x

Iklan

Fais Zathur Rosida

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 April 2023

Senin, 10 April 2023 15:46 WIB

Pembelajaran Berdiferensiasi Berbasis Akademik Fungsional

Percaya bahwa setiap anak dapat belajar, setiap anak dapat berkomunikasi dengan caranya masing-masing, setiap anak memiliki keunikannya tersendiri. ruang belajar yang tak ter-kotak hanya di dalam kelas, harus bisa menulis menggunakan pensil dan bisa membunyikan huruf tapi tidak paham dan terlepas dari makna menulis dan membaca itu sendiri. Kegiatan Fungsional menjadi suatu cara untuk anak-anak berkebutuhan khusus mendapat pengalaman belajar yang bermakna serta berfungsi untuk hidup yang berkelanjutan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI BERBASIS AKADEMIK FUNGSIONAL 

Program pembelajaran berdiferensiasi sudah tidak asing lagi diterapkan dalam lingkungan sekolah luar biasa (SLB) pembelajaran yang menitik pusatkan pada peserta didik dengan melihat pada kemampuan yang dimiliki serta pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik secara individual untuk mencapai merdeka belajar. Karakteristik pembelajaran berdiferensiasi adalah kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, memiliki penilaian yang berkelanjutan, guru aktif mencari dan menggali kebutuhan belajar peserta didik dan manajemen kelas efektif.

Ada tiga langkah untuk menerapkan proses pembelajaran berdiferensiasi di kelas yang dapat guru lakukan adalah:

  1. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar berdasarkan 3 aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid bisa dilakukan dengan wawancara, observasi, atau survey menggunakan angket, dll)
  2. Merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaaan: memberikan berbagai pilihan baik dari strategi, materi, maupun cara belajar
  3. Mengevaluasi dan refleksi pembelajaran yang sudah berlangsung.
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tantangan dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi pada peserta didik dengan berkebutuhan khusus sangat kompleks. Anak berkebutuhan khusus memiliki tahap perkembangan yang berbeda-beda. Setiap anak memiliki kemampuan dan juga kesulitan pada area yang lain. Semua area perkembangan harus dipertimbangkan secara bersamaan untuk mendapat gambaran yang utuh sehingga kemampuannya dapat ditingkatkan serta membantu anak dalam mengatasi kesulitannya. Area perkembangan yang di maksud antara lain: Perkembangan Fisik, Sensori dan Motorik, perkembangan Kognisi dan Komunikasi, perkembangan Sosial dan Emosional serta perkembangan Bermain. Dengan demikian harapannya layanan Pendidikan yang diberikan dapat mengarahkan dan mempersiapkan peserta didik untuk memasuki kehidupan bermasyarakat.

Mempersiapkan peserta didik untuk bisa hidup di lingkungan masyarakat membutuhkan kompetensi adaptif untuk memfungsikan aspek-aspek pengetahuan akademik dengan paradigma akademik fungsional sehingga terbangun pembelajaran yang bermakna.

Dalam proses belajar dengan konsep Akademik Fungsional menggunakan prinsip berpusat pada anak, fungsional, bermakna, alamiah, konsisten dan menyenangkan.

Pembelajaran menggunakan akademik fungsional bagi anak berkebutuhan khusus sangat penting karena setiap kegiatan yang dilakukan ataupun dipelajari harapannya bisa mempersiapkan anak untuk bisa hidup secara mandiri sesuai dengan kemampuannya. Dengan prinsip berpusat pada anak maka memahami peserta didik menjadi langkah awal sehingga bisa memberikan layanan pendidikan sesuai kebutuan masing-masing anak secara personal maupun kelompok yang sejalan dengan ruh merdeka belajar yakni Pendidikan Berdiferensiasi.

Anak menjadi lebih mudah memahami pembelajaran karena fungsional dan bermakna bagi mereka, memahamkan konsep secara praktis. Selain itu juga dapat membangun kebiasaan baik dan internalisasi nilai tanpa paksaan sebab anak mengerti kegunaan dalam kehidupannya serta dilakukan dengan cara yang menyenangkan.

Adapun peran dan tanggung jawab pendidik dalam praktik baik ini antara lain:

  1. Fasilitator

Memberikan pelayanan Pendidikan yang membangun dan melibatkan peserta didik dalam prosesnya. Memandu peserta didik dalam belajar mulai dari menggali potensi dan memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak

  1. Katalisator

Sebagai penghubung antara harapan secara norma dengan kebutuhan peserta didik sehingga terjadi perkembangan dalam diri peserta didik. Sebagai penghubung antara kompetensi-kompetensi yang diharapkan dan kondisi serta kemampuan peserta didik.

  1. Mitra Orang Tua

Pendidik memposisikan diri sebagai mitra orang tua dalam memberikan layanan Pendidikan, mulai dari proses asesmen, perencanaan program pembelajaran hingga evaluasi belajar. Keluarga harus menjadi pusat utama, karena Sebagian besar kegiatan belajar anak terjadi d ilingkungan sekitar.

Tantangan memberikan layanan Pendidikan berbasis akademik fungsional ini antara lain:

  1. Anggapan bahwa belajar itu tentang matematika, Bahasa, ilmu pengetahuan. Dalam masyarakat Indonesia masih menganggap membaca adalah sekedar membunyikan huruf padahal sebenarnya membaca lebih luas dari itu, ketika anak mampu membaca lingkungan dan lain sebagainya.
  2. Masih adanya tuntutan prestasi yang berbentuk piala, sedangkan prestasi juga bisa berbentuk ketika anak melakukan hal yang lebih baik dari hari kemarin. Prestasi harusnya bukan hanya sekedar akademik dan olahraga tapi setiap anak memiliki prestasinya masing-masing sebab prestasi itu bukan melawan orang lain tapi mereka dengan diri mereka sendiri.
  3. Sistem Pendidikan di Indoensia yang masih menggunakan angka sebagai patokan. Padahal nilai dalam angka terlalu sempit untuk bisa menggambarkan kemampuan anak berkebutuhan khusus.
  4. Aksesibilitas

Meskipun Indonesia sudah menggalakkan inklusifitas tapi kita harus terus berupaya agar budaya inklusi ini menjadi hal yang biasa. Salah satunya adalah bagian aksesibilitas bagi anak berkebutuhan khusus, bukan hanya sekedar sarana prasarana tapi lebih kepada anggapan bahwa anak berkebutuhan khusus itu mampu melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda. Seringnya yang menjadi hambatan bukan kondisi anak tapi lingkungan yang tidak mendukung dan memberikan akses bagi mereka. Sebagai salah satu contoh secara fisik untuk kursi roda masih menjadi persoalan yang perlu diselesaikan bersama.

  1. Sumber daya manusia

Pemahaman terkait cara memandang anak berkebutuhan khusus. Masih banyak yang menganggap bahwa hambatan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus akan bisa “sembuh” atau anggapan bahwa anak berkebutuhan khusus tidak mampu melakukan hal-hal seperti orang lain, anak berkebutuhan khusus akan terus hidup dilayani. Mindset seperti inilah yang menjadi tantangan sebagai seorang pendidik. Proses memahamkan bahwa anak berkebutuhan khusus perlu diberi kesempatan untuk mandiri sesuai kemampuannya, mereka memiliki potensi yang perlu di dukung dan lain sebagainya.

Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan praktik baik ini?

  1. Peserta didik

Peserta didik tentu menjadi titik pusat dalam layanan Pendidikan sebab merekalah yang akan benjadi subjek sekaligus objek dalam Pendidikan ini.

  1. Rekan guru

Rekan guru menjadi penting untuk bisa bersama membangun ekosistem yang mendukung untuk memberikan pelajaran pembelajaran berbasis akademik fungsional.

  1. Kepala sekolah

Dengan kebijakan yang diberikan kepala sekolah atas kemerdekaan mengajar bagi guru membuat masing-masing diri pendidik bebas belajar dan menentukan layanan Pendidikan untuk anak yang dapat berguna mengembangkan peserta didik maupun pribadi sebagai seorang pendidik.

  1. Warga sekolah

Warga sekolah disini adalah tenaga kependidikan, lingkungan sekitar sekolah yang bisa di explore sampai bapak kebun sekolah yang menjadi bagian dari tim pembelajaran sebab dalam praktik layanan Pendidikan berbasis akademik fungsional butuh kerjasama semua orang yang ada di sekolah agar pelayanan dapat diberikan secara konsisten.

  1. Orang Tua

Orang tua menjadi titik poin sangat penting dalam pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus. Dengan pembelajaran berbasis akademik fungsional ini menekankan keberhasilan salah satunya pada konsistenitas dan pembiasaan yang linear antara sekolah dan rumah.

  1. Masyarakat sekitar sekolah dan rumah anak

Anak-anak pada akhirnya pasti akan kembali ke masyarakat oleh karena itu kita harus melibatkan masyarakat sekitar sekolah dan rumah sebagai miniature masyarakat yang lebih luas atas penerimaan dan menunjang tumbuh kembang anak.

  1. Pemerintah

Sekolah adalah sebuah instansi yang berada dalam naungan pemberintah. Keterlibatan pemerintah dengan kebijakannya melalui kurikulum merdeka akan sangat membantu dalam melaksanakan praktik baik ini. Sebab secara kebijakan, praktik baik ini terlindungi untuk mengembangkan inovasi dan kreatifitas seorang pendidik.

Kurikulum fungsional adalah keterampilan sehari-hari, suatu kurikulum yang kaya akan pengalaman dan keterampilan hidup. Keterampilan hidup mandiri dan menekankan keterampilan komunikasi dan sosial. Sebuah kurikulum yang diintegrasikan pada akademik. Kurikulum yang tentu tidak sama dengan sekolah reguler pada umumnya. Kurikulum fungsional membantu guru untuk mencipta ruang belajar yang berpusat pada anak. Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan saat menggunakan kurikulum fungsional tersebut adalah (1) Identifikasi (2) Assesmen (3) Membuat Rancangan Pembelajaran (4) Evaluasi dan Refleksi

  1. Identifikasi

Identifikasi adalah proses awal yang akan kita lakukan untuk mengenali beragam gaya belajar anak yang kita temui. Proses yang bisa kita lakukan bisa melalui pengamatan dan wawancara. Pengamatan meliputi dua hal yakni pengamatan fisik dan perilaku. Pengamatan fisik, bisa kita lihat dari perbedaan bentuk anggota tubuh atau wajah, maupun ketidaklengkapan anggota tubuh. Sedangkan pengamatan perilaku, bisa kita amati melalui adanya pengecualian dari suatu perilaku umum saat individu sedang melakukan sestuatu. Sebuah perbedaan dari pengamatan yang kita temui bisa kita catat untuk pengecekan lebih dalam oleh ahli yang berkompeten melalui assesmen.

  1. Asesmen

     Merupakan suatu proses pengumpulan informasi mengenai kemampuan dan kebutuhan anak secara komprehensif meliputi keterampilan sosial emosi, keterampilan binadiri, kemampuan komunikasi, kemampuan akademik, maupun kemampuan fungsional motorik dan sensorik. Dalam hal ini guru akan melakukan pengamatan langusng, wawancara orangtua, serta hasil diagnosa medis yang ada. Semua dilakukan secara alamiah dan dilakukukan secara berkala.

  1. Rancangan Pembelajaran

Hasil dari identifikasi dan asesmen adalah bahan acuan untuk membuat rancangan pembelajaran. Rancangan pembelajaran berbasis akademik fungsional lebih pada kegiatan/keterampilan sehari-hari. Guru akan mengambil tema yang dekat/berkaitan dengan bulan, hari, atau suatu peristiwa. Tema akan membantu untuk menentukan media apa yang akan digunakan dalam mencapai tujuan, pelaksanaan atau perwujudan proses belajar dan kegiatan sehari-hari.

  1. Evaluasi dan Refleksi

Hal ini menjadi penting, karena evaluasi menjadi tolak ukur dari efektif atau tidaknya suatu system/program pembelajaran yang diterapkan oleh setiap guru. Dan refleksi adalah suatu perbaikan yang terus akan dilakukan, tidak hanya pada murid, tapi setiap guru akan terus belajar untuk melakukan perbaikan kualitas diri sebagai pendidik.

 

Memperkuat praktik membangun konsep belajar dengan anak-anak berkebutuhan khusus, tanggung jawab proses pembelajaran berlangsung tidak hanya berpusat pada sekolah semata. Lingkungan keluarga (paling utama) dan masyarakat terus saling mengisi dan memperkokoh dalam membangun ekosistem belajar anak.

 

Salah satu contoh kegiatan Akademik Fungsional adalah “Berbelanja” peserta didik mendapat pembelajaran apa saat berbelanja?

Peserta didik dapat belajar matematika secara real, belajar bersosialisasi dengan pemilik warung, belajar jual – beli dengan praktik langsung dengan sumbernya.

Kegiatan pembelajaran berdiferensiasi berbasis akademik fungsional sangat efektif dipraktikkan dengan anak berkebutuhan khusus karena kebutuhan anak terlayani.

  1. Salah satu kegiatan yang membentuk karakter anak. Secara alamiah anak-anak belajar proses berbagi peran, tanggung jawab, serta kemandirian
  2. Anak-anak memiliki keterampilan untuk siap hidup dan memiliki kompetensi yang sesuai dengan minatnya
  3. Anak-anak memiliki kemampuan mengolah emosional dan ketampilan bersosial di lingkungan masyarakat sekitar rumah.

Anak-anak belajar dari berbagai sumber yang sesuai dengan kebutuhan dan tahapan perkembangannya. Segala sumber belajar dapat memberikan anak berbagai pengetahuan dan pengalaman yang membentuk perkembangan anak sesuai dengan fitrahnya.

Salah satu indikator berhasilnya proses pembelajaran akademik fungsional adalah bagaimana anak-anak bisa memahami bahwa dari apa yang pelajari di sekolah, juga dilakukan di rumah dan dalam kegiatan sehari-hari. Komunikasi dua arah yang dibangun dengan orangtua adalah sebuah upaya untuk penghubung perkembangan anak.

 

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Fais Zathur Rosida lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler