x

Foto canang sari (Sumber: smkn1singaraja.sch.id)

Iklan

DENI FITRIANITA

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 22 Juni 2023

Jumat, 23 Juni 2023 15:39 WIB

Transformasi Ekonomi Hijau untuk Pengusaha Canang Sari sebagai Upaya Melawan Inflasi

Canang sari dan transformasi ekonomi hijau dapat saling berkaitan demi mewujudkan Bali yang harmoni dan berbudaya, mengapa demikian? Hal tersebut karena konsep transformasi ekonomi hijau bagi pemilik usaha canang sari di Bali diupayakan guna melawan inflasi dan menjaga keseimbangan antara ritual keagamaan dan kelestarian alam. Adapun jawaban mengapa konsep ini perlu diupayakan untuk pemilik usaha canang sari dapat ditemukan pada artikel ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Transformasi ekonomi hijau adalah salah satu konsep yang dikembangkan guna memberikan solusi dari permasalahan ekonomi dan lingkungan.

Berbicara tentang masalah ekonomi dan lingkungan, baru-baru ini isu bahwa Canang Sari menjadi salah satu pemicu inflasi di Bali. Isu tersebut terdengar tidak enak didengar, untuk itu, mari kita kupas tentang isu tersebut dan solusi yang bisa diimplementasikan.

Canang sari, sebagai bagian dari ritual keagamaan Hindu, memiliki makna spiritual yang sangat dalam. Namun, kita tidak dapat mengabaikan dampaknya terhadap perekonomian masyarakat secara umum.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bahkan, canang sari telah terbukti menjadi salah satu penyebab kemiskinan di Bali. Hal ini diungkapkan Menurut BPS Bali, canang sari menjadi salah satu pemicu inflasi di Denpasar dan Singaraja pada bulan mei 2023.

Jika dilihat dari sisi filosofi, ritual Yadnya pada agama Hindu sejatinya untuk mengharmoniskan alam dan mencapai keselarasan antara bhuwana agung (dunia) dan bhuwana alit (atma). Di sisi lain, sumber daya alam di Bali justru akan terus menipis seiring berjalannya waktu.

Sederhananya, keberlangsungan aktivitas ritual yang tinggi dan frekuensi yang beruntun mengakibatkan semakin sulitnya mendapatkan perlengkapan upacara, terutama bahan-bahan seperti janur, bunga, buah, dan unsur lainnya.

Ketika kebutuhan akan bahan-bahan tersebut tidak terpenuhi, masyarakat Bali cenderung mengimpor dari luar Bali, terutama dari Pulau Jawa.

Data lalu lintas kendaraan barang yang masuk ke Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk menunjukkan angka yang cukup tinggi. Bukan hanya janur, tetapi juga bunga, buah, dan bahkan hewan seperti ayam, bebek, dan telur, diimpor dari luar Bali.

Dalam evaluasi penggunaan unsur alam dalam konteks ritual, terlihat adanya ketidakseimbangan antara penggunaan dan pelestarian sumber daya alam.

Penggunaan bahan-bahan alam untuk ritual bergerak dengan cepat, sementara upaya pelestarian lingkungan alam berjalan dengan lambat. Hal ini menghasilkan ketimpangan antara kebutuhan dan ketersediaan, yang pada akhirnya memicu inflasi.

Solusi yang Dapat Diimplementasikan

Setelah membahas permasalahan yang ada, kini saatnya memberikan solusi yang dapat diimplementasikan. Adapun konsep dapat diimplementasikan adalah "ekoligi".

Konsep ini merupakan konsep yang mengintegrasikan pelestarian alam dalam setiap aktivitas religi, terutama yang terkait dengan ritual yadnya.

Ekologi juga sejalan dengan konsep yang dinamakan sebagai ekonomi hijau. Dengan begitu, untuk menuju ekologi ini, maka perlu dilakukan transformasi ekonomi hijau.

Pemilik usaha canang sari dapat memainkan peran yang aktif dalam pelaksanaan transformasi ekonomi hijau di Bali. Mereka dapat mengambil langkah-langkah berikut untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan melawan inflasi:

1. Pemanfaatan Bahan-Bahan Lokal

Pemilik usaha canang sari dapat menggunakan bahan-bahan lokal yang lebih mudah didapatkan sebagai pengganti bahan impor.

Solusi ini sangat baik, dikarenakan dapat berpotensi membantu penguatan ekonomi lokal. Selain itu juga solusi ini dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan akibat pengangkutan barang dari luar Bali.

2. Memanfaatkan Inovasi Teknologi

Pemilik usaha canang sari dapat menggunakan inovasi teknologi dalam produksi canang sari. Jika memang sulit untuk mengoperasikannya, solusi lain dapat diterapkan seperti meminta bantuan kepada kerabat yang fasih terhadap teknologi.

Contoh dari penggunaan teknologi yang dimaksud dapat berupa penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan yang dapat dihasilkan secara berkelanjutan, atau penggunaan metode produksi yang lebih efisien untuk mengurangi limbah dan penggunaan sumber daya alam.

3. Berkolaborasi dengan Pihak Lain

Pemilik usaha canang sari dapat menjalin kerjasama dengan pemerintah, lembaga lingkungan, dan komunitas lokal dalam rangka menciptakan kebijakan yang mendukung transformasi ekonomi hijau.

Selain itu, jika memang ada legalitas yang mendukung konsep ini, maka potensi transformasi ekonomi hijau di Bali akan benar-benar terwujud.

Menilik Potensi Solusi dan Penutup Pembahasan

Dengan mengadopsi konsep ekonomi hijau dan menerapkan berbagai solusi seperti tiga solusi di atas, pemilik usaha canang sari dapat menjalankan bisnis mereka dengan tetap memperhatikan aspek keagamaan dan menghormati tradisi, sambil tetap menjaga keseimbangan dengan kelestarian alam.

Memang dalam implementasinya tidak sulit dan perlu konsistensi untuk mewujudkan semua harapan tersebut. Tidak hanya itu,  jika masalah ini banyak dipikirkan oleh berbagai elemen di Bali, maka sudah seharusnya menimbulkan banyak konsep atau strategi yang lebih jenius lagi.

Setelah membaca artikel ini, diharapkan para elemen masyarakat bersama-sama berupaya untuk mewujudkan Bali yang lebih hijau, asri, tetapi tetap mengutamakan spiritual dan budaya.

Artikel ini ditulis secara berkelompok, dengan anggota kelompok yakni:

  1. Deni Fitrianita 
  2. Komang Wahyuni Febriyanti
  3. Gusti Ayu Nyoman Putri Harini
  4. Kadek Dian Rashitayani
  5. Kadek Devi Arianti

Ikuti tulisan menarik DENI FITRIANITA lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu