Malam Minggu malam sakral
bagi pujangga. Seteguk kopi dan
puntung rokok siap temani
bersama dingin. Bersama keluh
kesah serta si purnama yang tak
kelihatan rupanya, dipuji agung-Nya.
Sayangnya
hujan turun begitu ombak
Mengetuk pintu-pintu langit seolah
tak sabar ingin jumpa nyamuk
yang kerjanya menggigit rindu
hingga habis batas candu.
Kopi kusesap aromanya
makin wuenak tenan rasanya
Tua muda, laki perempuan
suka aroma kopi daripada
harus menunggu.
Semalam ini biar kusimpan
rindu dalam angan. Besok
saja merindunya. Walau setelah
teguk ini habis, rokok ini musnah
tapi rinduku padamu takkan tandas.
Aku rindu kamu
alasan seteguk dan puntungku
sudah habis. Belikan aku
sebungkus rokok lagi!
Sudah itu saja.
(2022)
Ikuti tulisan menarik Gilang Ramadhan lainnya di sini.