasar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Andi bersandar di konter dapur, berlatih menjentikkan tutup botol, dan merenungkan bulan neon.

Benda itu berada di atas microwave di dekat wastafel, tepat di tempatnya sejak dia masih kecil. Tingginya sekitar setengah meter, belum termasuk alas yang menopangnya berdiri tegak. Dibuat dari sepotong pipa kaca, sisi belakang bulan melengkung ke atas membentuk bintang kecil di atasnya, lalu melengkung kembali ke bawah di sisi depan bulan sabit ke dasar.

Andi tidak tahu bagaimana seniman itu membuatnya, tetapi pipa yang membentuk bulan bersinar biru sedangkan pipa yang membentuk bintang bersinar kuning.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Orang tuanya tidak pernah mematikannya, dan pada larut malam ini, dengan seisi rumah yang sunyi dan gelap, Andi tidak perlu repot-repot menyalakan lampu dapur ketika dia masuk dari pintu belakang. Cukup cahaya bulan yang memandu.

Dia mengeluarkan teh botol dari lemari es, membuka tutupnya perlahan agar tidak membangunkan orang tuanya, dan kemudian bersandar ke konter.

Orang tuanya membeli bulan itu di pameran seni dan kerajinan belasan tahun lalu, ketika mereka baru menikah. Mereka suka menceritakan kisah tentang bagaimana mereka saat itu sebenarnya tidak mampu membelinya, tetapi mereka yakin harus memilikinya. Benda itu telah menjadi simbol cinta keduanya. Sesuatu tentang cinta mereka satu sama lain bahkan melebihi bintang dan bulan

Setiap mendengar cerita yang diulang-ulang itu, Andi jadi ingin muntah.

Dia mengangkat tangannya dan menjentikkan tutup botol ke wastafel. Tiga poin!
Itu adalah trik yang baru saja dia pelajari, memegang tepi tutup botol di antara ibu jari dan telunjuk, lalu menjentikkan jari tepat untuk menembakkan tutup botol berputar ke sasaran.

Andi lulus SMA sekitar sebulan yang lalu. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berkumpul dengan teman-temannya, pergi ke bantaran banjir kanal di sore hari, berkeliling kota di malam hari. Dia telah menantikan hari-hari seperti ini sepanjang tahun di kelas dua belas dan sekarang rasanya waktu berjalan dengan cepat. Bahkan tampaknya hari-hari bagai terbang dan kemudian liburan berakhir.

Dia telah diterima di sebuah perguruan tinggi di ibu kota provinsi tetangga, tetapi dalam minggu-minggu sejak lulus, dia berubah pikiran.

Selama ini, dia  dan teman-temannya selalu mengeluh tentang tinggal di kota kecil ini: betapa membosankannya, tidak mungkin terjebak seperti orang tua mereka, tapi sekarang dia tidak begitu yakin lagi. Mungkin dia belum siap untuk kota besar dan universitas besar. Mungkin dia harus mendapatkan pekerjaan dan tinggal di kampung halamannya untuk sementara waktu

Orang tuanya akan mengomel tentang hal itu, tetapi dia tahu mereka akan membiarkan dia tinggal untuk sementara waktu jika dia benar-benar merengek. Dia berjalan ke wastafel dan mengambil tutup botol, lalu kembali bersandar ke konter. Melihat bulan neon, dia memikirkan orang tuanya.

Dia tahu mereka akan selalu mencintainya, tetapi apakah mereka akan marah jika dia memutuskan untuk tidak melanjutkan ke perguruan tinggi? Dia benar-benar tidak tahu apa yang ingin dia lakukan.

Andi Dia mengangkat tutup botol, membidik wastafel lagi. Dia menjentikkan jarinya dan benda itu melesat jauh, tetapi bidikannya meleset dan tutup botol terbang lurus ke bulan yang bersinar. Terdengar bunyi ‘pluk’ keras dan denting kaca pecah, dan ruangan menjadi gelap.

Tertegun, dia berdiri membeku di tempat, tak percaya bahwa peristiwa mustahil ini sebenarnya baru saja terjadi.

Di lorong menuju kamar tidur, dia mendengar bunyi kaki menyentuh lantai, lalu suara ibunya, “Andi? Suara apa itu?”

Dalam sekejap, pikirannya memainkan seluruh adegan yang akan terjadi di dapur ketika orang tuanya melihat bahwa dia baru saja menghancurkan simbol pernikahan mereka, jimat cinta mereka. Ibunya akan menangis, tidak diragukan lagi, dan ayahnya akan memberinya ceramah lagi tentang tanggung jawab dan bagaimana menimbang rasa bagi orang lain. Namun, meski perutnya mulai bergolak ingin muntah, dia terkejut karena sekaligus timbul rasa lega yang tumbuh mengalahkan rasa mualnya.

Dia mungkin telah memecahkan bulan neon, tetapi dalam sekejap kaca yang pecah itu, dan semua yang diwakilinya tentang hidupnya hingga saat ini, tampaknya juga telah mematahkan cengkeraman terakhir yang dimiliki masa kecilnya. Dia tahu sekarang, bahwa dia akan pergi ke perguruan tinggi hanya dalam beberapa minggu.

Tiba-tiba saja dia merasa siap untuk pindah.

 

 

Bandung, 20 Januari 2023

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler