Mahasiswa Universitas Diponegoro, Taniqi Yuhendra Putri, kenalkan Ovitrap untuk cegah penyakit demam berdarah dengue. Ide ini dipresentasikan kepada kader Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga dan kader Pos Pelayanan Terpadu di Pondok Bersalin Desa Bade pada Sabtu, 21 Januari 2023.
Program kerja Kuliah Kerja Nyata ini, katanya, didasarkan pada merebaknya penyakit tersebut di Desa Bade. "Ada beberapa kasus DBD berdasarkan data dari Puskesmas dan para kadus (kepala dusun)," ujarnya pada Sabtu, 21 Januari 2023.
Ovitrap adalah perangkap jentik nyamuk Aedes. Aedes betina bakal masuk ke ovitrap karena tertarik keberadaan air dan atraktan. Nyamuk nantinya bakal bertelur di media yang disiapkan, dan menetas di sana.
"Tapi karena ada larutan gula dan ragi di situ, jentik nyamuk tidak bisa berkembang jadi nyamuk dewasa," katanya.
Selain memperkenalkan ovitrap, ia juga mensosialisasikan soal ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. "Aegypti hanya menghisap darah manusia, sedangkan albopictus menghisap darah manusia dan darah hewan," sebutnya.
Nyamuk Aedes bisa menularkan DBD jika orang yang terinfeksi dihisap darahnya oleh nyamuk. Kemudian nyamuk menghisap darah orang yang tidak terinfeksi.
"Penularan hanya melalui nyamuk. Bukan orang ke orang, ya," ujarnya.
Orang yang terkena DBD umumnya mengalami demam tinggi, 38 derajat celcius. Selain itu, penderita DBD juga mengalami sakit kepala berat, nyeri otot, mual, dan nyeri ati. Muncul juga tanda-tanda pendarahan Seperti mimisan, gusi berdarah, dan timbul bintik-bintik merah pada kulit.
"Umumnya, DBD memiliki 3 fase dalam kurun 2-7 hari setelah terinfeksi," ujar Taniqi.
Ia berharap, ovitrap dapat mengurangi kasus DBD di Desa Bade. "Semoga hal ini juga disebarluaskan oleh para kader," tuturnya.
Ikuti tulisan menarik taniqiyp lainnya di sini.