x

Katedral Larantuka. https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Katedral-larantuka.jpg#/media/Berkas:Katedral-larantuka.jpg

Iklan

Anselmus Dore Woho Atasoge

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 5 Juli 2023

Rabu, 5 Juli 2023 21:26 WIB

Tradisi San Juan: Momen Perjumpaan Budaya dan Agama

Tepat tanggal 24 Juni, setiap tahunnya, umat Paroki San Juan Lebao Tengah Larantuka Flores Timur merayakan “pelindungnya” Santu Yohanes Pembabtis. Orang-orang di paroki ini menyebutnya dengan nama Persisan San Juan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tradisi San Juan: Momen Perjumpaan Budaya dan Agama

Bulan Juni menjadi bulan spesial bagi umat Katolik Paroki San Juan Lebao Keuskupan Larantuka. Tepat tanggal 24 Juni, setiap tahunnya, umat Paroki San Juan Lebao Tengah Larantuka Flores Timur merayakan “pelindungnya” Santu Yohanes Pembabtis. Orang-orang di paroki ini menyebutnya dengan nama Persisan San Juan (Prosesi Sakramen Mahakudus dan Patung San Juan). Hari itu diperingati sebagai hari lahirnya Santu Yohanes Pembabtis. Di hari ini semua umat paroki berbondong-bondong menuju gereja untuk terlibat dalam perayaan ekaristi memperingati hari kelahiran pelindung paroki mereka. Dan, ketika senja merayap di bukit Ilemandiri, orang-orang San Juan bergegas untuk persisan San Juan.

Tanggal 24 Juni 1903 merupakan saat pertama kalinya diadakan prosesi keliling gereja  San Juan. Saat ini pula merupakan saat pertama kalinya  patung San Juan dibawa serta dalam prosesi San Juan. Pada tahun 1913 dicapai kesepakatan antara umat Kampung Tengah dan Kota Sau untuk mengadakan prosesi dari Gereja San Juan ke Kota Sau, lalu kembali ke Gereja. Dalam prosesi ini yang diusung hanya patung San Juan. Pada tahun 1939, setelah gereja baru diberkati, Pater Eben SVD mengadakan prosesi Sakramen Mahakudus bersamaan dengan prosesi Patung San Juan. Sampai saat ini prosesi Sakramen Mahakudus dan San Juan ini dihidupkan dan terus dikembangkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tidak sedikit umat yang terlibat dalam kegiatan ini. Anak paroki yang selama ini berada di tempat yang jauh pada hari ini datang ke paroki dan telibat bersama umat yang lain. Mereka merasa bahwa mereka wajib hadir. Karena itu, meski jauh dan sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, mereka akan berusaha untuk hadir dalam ritual tahunan ini.

Semua umat paroki terlibat dalam kegiatan ini. Anak-anak, orang muda dan orang dewasa berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Kegiatan yang biasa dilakukan adalah pembenahan keadaan lingkungan, latihan nyanyi, pembinaan-pembinaan kerohanian dan ritual-ritual adat yang mendahului dan mengakhiri seluruh rangkaian prosesi San Juan ini.

Acara kegerejaan ini dipadukan dengan acara ritual adat. Ada sejumlah kegiatan yang mendahului acara inti pada tanggal 24 Juni ini. Jauh-jauh hari orang harus “angka mardomu”.  Dengan menjadi mardomu (tuan pesta), seseorang itu akan beperan sebagai tuan pesta untuk acara ini. Ada juga acara tuang lilin atau dalam bahasa Indonesianya dikenal dengan acara membuat lilin secara tradisional. Setelah itu dilanjutkan dengan periksa lilin. Lilin yang sudah disiapkan diperlihatkan kepada seluruh warga lingkungan sekaligus mencek apakah lilin-lilin itu sudah  sesuai dengan syarat untuk upacara prosesi itu. Tiga hari menjelang tanggal 24 Juni, setiap komunitas basis gerejani dalam paroki ini pun terlibat dalam ibadat triduum sebagai persiapan perayaan itu. Sampai saat ini, ritual tahunan ini masih dihidupkan dan disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan zaman. Ritual ini sudah menjadi rutinitas tahunan umat Paroki San Juan.

Ritual  San Juan terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan. Adapun rangkaian kegiatan itu adalah sebagai berikut: angka mardomu, tuang lilen, peresa lilen, prosesi dan serah punto dama. Pada bagian ini akan dijelaskan rangkaian kegiatan tersebut.

 

Angka Mardomu

Mardomu artinya orang yang secara sukarela membaktikan diri sebagai pelayan (tuan pesta) dalam seluruh rangkaian upacara prosesi. Mereka bertanggung jawab untuk menyiapkan barang-barang atau bahan-bahan yang akan digunakan dalam prosesi San Juan. Lebih dari itu, kerelaan mereka ini merupakan bukti dan tanda dari tindakan melayani Tuhan dan Lewotanah.

Orang yang angka mardomu selalu memiliki ujud atau intensi tertentu. Pada umumnya ujud atau intensi itu berupa permohonan atas keberhasilan di masa yang akan datang dan syukur atas sebuah karunia yang telah diperoleh di masa yang lalu. Orang yang angka mardomu harus mendaftarkan diri jauh-jauh hari sebelum perayaan prosesi San Juan. Mereka mendaftarkan diri pada kepala lingkungan,  ketua lingkungan dan lembaga adat.

 

Tuang Lilen

Tuang lilen berarti pembuatan lilin. Lilin-lilin yang akan digunakan dalam prosesi San Juan bukan merupakan lilin yang dibeli di toko melainkan lilin-lilin yang dibuat sendiri oleh umat paroki San Juan. Kegiatan pembuatan lilin ini disebut tuang lilen.

Orang yang berperan utama dalam kegiatan tuang lilen adalah ibu-ibu dari lingkungan yang ada di Paroki San Juan. Pembuatan lilin dilakukan perlingkungan dan juga permardomu. Artinya, ada lilin yang harus disediakan oleh lingkungan yang bersangkutan tetapi juga ada lilin yang harus disediakan oleh para mardomu.

Lilin San Juan bukan lilin sembarang lilin (bukan dibeli di toko atau dipesan entah di mana). Lilin San Juan dibuat-dicipta sendiri oleh setiap lingkungan dalam sebuah acara yang disebut tuang lilen. Bahan dasarnya adalah sarang lebah. Sarang-sarang lebah dikumpulkan, dibersihkan dan direbus dengan air hingga mendidih. Mama-mama Nagi punya peran besar dalam tuang lilen. “Masakan” yang sudah menidih dituangkan pada seutas benang; berkali-kali hingga menggumpal memanjang sepanjang ukuran benang yang disiapkan. “Masakan”  harus dituang dalam keadaan panas supaya bisa menempel pada benang-benang yang kemudian disebut sebagai sumbu. Masakan yang tidak sempat melekat dipanaskan lagi lalu dituang lagi.

Dalam kegiatan ini, para bapak juga terlibat. Kegiatan dimulai dengan ritual adat yang dibuat dengan maksud agar kegiatan pembuatan lilin berjalan dengan baik, hasilnya memuaskan, dilindungi para leluhur dan Tuhan.

 

Peresa Lilen

Setelah lilin-lilin dibuat, tibalah saatnya lilin-lilin itu diperlihatkan kepada semua umat lingkungan untuk mendapatkan persetujuan bahwa apakah lilin-lilin itu sudah memenuhi syarat atau belum. Kegiatan dipandu oleh lembaga adat dalam kerja sama dengan kepala lingkungan dan ketua lingkungan.

Pada saat inipun, umat lingkungan berdiskusi tentang pematangan persiapan perayaan prosesi. Persoalan-persoalan lain seputar kehidupan bermasyarakat dan menggerejapun diperbincangkan pada saat ini dan dicari solusi atau jalan keluarnya.

 

Prosesi San Juan

Tanggal 24 Juni merupakan hari inti dari seluruh persiapan itu. Pada pagi harinya umat San Juan berbondong-bondong ke Gereja Paroki untuk mengikuti perayaan ekaristi. Hari ini merupakan hari Orang-Orang San Juan memperingati hari jadi pelindung parokinya yakni San Juan (Santo Yohanes Pembabtis).

Tiga hari sebelum tanggal 24 Juni, umat San Juan menyelenggarakan upacara triduum di tiap-tiap lingkungan atau komunitas basis gerejani. Setelah perayaan ekaristi pada 24 Juni pagi, Orang-Orang San Juan bergegas sibuk untuk menyiapkan acara prosesi (persisan) di malam harinya. 

Dalam prosesi ini patung Yohanes Pembabtis diarak bersama Sakramen Mahakudus melewati 7 armida (tempat Sakramen Mahakudus ditahtakan dan disembah) yang disiapkan oleh 7 lingkungan yang ada di Paroki San Juan (Kampung Tengah, Gege, Lebao, Riang Nyiur, Tabali,  Kota Sau dan Kota Rowido). Prosesi dimulai dari Gereja San Juan melewati 6 armida yang dibangun di 4 lingkungan seputar pusat Gereja San Juan yakni Kampung Tengah, Lebao, Riang Nyiur, Tabali. dan berakhir kembali di Gereja. Patung Yohanes Pembabtis berada pada posisi depan Sakramen Mahakudus.

Upacara prosesi didahului dengan salve agung (penyembahan sakramen mahakudus) di Gereja San Juan.        Upacara dimulai pukul 18.00 dan berakhir pada pukul 23.00 Wita. Prosesi diikuti oleh umat paroki San Juan dan umat paroki tetangga yakni Paroki Santa Maria Pembantu Abadi Weri, Paroki Katedral Reinha Rosari Larantuka serta  para peziarah dari luar Kota Larantuka.

 

Serah Punto Dama

Dama artinya lilin. Punto artinya puntung. Serah punto dama artinya penyerahan puntung-puntung lilin. Lilin-lilin yang merupakan sisa bakaran dari prosesi San Juan dikumpulkan. Pengumpulan lilin dilakukan oleh orang muda katolik dibantu oleh para petugas keamanan lingkungan. Lilin-lilin sisa tersebut akan diolah lagi untuk dipergunakan di tahun berikutnya. Seluruh rangkaian perayaan San Juan berakhir dengan perjamuan bersama di setiap lingkungan seminggu sesudah perayaan 24 Juni itu atau di waktu-waktu lain berdasarkan kesepakatan bersama lingkungan. Dalam momen perjamuan bersama inilah, puntung-puntung lilin San Juan diserahkan secara simbolis kepada tuan mardomu tahun berikutnya.

Ikuti tulisan menarik Anselmus Dore Woho Atasoge lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Fotosintesis

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Kamis, 9 Mei 2024 17:19 WIB

Terpopuler

Fotosintesis

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Kamis, 9 Mei 2024 17:19 WIB