Kkita harus tahu bahwa kemiskinan bersifat multidimensional dan multisektora, yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Faktor-faktor itu seperti tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses ke barang dan jasa, lokasi, geografi, jenis kelamin dan kondisi lingkungan. Kemiskinan dapat menunjukkan kondisi individu, kelompok, dan kondisi kolektif masyarakat. Kemiskinan yg masif & parah umumnya terjadi pada negara berkembang, tetapi masih ada bukti bahwa kemiskinan pula terjadi pada negara maju.
Di negara berkembang, kemiskinan terkait erat dengan aspek struktural. Misalnya sistem ekonomi yang tidak adil, praktik KKN (korupsi, konspirasi dan nepotisme), diskriminasi sosial, kurangnya jaminan sosial dll. Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan, mengatakan kenaikan angka kemiskinan terkait erat dengan percepatan inflasi. Dalam hal ini, perekonomian Indonesia menghadapi tekanan inflasi pada tahun 2022 akibat kenaikan harga barang secara global, terutama energi dan pangan, akibat perang di Ukraina yang sedikit meningkatkan angka kemiskinan, namun masih dapat dibendung. .
Dibandingkan dengan banyak negara lain, seperti negara-negara Eropa, yang mencatat rekor tertinggi dalam empat dekade terakhir, kenaikan inflasi di Indonesia jauh lebih moderat. Hal ini terutama disebabkan oleh pentingnya peran anggaran pemerintah dalam memitigasi inflasi global melalui Mekanisme Dukungan Energi dan alokasi belanja untuk stabilisasi harga pangan.
Pada September 2022, angka kemiskinan mencapai 9,57 persen atau bahkan 26,36 juta orang di bawah garis kemiskinan. Tingkat kemiskinan sedikit meningkat dari Maret 2022 (9,54%) tetapi lebih rendah dari tingkat kemiskinan pada September 2021 (9,71%). Garis kemiskinan meningkat cukup besar 5,95 persen menjadi Rp535.547 pada September 2022 dari sebelumnya Rp505.468 pada Maret 2022.
Secara regional, angka kemiskinan sedikit meningkat pada September 2022 di perkotaan dan perdesaan. Tingkat kemiskinan di perkotaan naik menjadi 7,53 persen (Maret 2022:7,5%). Proporsi penduduk miskin pedesaan juga naik menjadi 12,36 persen (Maret 2022:12,29%).
“Kenaikan tipis angka kemiskinan pada September 2022 tidak terlepas dari percepatan inflasi pangan pada Juni, Juli, Agustus, dan September yang mencapai puncak 11,5% pada Juli 2022. Keputusan pemerintah menaikkan subsidi energi menjadi Rp551 triliun, yang merupakan faktor kunci dalam mempertahankan angka kemiskinan.
Sementara itu, kesenjangan penduduk Indonesia (rasio gini) tercatat sebesar 0,381 pada September 2022, lebih rendah 0,003 poin persentase dibandingkan Maret 2022 (0,384). Penurunan rasio gini didorong oleh penurunan ketimpangan perkotaan dan pedesaan, keduanya turun tipis sebesar 0,001 dari level Maret 2022. “Upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif tercermin dari penurunan ketimpangan baik di perkotaan maupun perdesaan. Bahkan, ketimpangan di perdesaan terus membaik dibandingkan sebelum pandemi,” kata Febrio.
Inflasi volatile food diprakirakan menurun signifikan mulai September 2022 (9,0% yoy) hingga Desember 2022 (5,6% yoy), dan tingkat kemiskinan juga diperkirakan akan kembali menurun ke depan. Hal ini juga didukung dengan kondisi kerja yang membaik, dimana Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik menjadi 68,63 persen pada Agustus 2022, membantu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Ke depan, diharapkan pemerintah melanjutkan perlambatan inflasi dan menggenjot pengeluaran pada triwulan I 2023 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.
Ikuti tulisan menarik Ringgo Saprianto lainnya di sini.