x

Sumber ilustrasi: pinterest.com

Iklan

Ikhwanul Halim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 23 Februari 2023 07:19 WIB

Gadis Jam Pasir

Mungkin gadis itu tidak lahir di dalam jam pasir. Mungkin seseorang menempatkannya di sana pada bulan-bulan setelah kelahirannya. Dia tidak tahu dan tidak peduli. Dia ingat belaian tajam butiran pasir di kulitnya dan dunia aneh dan misterius, gelap dan merenung, di luar kaca. Tapi dunia tidak terlalu besar. Belakangan, dia mengetahui bahwa jam pasir itu disimpan di dalam lemari.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mungkin gadis itu tidak lahir di dalam jam pasir. Mungkin seseorang menempatkannya di sana pada bulan-bulan setelah kelahirannya. Dia tidak tahu dan tidak peduli. Dia ingat belaian tajam butiran pasir di kulitnya dan dunia aneh dan misterius, gelap dan merenung, di luar kaca. Tapi dunia tidak terlalu besar. Belakangan, dia mengetahui bahwa jam pasir itu disimpan di dalam lemari.

Pada usia sekitar enam tahun—sulit mengukur waktu ketika tidak ada yang membalik jam pasir—dia dipindahkan ke jam saku mekanis. Sungguh mengerikan baginya: panas dan sempit dan tidak ada yang bisa dilihat selain roda gigi. Tidak ada artinya dalam gila kerja mereka. Untungnya, itu tidak berlangsung lama. Dalam beberapa minggu, gadis itu berakhir di jam kukuk. Sungguh melegakan.

Banyak ruang, dan burung kukuk tidak mengganggu gadis itu. Dia hanya menceritakan kisahnya tentang dunia luar yang diamatinya saat mengumumkan waktu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gadis itu senang mendengar tentang kamar besar tempat mereka tinggal: jendela-jendela dengan hiasan kaca yang indah, kotak di bawah jendela, menara jam di seberangnya dengan jam raksasa yang berdentang dengan suara tegas dan penuh percaya diri.

Tapi Gadis Jam Pasir terutama menyukai cerita tentang hutan tempat burung kukuk tumbuh sebelum ditangkap dan dipenjarakan dalam jam. Kukuk bercerita tentang binatang liar dan ganas, tupai, burung pipit, kelinci, dan tentang bunga ajaib Anchusa yang dapat mengubah kayu, batu, dan logam menjadi makhluk hidup.

Pada usia tujuh belas tahun, gadis itu bertemu dengan seorang anak laki-laki yang tinggal di menara jam di seberang alun-alun.

Ceritanya, suatu pagi ketika anak laki-laki itu mengetuk kadang jamnya. Dia belum pernah melihat lelaki seukurannya dari dekat. Atau manusia sekecil atau setampan itu. Dan dia juga punya sayap. Bahkan burung kukuk tidak punya sayap.

"Kamu cantik," katanya. "Kamu lebih cantik dari iPhone-ku." Gadis Jam Pasir tidak tahu apa itu iPhone, tapi dia menikmati suaranya. Dan dia tersipu.

"Nama saya Him. Siapa namamu, nona cantik?”

Gadis Jam Pasir membungkuk.

Dia naik ke punggung Him, dan Him menerbangkannya ke menaranya. Dia melihat banyak topi bergerak di bawah dan beberapa binatang besar yang disebut Him ‘mobil’.

"Berjanjilah untuk tidak pernah berjalan melintasi alun-alun," katanya. "Atau pejalan kaki akan menginjakmu, dan mobil melindasmu."

Dia tidak tahu apa itu ‘pejalan kaki’ dan apa, jika ada, hubungannya dengan topi bergerak, tapi tetap dia berjanji.

Him menunjukkan kamarnya, iPhone-nya, dan lemari yang penuh sayap dengan berbagai warna.

iPhone itu tampak seperti cermin raksasa, jauh lebih tinggi dari Gadis Jam Pasir, tetapi ada gambar di dalamnya.

Pada malam perkawinan mereka, Him mencondongkan tubuh ke jalan dan berteriak, "Aku mencintai istriku!"

Gadis Jam Pasir tersipu.

Him berbalik dan kepalanya dihantam oleh pendulum.

“Kalau menulis dengan huruf besar semua berarti berteriak, maka kalau semua huruf kecil berarti berbisik,” kata Him sebelum meninggal. "Aku mencintaimu. Kata sandi untuk iPhone ditato di telapak tanganku.”

Gadis Jam Pasir memutuskan dia harus menghidupkan Him kembali. Dia harus menemukan bunga ajaib Anchusa.

Dia memakai sayap Him tetapi tidak tahu cara terbang. Dia memanjat dinding menara, melintasi alun-alun di malam hari, dengan sangat berhati-hati jangan sampai dilindas mobil atau diinjak oleh pejalan kaki misterius.

Dia memanjat dinding lagi dan berakhir di jam kukuk rumah lamanya.

"Bawa aku ke hutan," katanya pada burung itu. "Aku butuh bunga ajaib Anchusa untuk menghidupkan kembali suamiku."

"Tapi aku tidak punya sayap," kata burung kukuk. "Aku tidak bisa terbang."

Sebetulnya bukan hanya sayap. Burung kukuk juga tidak memiliki mulut atau mata, tetapi penulis sengaja menghilangkan detail itu.

"Coba pasangan ini," kata Gadis Jam Pasir.

Kukuk menempelkan sayap Him dan terbang melintasi ruangan.

"Hurrah!" kukuk bersorak dan mendarat kembali dan berkata dengan suara bosan, "Sayap ini berguna juga."

"Bisakah kita pergi ke hutan sekarang?"

Kukuk memalingkan muka. "Ummm."

"Ada masalah?"

“Aku tidak tahu bagaimana mengatakan ini padamu. Tidak ada bunga ajaib Anchusa. Maksudku, mungkin ada mungkin tidak.”

"Apa maksudmu?" Gadis Jam Pasir mengerutkan kening.

Wajah kukuk memerah, atau begitulah kelihatannya.

“Terus terang, sayangku, aku mengarang bunga ajaib Anchusa. Adapun tupai, burung pipit, dan kelinci, mereka mungkin ganas atau tidak. Aku bahkan belum pernah ke hutan. Aku telah menghabiskan seluruh hidupku di dalam kotak jam sialan ini.”

Gadis Jam Pasir duduk di lantai dan menangis. Kukuk memeluknya dengan sayapnya.

"Ada cara lain," kata kukuk akhirnya. “Aku pernah mendengar tentang pesulap Siri yang tinggal di dalam iPhone. Jika kamu berkata, 'Hai Siri, di mana dimsum terenak di kota?', sang pesulap akan memberi tahu. Apa pun artinya 'dimsum'.”

Gadis Jam Pasir melompat. "Apakah kamu barusn bilang iPhone?"

Kukuk menerbangkan gadis itu melintasi alun-alun.

Him masih ada di lantai, masih mati. Gadis itu meraih tangannya yang dingin. Kata-kata "Whisky, Tango, Foxtrot" ditato di telapak tangannya. Itu pasti nama cinta sebelumnya, atau hanya kata sandi biasa.

Gadis Jam Pasir memasukkan kata-kata itu ke dalam iPhone, dan benda itu menyala. Dia bertanya, "Siri, bagaimana cara menghidupkan kembali suamiku?"

Dia mengharapkan peri muncul, dengan sayap dan gaun putih yang melambai dan tongkat sihir, tetapi sebaliknya suara yang tidak manusiawi tetapi menyenangkan berkata, "Hubungi nomor darurat 112. Aku bisa menghubunginya untukmu."

Ambulans datang. Mereka membawa Him ke rumah sakit, dan para dokter memasangkan kepala baru padanya, sehingga dia menjadi lebih tampan dari sebelumnya.

Him dan Gadis Jam Pasir membuka pabrik jam tangan di Karawang dan memasarkannya dengan merek “Detik Cinta”. Mereka mengangkat kukuk sebagai penanggung jawab pabrik karena ia dapat mengayunkan apa saja, dan Siri bertanggung jawab atas pemasaran. Jam tangan produksi mereka sukses besar secara komersial, dijual seharga 3,14 Bitcoin di Amazon dan eBay.

Pasangan itu memiliki dua anak perempuan kembar dan dua laki-laki yang mereka beri nama Seiko, Sinola, Cartier, dan Rolex, yang sangat menyukai dimsum ketika mereka besar nanti. Pasangan itu hidup bahagia selamanya, tetapi sang ibu menghabiskan banyak waktu luangnya menatap jam pasir.

Senyumnya abadi di wajahnya yang cantik.

 

Bandung, 22 Februari 2023

Ikuti tulisan menarik Ikhwanul Halim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler