x

uang koin

Iklan

Eliya Najma Muntazerei

MAHASISWA EKONOMI SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
Bergabung Sejak: 9 Juli 2023

Minggu, 9 Juli 2023 20:31 WIB

Menelisik Hubungan Financial Distress dan Distress Cost Serta Urgensinya dalam erekonomian Indonesia

artikel ini menjelaskan keterkaitan antara finnacial distress dengan distress cost lalu urgensinya dalam perekonomian indonesia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Perlambatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sepanjang tahun 2020 akhirnya memberikan dampak yang signifikan pada penurunan mobilitas ekonomi di berbagai sector usaha. Dan hal ini akan berdampak pada kondisi perusahaan yang tergambar dari kesehatan keuangannya. Apabila kondisi keuangan perusahaan memburuk, maka kondisi tersebut bisa memberi dampak pada timbulnya kesulitan keuangan yang akan dihadapi oleh perusahaan.

Kesulitan keuangan adalah situasi kritis yang mungkin dihadapi banyak perusahaan selama kegiatan operasional mereka. Kesulitan keuangan dapat muncul karena berbagai alasan, seperti kemerosotan ekonomi, salah urus, hutang yang berlebihan, atau perubahan pasar yang tidak terduga.

Ketika sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan, maka akan berimplikasi pada kelangsungan hidup dan kinerja perusahaan secara keseluruhan dan akan berdampak pada perekonomian negara. Kesulitan keuangan seringkali mengarah pada serangkaian konsekuensi negatif yang dapat berdampak pada pemangku kepentingan, karyawan, investor, dan bahkan ekonomi yang lebih luas. Oleh karena itu, urgensi memahami dan mengelola kesulitan keuangan secara efektif penting guna keberlanjutan jangka panjang perusahaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Financial Distress merupakan kondisi dimana perusahaan tidak dapat membayar hutang atau kewajiban finansialnya secara terus menerus sehingga perusahaan tersebut terancam mengalami kebangkrutan.

Sedangkan distress cost (biaya kesulitan) adalah biaya yang timbul sebagai akibat dari financial distress. Biaya tersebut meliputi biaya kebangkrutan, biaya hukum, biaya kehilangan reputasi, biaya pengurangan tenaga kerja, biaya restrukturisasi perusahaan, dan biaya lainnya yang timbul akibat situasi keuangan yang buruk.

Menurut (Shahwan, 2015) financial distress dapat timbul karena adanya pengaruh dari dalam perusahaan sendiri (internal) dan dari luar perusahaan (eksternal). Faktor internal nya adalah kesulitan arus kas, besarnya jumlah hutang dan kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun. Sedangkan faktor eksternalnya berupa kebijakan pemerintah yang dapat menambah beban perusahaan, kebijakan suku bunga yang meningkat sehingga menyebabkan meningkatnya beban bunga yang ditanggung perusahaan.

Distress Cost

Financial distress atau kesulitan keuangan sangat berkaitan erat dengan Distress cost karena keduanya saling berhubungan. Kesulitan keuangan pasti membutuhkan biaya kesulitan untuk menanggulanginya. Karena ketika sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan maka nereca kas nya akan menjadi kacau dan harus sesegera mungkin diperbaiki atau dinormalkan kembali sebelum semakin membengkak.

            Perusahaan dengan biaya kesulitan yang meningkat tidak hanya menghadapi potensi kebangkrutan tetapi juga kehilangan profitabilitas karena manajemen akan disibukkan dengan gambaran keuangan yang semakin gelap, karyawan menunjukkan produktivitas yang lebih rendah karena mereka mengkhawatirkan pekerjaan mereka, pemasok akan membebankan pembayaran di muka untuk barang dan jasa daripada menagih atau memperpanjang kredit, dan perusahaan akan merasa kesulitan untuk mencari pinjaman karena investor akan memilih berinvestasi pada perusahaan yang lebih sehat untuk diajak berbisnis.

Biaya kesusahan atau distress cost dipecah menjadi dua kategori: ex-ante (sebelum acara) dan ex-post (setelah acara).

  1. Biaya ex-ante distress cost

Meliputi peningkatan biaya pinjaman (karena pemberi pinjaman membebankan suku bunga yang lebih tinggi kepada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan).

  1. Ex-post distress cost

Meliputi biaya pengajuan kebangkrutan, menyewa pengacara dan akuntan untuk menangani proses kebangkrutan, dan biaya administrasi lainnya yang terkait dengan penutupan bisnis.

Cara Mengatasi Financial Distress

Ada beberapa cara untuk membalikkan keadaan dan memperbaiki kesulitan keuangan, diantaranya:

  1. Meninjau rencana bisnis. Hal ini mencakup operasi dan kinerja perusahaan di pasar, serta menetapkan tanggal target untuk mencapai semua tujuannya.
  2. Pemotongan biaya. Hal ini berkaitan dengan pengurangan jumlah staf atau bahkan mengurangi insentif manajemen, yang seringkali dapat merugikan keuntungan bisnis.
  3. Merestrukturisasi hutang. Dalam proses ini, perusahaan yang tidak dapat memenuhi kewajibannya dapat menegosiasi ulang hutangnya dan mengubah jangka waktu pembayarannya untuk meningkatkan likuiditasnya. Dengan restrukturisasi, perusahaan dapat melanjutkan operasi.

Urgensi financial distress dalam perekonomian Indonesia sangat signifikan. Karena berkaitan dengan banyak aspek yang apabila salah langkah dalam penanganannya akan mengakibatkan kemerosotan perekonomian. Urgensi financial distress ini berkaitan dengan stabilitas perekonomian karena jika sejumlah perusahaan mengalami financial distress akan berakibat timbulnya efek domino yang menyebabkan krisis keuangan yang kebih luas.

Selain itu ketika sebuah Negara sudah terkena efek domino dari bangkrutnya sejumlah perusahaan, yang terjadi berikutnya adalah meningkatnya kemiskinan dan mwnghambat pertumbuhan perekonomian Negara. Negara akan berusaha untuk mencari hutang ke Negara lain untuk membangkitkan perekonomian sebelum terlanjur semakin tak tertolong. Maka dari itu pemerintah sebuah Negara harus berhati – hati dalam mengambil tindakan ketika berada dalam situasi krisis ekonomi.

Mengingat urgensi financial distress dalam perekonomian Indonesia, penting bagi pemerintah, regulator, dan perusahaan untuk bekerja sama dalam memperkuat manajemen risiko keuangan, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, serta menerapkan kebijakan yang mendukung kestabilan perekonomian. Upaya ini akan membantu mengurangi risiko financial distress, melindungi stabilitas perekonomian, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pentingnya financial distress terletak pada kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi, mencegah, atau mengatasi masalah keuangan yang mungkin muncul. Dalam hal ini perusahaan memerlukan manajemen keuangan yang efektif, pemantauan yang cermat terhadap indikator kinerja keuangan, dan kemampuan untuk mengambil tindakan yang tepat dalam mengelola risiko keuangan.

Selain itu, penting untuk diingat bahwa financial distress tidak selalu mengindikasikan kegagalan atau kelemahan perusahaan. Dalam beberapa kasus, financial distress juga dapat menjadi peluang bagi perusahaan untuk melakukan perubahan yang diperlukan, melakukan restrukturisasi, dan tumbuh menjadi lebih kuat.

Kesimpulannya, financial distress serta distress cost adalah kondisi yang perlu diperhatikan dan diatasi dengan serius. Dengan pemahaman yang baik tentang penyebab, konsekuensi, dan strategi untuk mengatasi financial distress, perusahaan dapat melindungi keuangan mereka dan tetap berdaya saing di pasar yang kompetitif.

Ikuti tulisan menarik Eliya Najma Muntazerei lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB