x

Iklan

Muhammad Faisal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Mei 2023

Senin, 29 Mei 2023 11:32 WIB

Kolonialisme Industri Eksraktif:Jejak Kotor Kendaraan Listrik

Artikel ini membahas tentang kolonialisme industri ekstraktif yang terkait dengan kendaraan listrik. Meskipun kendaraan listrik dianggap sebagai solusi ramah lingkungan, artikel ini mengungkapkan bahwa kendaraan listrik juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kolonialisme Industri Ekstraktif: Jejak Kotor Kendaraan Listrik

 

Dalam beberapa tahun terakhir, kendaraan listrik telah menjadi tren yang sedang berkembang pesat di berbagai belahan dunia. Dengan janji kebersihan dan efisiensi energi yang diusungnya, kendaraan listrik dianggap sebagai solusi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil. Namun, di balik keuntungan lingkungan yang dihadirkannya, kendaraan listrik juga meninggalkan jejak kotor dalam bentuk kolonialisme industri ekstraktif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Salah satu komponen utama kendaraan listrik adalah baterai lithium-ion yang digunakan untuk menyimpan energi. Bahan baku utama dalam pembuatan baterai ini adalah lithium, yang diekstraksi dari tambang-tambang di berbagai negara. Proses ekstraksi lithium seringkali melibatkan kerusakan lingkungan yang signifikan, termasuk pencemaran air dan tanah, deforestasi, dan penggunaan besar-besaran sumber daya air. Negara-negara seperti Bolivia, Argentina, dan Chili adalah produsen utama lithium, dan eksploitasi sumber daya alam mereka untuk memenuhi permintaan global akan baterai kendaraan listrik telah menimbulkan konflik sosial dan ketidaksetaraan ekonomi di wilayah tersebut.

 

Selain itu, bahan baku lain yang penting dalam industri kendaraan listrik adalah kobalt. Cobalt digunakan dalam produksi baterai sebagai stabilisator dan memberikan kepadatan energi yang tinggi. Mayoritas produksi kobalt dunia berasal dari Republik Demokratik Kongo, negara yang sering mengalami konflik dan pelanggaran hak asasi manusia. Ekstraksi kobalt sering kali terkait dengan penambangan ilegal, kerja paksa, dan kondisi kerja yang berbahaya. Anak-anak pun kerap dieksploitasi dalam penambangan kobalt, yang menggambarkan sisi gelap dari kolonialisme industri ekstraktif yang terjadi dalam produksi kendaraan listrik.

 

Selain dampak langsung ekstraksi bahan baku, produksi massal kendaraan listrik juga menghadirkan tantangan terkait pembuangan baterai yang habis pakai. Baterai lithium-ion tidak dapat secara efektif didaur ulang, dan sebagian besar baterai bekas akhirnya berakhir di tempat pembuangan sampah. Komponen-komponen berbahaya dalam baterai ini dapat mencemari lingkungan dan berdampak negatif terhadap kesehatan manusia jika tidak dikelola dengan baik. Masalah ini menunjukkan perlunya pengembangan sistem daur ulang yang efisien dan ramah lingkungan untuk mengatasi limbah baterai kendaraan listrik.

 

Untuk menghadapi tantangan kolonialisme industri ekstraktif yang terkait dengan kendaraan listrik, penting bagi produsen dan konsumen untuk bertanggung jawab secara bersama-sama. Produsen harus memprioritaskan sumber bahan baku yang bertanggung jawab secara sosial.

Ikuti tulisan menarik Muhammad Faisal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler