x

Iklan

Didi Adrian

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 5 Februari 2023

Minggu, 12 Februari 2023 10:50 WIB

Orang Gila yang Dihamili Hantu

Kabar kehamilan Markomah meluas makin lebar hingga terdengar oleh anggota Dewan Kota yang terhormat dan terlebih lagi oleh kaum yang mulia, cerdik pandai, sesepuh dan pemuka agama. Bagaimana mungkin di kota ini, kota yang santun, bermartabat dan berakhlak mulia bisa terjadi kejadian macam itu?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Orang memanggilnya Markomah, tak ada yang tahu nama jelasnya. Yang jelas orang pasar tahu bahwa dia gila. Anak-anak sering mengolok-olok saat dia lewat di depan pasar, “Betina gila..betina gila..!”

Entah dia paham olok-olok itu atau merasa kesenangannya menyendiri terganggu, kadang-kadang dia marah dan mengejar gerombolan anak-anak usil yang rajin mencaci-maki orang gilaseperti dia. Sambil mengejar anak-anak yang kocar-kacir, Markomah pun melontarkan perbendaharaan kata-kata yang biasanya tidak jauh-jauh dari selangkangan dan penghuni kebun binatang.

Namanya juga orang gila, jelas dia tak kenal aturan dan pergi kemana suka yang dia mau. Orang pasar tahu kehadiran dia sekitar enam bulan lalu dan yakin dia gila setelah acap mendapati dia mengorek-ngorek sampah di depan pasar setiap sore. Jika menemukan bekas-bekas kue dan makanan basi dia wadahi kantong plastik dan kemudian duduk menikmati santapan menepi di samping gardu satpol PP dekat pasar. Pada pagi hari, Markomah biasa bermenung di bawah pohon beringin di alun-alun kota, sambil meracau tak jelas, lalu tersenyum-senyum simpul sendiri. Adakalanya kelopak matanya menggelembung setelah semalaman menangis berlarat-larat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kendati tampilannya kumal dan bau, rambut bergerombol lengket macam ijuk basah, bekas daki dan keringat menghitam sekujur wajah dan lipatan tubuhnya, namun ada tempo-tempo diakelihatan berbeda. Saat dia mengenakan baju terusan atau kaos bekas yang masih kelihatan bersih pemberian dari ibu-ibu atau pedagang pasar yang kasihan padanya. Saat itu, ada pesona masa lalu berkedip lemah dari wajah gilanya. Memang dia tampak beda dengan orang gila lainnya. Markomah pendiam, lebih banyak tersenyum-senyum sendiri sambil melamun. Hanya ngamuk dan muntab saat diganggu anak-anak usil atau bujang-bujang pasar yang berahi.

Orang memanggilnya Markomah, tak ada yang tahu nama jelasnya. Tak ada yang tahu umur jelasnya. Yang jelas orang pasar tahu bahwa dia gila. Penampilannya memang kotor dan kumal, tapi wajahnya kelihatan muda. Tidak jelek-jelek amat dan tidak bagus-bagus amat. Ada rona terang warna kulitnya, dengan potongan rambut sebahu, kadang diikat kuncir kuda.

Lebih tak jelas lagi asal-usulnya dan riwayat kegilaannya. Yang jelas dia tiba-tiba saja muncul di lingkungan pasar kabupaten enam bulan lalu. Banyak juga yang mulai merasa kasihan, sembari mencari tahu siapa dia, siapa keluarganya, apakah tidak dicari oleh keluarganya, mengapa dia datang ke kota ini. Namun semua ingin tahu berujung sama, Markomah hanya senyum-senyum simpul dengan muka memerah sambil bergumam, ”Mah...mah.” Itu saja. Bisa jadi itu sebabnya orang pasar memanggilnya Markomah. Hal lainnya tak seorangpun yang peduli. Apa gunanya peduli sama orang gila.

Orang memanggilnya Markomah, tak ada yang tahu nama jelasnya. Yang jelas dia sering berdiam di bawah pohon beringin tua di alun-alun kota. Pohon beringin yang dikeramatkan oleh penduduk kabupaten itu. Dilihat dari kejauhan sosoknya besar dan rimbun dengan akar gantung yang ramai menghias ketiak-ketiak dahannya. Jika malam, di bawah tembakan sinar lampu sorot alun-alun, pohon beringin tua itu melempar jauh-jauh bayang dirinya ke trotoar alun-alun macam makhluk antah-berantah. Semakin menjadi-jadilah aura keramatnya.

Orang pasar berkisah, katanya berbagai rupa makhluk tinggal di dalam pohon beringin itu. Dari pangeran kegelapan, raja purbakala, peri-peri cantik, budak-budak kecil telanjang hingga jin-jin tanpa muka. Semua serba katanya. Yang jelas orang pasar takut, anak kecil lebih takut dan merinding melintas dekat-dekat pohon beringin itu, semua pasti jalan bersicepat jika melewatinya. Tapi tidak bagi Markomah, pohon beringin itu menjadi rumah yang nyaman bagi dia, berdiam di bawahnya saat panas terik sungguh adem. Malam hari dia betah berlama-lama mengoceh sendiri sampai ngantuk dan tertidur pulas dibelai-belai.

Markomah muncul di kota kabupaten itu enam bulan lalu. Kota yang santun, bermartabat dan berakhlak mulia. Itu bukan katanya, karena terbaca jelas di gerbang kota. Kota santun, bermartabat dan berakhlak mulia. Markomah tak paham itu dan tak jelas baginya. Yang jelas, dia sekarang merasa gampang lelah dan ada gundukan di perutnya yang makin hari makin besar dan berat dibawa-bawa. Belum lagi dia merasa tonjolan daging di dadanya makin bengkak dan pucuknya terasa nyeri-nyeri. Kadang-kadang perutnya yang menggelembung dia elus-elus dengan heran dan kasihan. Entah kasihan pada dirinya atau heran kenapa tiba-tiba menggelembung.

Entah ingat entah lupa saat satu gerombolan berseragam menjadi begitu baik padanya bulan-bulan lalu. Memberi makan dan membuat dirinya bersih dengan daster bekas layak pakai. Entah sadar entah mimpi saat sesudah itu, gerombolan itu memberi rasa sakit yang menyenangkan di bagian tubuhnya. Tak jelas.

Yang jelas tampilan Markomah mulai berbeda. Kendati perawakannya kecil, kotai kurang gizi tapi perbedaan itu nampak jelas. Daster kumal yang dipakainya tak mampu menyembunyikan perbedaan itu. Ibu-ibu dan pedagang pasar mulai bergunjing. Markomah hamil. Tadinya pergunjingan itu hanya seperti gerimis halus namun lama kelamaan menderas, membanyak dan ramai hingga semua seisi kota tahu. Markomah hamil.

Kabar kehamilan Markomah merayap cepat seperti api menggerayangi melumat jerami kering. Sulit diterima akal bagaimana mungkin orang gila seperti Markomah kemudian hamil. Sulit diterima akal segila apa atau sewaras apa orang yang menghamili orang gila seperti Markomah.

Tapi ya, begitulah yang jelas Markomah hamil dan makin hari dia sendiri makin tersiksa dengan kehamilannya. Membuatnya tak bisa lincah lagi bergerak dan ngelayap kemana dia suka. Makin banyak ibu-ibu dan orang pasar yang jatuh iba akan nasibnya dan berusaha berbuat sesuatu membantu Markomah. Masih ada juga orang waras yang peduli dengan orang gila ternyata. Karena jelas sesama orang gila tak mungkin saling bantu.

Kabar kehamilan Markomah meluas makin lebar hingga terdengar oleh anggota Dewan Kota yang terhormat dan terlebih lagi oleh kaum yang mulia, cerdik pandai, sesepuh dan pemuka agama. Bagaimana mungkin di kota ini, kota yang santun, bermartabat dan berakhlak mulia bisaterjadi kejadian macam itu?

“Semua penduduk di kota ini” demikian kata pemuka agama. “Masyarakat, tua muda, besar kecil, laki perempuan, kaya miskin, sehat sakit, mati hidup adalah orang-orang yang santun, bermartabat dan berakhlak mulia!” demikian pemuka agama menyebut tegas-tegas. Bagi mereka kejadian misteri hamilnya Markomah adalah aib, adalah menistakan keyakinan dan pemahaman mereka akan kota yang santun, bermartabat dan berakhlak mulia.

Markomah jelas orang gila, tapi kehamilannya menjadi tidak jelas. Ini harus dibuat jelas agar keyakinan mereka yang jelas akan kesantunan, kemartabatan dan kemuliaan akhlak tidak ternoda.

Bahkan baru kali ini, sampai-sampai kelompok cerdik pandai, lembaga sosial pembela masyarakat, bantuan hukum, para yang mulia dan anggota Dewan mulai peduli dengan nasib orang gila. Bukan apa-apa, pertaruhan akan kesucian kota santun, bermartabat dan berakhlakmulia adalah harga mati.

Dalam pertemuan maraton setelah dua hari bersidang dan nyaris menemui jalan buntu, muncul satu gagasan brilian dari cerdik pandai bahwa semua kejadian, peristiwa hamilnya Markomah adalah akibat ulah dia sendiri. Akibat kesenangan dan pilihan dia sendiri yang suka menyepi dan berdiam di bawah pohon keramat itu. Sudah tahu betapa keramat dan mistisnya pohon beringin tua itu, tak ada orang waras yang berani berlama-lama di dekatnya, Markomah malah tinggal dan tidur di dalamnya. Mana tahu ada penghuni pohon keramat yang tergiur kemolekan tubuhnya.

Atau Markomah sendiri yang menggoda mereka dengan kelakuan gilanya hingga kemudian mahkluk-makhluk gasang mengumbar nafsu pada orang gila hingga jadilah benih-benih kehidupan dalam perut Markomah. Ya sudah jelas sekarang. Yang menghamili Markomah adalah hantu-hantu!

Anggota dewan, yang mulia, cerdik pandai, sesepuh dan pemuka agama menjawab serentak: “Ya..ya..ya. Sudah jelas!” Bukankah kita semua sudah pernah diceritai sedari kecil bahwa hantu bisa berubah wujud jadi apa saja yang mereka mau. Jika dia menyaru sebagai pangeran tampan rupawan, gagah mempesona dan sangat memikat, kemudian muncul saat malam-malam buta berjumpa dengan Markomah, siapa yang tahu?

Anggota dewan, yang mulia, cerdik pandai, sesepuh dan pemuka agama menjawab serentak: “Ya..ya..ya. Siapa tahu?”

Jadi, pungkas si cerdik pandai itu, Markomah hamil karena hantu dan kesucian kota kita yang santun, bermartabat dan berakhlak mulia tetap terjaga, tak ternoda setitikpun. Mari kita sebarkan kabar dan keputusan sidang ini agar semua menjadi jelas dan tidak ada lagi desas-desus, kabar angin tidak jelas tentang kehamilan Markomah dan siapa yang harus bertanggung-jawab.

Yang juga menjadi jelas lagi bahwa dinas sosial kota akan merawat kehamilan Markomah baik-baik, hingga tiba saatnya dia melahirkan. Kita semua tentu ingin tahu seperti apa nanti anak yang dilahirkan Markomah.

Demikianlah satu masalah orang gila terselesaikan di kota kabupaten itu. Kumandang akhir sembahyang Ashar belum hilang melantun dari ruang pendengaran saat langit bergemuruh seakan merutuk tak kuat lagi menahan beban awan hitam yang bergelayut sedari siang. Hujan turun.

Markomah meringkuk diam, berteduh di bawah pohon beringin tua di tengah alun-alun kota. Tubuhnya bergelung serupa bundaran kaki seribu dengan lutut ditekuk rapat-rapat ke badannya. Butir-butir halus merambat turun perlahan seturut panjang pendek akar udara pohon beringin itu. Sambil meringkuk susah payah terganjal perutnya, Markomah senang mengamati butiran air yang terhempas ke tanah satu demi satu dengan irama suara kosmis yang indah. Dia tersenyum.

Ikuti tulisan menarik Didi Adrian lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler