x

Ilustrasi logo partai. Foto-Akurat.

Iklan

Harrist Riansyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 April 2023

Selasa, 6 Juni 2023 19:53 WIB

Para Ahli Tafsir di Pemilu 2024

Ada tiga jenis ahli tafsir politik yang kini menjamur di media massa dan media sosial. Siapa sajakah mereka?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pesta demokrasi lima tahunan Indonesia yaitu Pemilu semakin dekat. Sudah adanya partai politik yang secara resmi akan berkontestasi berserta caleg usungan mereka membuat pembahasan mengenai pemilu yang akan dilakukan tahun depan semakin gencar diberitakan. Belum lagi kandidat Calon Presiden-Calon Wakil Presiden (Capres-Cawapres) menjadi topik utama di setiap pembicaraan di sosial media ataupun tongkrongan warung kopi dan semacamnya sehingga memunculkan para “ahli tafsir”.

Para ahli tafsir ini bermula dari adanya pemberitaan politik yang jelas terjadi seperti pertemuan antara tokoh A dan tokoh B atau antara partai X dan partai Y. Tapi lalu juga terkait isi pertemuan dan tujuan dari gerak-gerik tokoh tertentu karena memang tidak pernah diungkapkan ke publik secara gamblang.  Sehingga banyak masyarakat mengutarakan opini atau tafsir mereka sendiri mengenai langkah-langkah politik Indonesia ke depannya. Ini termasuk penulis sendiri!

Jika melihat dari interaksi di sosial media penulis membagi tiga enis para ahli tafsir itu berdasarkan isi dari opini mereka dan dasar-dasar atau bukti-bukti mendukung gagasan mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ilmu akademik

Jenis pertama yaitu mereka yang menerangkan opini mereka dengan landasan akademik terutama yang menempuh pendidikan politik dan pemerintahan. Ini biasanya yang dilakukan oleh para pengamat yang sering menghiasi wawancara di media-media nasional bersama dengan perwakilan elit politik tertentu dalam membahas tema-tema atau manuver politik yang sedang hangat saat itu. Para pengamat ini tentu saja sudah menempuh pendidikan tidak hanya S1 tetapi S2, S3, bahkan beberapa sudah menyandang gelar profesor.

Biasanya para pengamat ini menjelaskan opini mereka dengan sangat berpaku dengan landasan akademik yang kuat dan perbandingan dengan peristiwa di negara lain ataupun yang sudah terjadi yang merupakan juga jenis kedua dari para ahli tafsir ini.   

Rekam jejak (Sejarah)

Mereka meletakkan dasar argumen mereka dari rekam jejak atau sejarah tokoh atau partai yang mereka utarakan. Hal ini yang dilakukan oleh penulis sendiri mengingat pendidikan yang ditempuh oleh penulis juga merupakan Ilmu Sejarah. Dengan berlandaskan pada sejarah kita bisa menghubung-hubungkan peristiwa di masa lalu dengan apa yang terjadi pada masa sekarang meski dalam sejarah sendiri tidak mungkin mengulang peristiwa yang sudah terjadi secara persis sama, namun tetap ada kesinambungan antar peristiwa yang membuat kita bisa memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan.

Bias/Kepentingan  

Kemudian yang terakhir merupakan orang-orang yang membuat sebuah gagasan atau ide mereka atas dasar bias atau kepentingan tertentu. hal ini bisa dilihat dari orang-orang yang mengkritik sebuah tokoh tertentu berdasarkan prasangka buruk yang terkesan mengada-ngada. Kita bisa melihat opini mereka yang kerapkali mengkritik pribadi seseorang dibandingkan kinerja pekerjaannya ataupun etnis/agama yang bersangkutan. Orang-orang yang biasanya melakukan hal ini biasanya merupakan lawan politik, buzzer yang disewa, dan orang-orang lain yang mendapat keuntungan jika salah satu calon memenangkan atau kalah dalam sebuah pemilihan umum.   

Karena lebih menjelek-jelekkan sosok tertentu kelompok ini sangat memperkeruh suasana setiap pemilu yang ada karena orang-orang yang membuat opini berdasarkan bias atau kepentingan ini sering menimbulkan hoax maupun black campaign yang kerapkali memperluas rasa kebencian satu sama lain seperti yang terlihat dalam Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019 yang membuat polarisasi yang terjadi benar-benar membuat masyarakat terbelah dan sulit berdamai setelah pemilu usai.

Dari ketiga bentuk di atas, alangkah sebagai pengguna sosial media kita tak menerima begitu saja gagasan yang disampaikan. Dalam menanggapi kita harus berpikir dan melakukan analisis terlebih dahulu gagasan tersebut.   

Ikuti tulisan menarik Harrist Riansyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler