x

foto dari klatenkab.co.id

Iklan

LEPMA FEB UMS

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 Juni 2023

Selasa, 27 Juni 2023 06:55 WIB

Wisata Payung Lukis Juwiring, Siapa yang Tak Kenal?

Artikel ini membahas mengenai Payung Lukis yang ada di Desa Tanjung, Juwiring. Payung lukis yang sudah ada sejak zaman penjajahan ini, masih eksis hingga saat ini. Bagaimana sejauh ini perkembangannya, yuk kita simak di artikel berikut!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia adalah negara yang dikenal dengan keragaman seni dan budaya. Seni diartikan sebagai segala sesuatu yang dibuat manusia yang memiliki unsur keindahan. Seni mampu membangkitkan emosi atau perasaan orang lain.

Sedangkan budaya adalah cara hidup yang berkembang bersama pada sekelompok orang secara turun-temurun. Generasi milenial, sebagai generasi penerus bangsa harus dapat mengenal kesenian dan kebudayaan Indonesia yang beragam, dengan mengenalnya otomatis membuat kita tertarik dan ingin mempelajarinya.

Kemudian, ketika rasa tertarik dan ingin tahu tersebut muncul, langkah berikutnya adalah rasa ingin memiliki hingga pada akhirnya tumbuh rasa mencintai seni dan kebudayaan sendiri. Kesadaran untuk dapat melestarikan, menjaga, dan melindungi warisan budaya harus dimiliki oleh seluruh generasi muda sebagai generasi penerus bangsa di era menurunnya rasa kecintaan terhadap seni dan budaya bangsa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

1. Mengenal Payung Lukis Juwiring

Pada umumnya, kita mengenal payung sebagai alat untuk melindungi diri ketika hujan maupun panas. Selain itu, payung juga  memiliki fungsi sebagai barang estetika diantaranya kerap digunakan dalam berbagai acara kebudayaan atau ritual besar. Berbeda halnya ketika digunakan sebagai alat untuk melindungi diri saat hujan, payung di tangan para pengrajin dapat berubah menjadi payung lukis dengan nilai estetika dan harga jual yang tinggi. Contohnya pada kerajinan seni payung lukis yang cukup terkenal yang berada di Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. Di desa ini, kita dapat melihat secara langsung aktivitas para warga yang mengerjakan payung, seperti halnya merakit, mengecat, hingga menjemurnya.

Payung Hias Juwiring ini sudah diproduksi sejak zaman penjajahan belanda, namun sempat terhenti di tahun 1998, hingga pada akhirnya mulai berkembang lagi hingga saat ini. Di Desa Tanjung sendiri terdapat 11 pengrajin payung hias dan 20 pengrajin payung kematian. Jenis payung yang terkenal di desa ini, diantaranya adalah Payung Wisnu, Payung Honocoroko, dan Payung Ngudi Rahayu. Proses pembuatan payung Lukis terbagi menjadi tiga tahap, diantaranya adalah tahap pembuatan kerangka, penempelan kain atau kertas, dan proses pengecatan atau lukis payung.

2. Proses Pembuatan Payung Lukis

Pertama, proses pembuatan kerangka dilakukan dengan membentuk kerangka payung menggunakan bahan dasar kayu mahoni, kenanga, maupun bambu sebagai kerangka bawah dan atas, kemudian keduanya disatukan. Kedua, setelah pembentukan kerangka, payung disulam dengan motif yang diinginkan. Kemudian, kerangka atas payung dipasangi dengan kain atau kertas semen sebagai penutup. Ketiga, tahap finishing atau proses pengecatan, payung yang sudah dilapisi kertas atau kain kemudian di cat atau lukis dengan menggunakan bahan cat sesuai dengan bahan kerangka payung atas. Lamanya proses lukis payung tergantung dengan tingkat kesulitan motif yang diminta, untuk payung kecil biasanya memakan waktu sekitar 1-10 menit, sedangkan payung besar menghabiskan waktu 4-5 jam. Setelah dilukis, payung kemudian dikeringkan hingga cat kering.

3. Pemasaran Payung Juwiring

Pengrajin payung hias di Desa Tanjung pada umumnya menerima pemesanan custom atau permintaan khusus dari pelanggan. Pelanggan yang memesan payung lukis sendiri kebanyakan dari daerah Bali, Jakarta, Jogja, dan Kalimantan. Untuk harga payung lukisnya sendiri sesuai dengan tingkat kesulitan pembuatan, payung kecil memiliki harga dibawah 100 ribu, sedangkan payung besar memiliki kisaran harga 2 – 3,5 juta dengan waktu ketahanan payung sekitar 5 tahun.

Akan tetapi, meskipun payung hias Desa Tanjung sudah amat dikenal di berbagai wilayah, keraton, bahkan menerima permintaan pemesanan dari luar negeri atau ekspor. Para pegiat dan pengrajin payung lukis di Desa Tanjung memiliki problematika tersendiri dan menjadi kekhawatiran bagi desa tersebut akan regenerasi payung lukis sebagai seni warisan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan.

4. Problematika Payung Hias di Zaman Sekarang

“Sekarang, pengrajin payung lukis di desa ini sudah sangat terbatas Mbak dan kebanyakan dari pengrajin sepuh, jadi kendala kami saat ini adalah tidak adanya cikal bakal penerus kerajinan payung lukis dari pemuda dan pemudi desa”, ujar Pak Ngadiyakur.

Pak Ngadiyakur yang kerap dikenal sebagai pegiat seni payung lukis di Desa Tanjung itu menyampaikan kekhawatirannya akan regenerasi payung lukis. Menurut Pak Ngadiyakur, para pemuda dan pemudi di Desa Tanjung lebih memilih untuk bekerja sebagai buruh di pabrik daripada menjadi pengrajin. Hal ini disebabkan, menjadi buruh pabrik lebih menjanjikan dari segi pendapatan atau finansial daripada menjadi pengrajin yang harus menunggu pesanan dari para pelanggan. Terlebih lagi, pemesanan payung lukis biasanya akan ramai di saat-saat tertentu saat acara kebudayaan, misal Upacara Ngaben atau kegiatan keraton lainnya yang memerlukan payung hias sebagai komponen penting dalam upacara adat.

“Sebenarnya, sudah banyak program pemerintah daerah yang dilakukan untuk menumbuhkan semangat generasi muda menekuni kerajinan payung lukis Mbak, program pemerintah daerah ini dilakukan selama tiga hari saja. Tapi yang menjadi masalah adalah, setelah program tersebut selesai tidak ada pengawasan atau tindak lanjut dari pemerintah supaya ilmu yang diperoleh bisa diterapkan langsung”, ujarnya.

Pemerintah yang seharusnya menjadi wadah untuk mendukung kelestarian warisan bangsa baik seni maupun budaya  harus mampu memberikan akses atau program-program yang menyeluruh. Bukan hanya setelah program itu selesai saja tetapi, harus ada tindak lanjutnya. Jika tidak ada pengawasan lanjutan, nantinya akan menimbulkan dampak atau resiko salah satunya hilangnya warisan budaya secara perlahan seperti pada Payung Lukis Juwiring ini, dikarenakan di masa yang akan datang tidak akan ada yang mewarisi karena generasi muda sendiri belum mampu menguasai ilmu yang sebelumnya belum diterapkan secara langsung.

Oleh karena itu, seharusnya pemerintah meneruskan tindak lanjut program-programnya itu lagi walaupun sudah berakhir, agar nantinya semangat generasi muda bangkit dan dapat menekuni produksi kerajinan payung lukis tersebut hingga bertahan pada generasi generasi berikutnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan masyarakat khususnya kita sebagai generasi muda. Dalam mendukung adanya budaya payung lukis ini adalah untuk langkah pertama adalah mengenali seni dan budaya.

Contohnya dengan desa mengadakan pameran payung atau festival yang diikuti oleh pelajar SMA/SMK kesenian agar mereka tertarik untuk mengembangkan budaya payung lukis atau bisa juga berkolaborasi dengan guru kesenian yang berada disekitar desa tersebut untuk mengadakan tugas praktek membuat payung lukis, sehingga dari hal ini bisa menumbuhkembangkan minat anak-anak bangsa untuk tertarik pada budaya payung lukis ini. Selain itu saat adanya festival yang diadakan secara umum pengrajin bisa memberikan pelatihan singkat tentang bagaimana cara membuat dan melukis payung.

Selain itu, di zaman yang serba canggih seperti saat ini, keberadaan media sosial juga cukup penting. Betapa banyak orang yang menggunakan media sosial untuk mencari informasi atau sekadar aktualisasi diri, dengan adanya pembuatan konten juga bisa menarik perhatian masyarakat. Harapannya, dengan adanya kreativitas kekinian ini, kreasi payung lukis tetap lestari. Karena ini merupakan salah satu keistimewaan yang dimiliki Indonesia, yang harusnya bisa dinikmati hingga kelak oleh beberapa generasi mendatang.

( Putri Ayu, Noviana, Natasha, Amalia, Ilham ) 2023

Ikuti tulisan menarik LEPMA FEB UMS lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB

Terkini

Terpopuler

Taman Pecinta

Oleh: Wahyu Kurniawan

Senin, 29 April 2024 12:26 WIB