x

Ilustrasi panen udang. Foto: Unsplash/James Tiono

Iklan

Muhammad Syafi'i Nurullah

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia dan Content Writer berpengalaman
Bergabung Sejak: 4 Juni 2022

Kamis, 22 Juni 2023 08:54 WIB

Bahu Membahu Untuk Jadi Produsen Udang Nomor Satu

Diperlukan upaya serius dari berbagai pihak untuk bisa segera membawa Indonesia ke atas takhta raja ekspor udang dunia. PT Astra International TBK melalui program SATU Indonesia Awards telah ikut berpartisipasi dalam mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi udang hingga 250% pada tahun 2024.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Udang merupakan komoditas yang menjadi tulang punggung ekspor sektor perikanan Indonesia. Pada tahun 2022, komoditas ini berkontribusi sebesar 2,16 miliar dollar AS dari total nilai ekspor perikanan Indonesia yang berada di angka 6,24 Miliar dollar AS. Tingginya tingkat kontribusi tersebut telah membuat pemerintah berambisi untuk meningkatkan angka produksi udang hingga 250% pada periode 2020 – 2024. 

Ambisi tersebut perlu dilakukan karena komoditas udang di Indonesia masih menyimpan potensi besar untuk dikembangkan. Kendati hingga tahun lalu produksi udang telah mencapai 1.099.976 ton, angka tersebut belum bisa menjadikan Indonesia sebagai raja ekspor udang dunia. 

Hingga saat ini, takhta tersebut masih dipegang oleh Ekuador yang pada tahun 2022 berhasil mengekspor 1.061.000 ton udang, menang telak dari Indonesia yang baru bisa mengekspor 241.201 ton udang pada tahun yang sama.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Diperlukan upaya serius dari berbagai pihak untuk bisa mencapai target peningkatan produksi hingga 250%. Mulai dari pemerintah, pihak swasta, hingga masyarakat perlu bahu membahu untuk mengatasi berbagai hambatan yang ada agar bisa segera membawa Indonesia ke atas takhta raja ekspor udang dunia. 

Hambatan produksi udang 

Produksi udang di Indonesia menghadapi beberapa hambatan yang mempengaruhi daya saingnya di pasar global. Melansir laman Kompas, Ketua Forum Udang Indonesia, Budhi Wibowo, menyampaikan bahwa salah satu hambatan yang saat ini dihadapi adalah adanya penyakit udang, terutama bintik putih (WSSV), yang menyebabkan penurunan tingkat kelangsungan hidup udang. 

Hasil penelitian dari salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Awards, Paundra Noorbaskoro juga menunjukkan hal serupa. Setelah melakukan pengamatan selama tiga tahun, ia mendapati bahwa keberadaan penyakit pada udang, terutama White Feces Disease (WFD) telah menyebabkan hasil panen tidak maksimal. Para pembudidaya yang ia amati memiliki persentase gagal panen atau kematian mencapai 80%. Hal ini menyebabkan banyak pembudidaya yang tidak bisa melanjutkan usaha tambak udangnya dan harus gulung tikar. 

Selain itu, penggunaan pakan oleh para petambak juga tidak efisien, hal tersebut tercermin dari Feed Conversion Ratio (FCR) yang semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan biaya produksi meningkat dan membuat udang Indonesia kehilangan daya saing di pasar global. Penggunaan pakan yang tidak efisien juga telah membuat air tambak terkontaminasi oleh banyak sisa makanan sehingga kualitas airnya menjadi buruk dan memunculkan penyakit pada udang. 

Paundra mengungkapkan, bahwa air pada tambak udang vaname yang berubah warna menjadi gelap didominasi oleh plankton jenis BGA. Ia juga menemukan bahwa air tambak yang diamati mengandung jumlah bakteri vibrio sp dengan dominasi lebih dari 12% dari total bakteri sehingga usus udang yang diteliti menunjukkan infeksi bakteri vibrio alginolyticus, vibrio parahaemolyticus dan vibrio vulnificus. 

Masalah penyakit dan manajemen kualitas air yang buruk ini sering kali menjadi masalah bagi tambak tradisional yang saat ini luasnya mencapai 250.000-300.000 hektar di Indonesia. Minimnya pengetahuan soal Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB), cara mengatasi penyakit pada udang, dan manajemen air kolam membuat produktivitas tambak tradisional sangat rendah. Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP TB Haeru Rahayu, tambak tradisional hanya memiliki produktivitas 0,6 ton per hektar per tahun. 

Oleh karena itu, diperlukan upaya ekstra untuk mengatasi hambatan-hambatan pada proses produksi udang di Indonesia. Selain dukungan pemerintah, pihak swasta dan masyarakat juga dituntut untuk menciptakan terobosan yang bisa mengatasi masalah tersebut.  

Upaya peningkatan produktivitas tambak udang 

Paundra Noorbaskoro dan timnya telah melakukan berbagai upaya selama tiga tahun penelitian sebelum akhirnya berhasil menciptakan formulator probiotik serbuk asam empedu, serbuk mineral calcium, dan smart farming village (produk 4 in 1). Produk inovasinya tersebut telah diterapkan pada 70 pembudidaya udang vaname dan berhasil meningkatkan keberhasilan pembesaran udang vaname hingga 90% (hidup). Ukuran udang yang dihasilkan juga cukup baik, berada di angka 40 ekor/kg.  

Kehadiran alat smart farming village telah berhasil mencegah penyakit, memantau serta memanajemen kualitas air, dan mengurangi limbah perikanan sehingga mengurangi biaya pakan udang vaname yang selama ini menjadi penghambat rendahnya daya saing global komoditas udang tanah air. Teknologi yang ia ciptakan juga mampu membuat air limbah/penyakit yang telah diberikan racikan probiotik bisa digunakan kembali sehingga sistem budidaya berjalan dengan lebih ramah lingkungan. 

Saat ini, Paundra terus berupaya untuk memperluas penggunaan produk inovasinya pada para pembudidaya udang di tanah air. Melalui efisiensi produknya yang sangat tinggi, berbagai hambatan yang dihadapi oleh tambak tradisional bisa segera diatasi. Dengan begitu, maka bukan tidak mungkin bahwa Indonesia bisa mengejar target untuk meningkatkan produksi hingga 250% pada tahun 2024 dan segera menjadi raja ekspor udang dunia. 

Namun, masih diperlukan lebih banyak produk inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat luas, khususnya bagi para pembudidaya udang untuk bisa mencapai ambisi tersebut. Jika saat ini Anda memiliki kegiatan atau produk inovasi yang bisa bermanfaat bagi masyarakat, PT Astra Internasional TBK melalui SATU Indonesia Awards siap memberikan dukungan dana apresiasi hingga puluhan juta rupiah untuk program yang Anda jalankan. Segera kunjungi website resmi SATU Indonesia Awards untuk mengetahui syarat dan ketentuannya sekarang juga! 

Ikuti tulisan menarik Muhammad Syafi'i Nurullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

23 jam lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

23 jam lalu