x

Ilustrasi belanja online di e-commerce

Iklan

devia rahma nurazizah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 Juli 2023

Minggu, 9 Juli 2023 21:37 WIB

Manajemen Risiko pada Pengguna E-Commerce dalam Perspektif Islam

Perspektif Islam dalam pengelolaan risiko suatu organsiasi dapat dikaji dari kisah Yusuf dalam mentakwilkan mimpi sang raja pada masa itu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat ini belanja online merupakan sesuatu yang digemari masyarakat dibandingkan dengan belanja secara langsung ke toko. Menurut laporan terbaru dari firma riset We Are Social, sebanyak 178,9 juta masayarakat Indonesia berbelanja online sepanjang 2022 hingga awal 2023. Angka itu naik 12,8% secara tahun-ke-tahun. Penyebabnya dikarenakan masyarakat sudah terbiasa dan nyaman dengan sistem belanja seperti ini ketika pandemi COVID-19 yang memang mengharuskan untuk beraktifitas di dalam rumah. Selain itu, dengan alasan praktis, mudah, banyak promo, dan terkadang memiliki harga yang lebih murah membuat masyarakat memilih belanja online saja ketimbang offline.

Saat ini sudah banyak platform jual beli online di Indonesia atau yang biasa disebut dengan E-Commerce. E-Commerce menjadi rujukan pertama masyarakat saat ingin membeli barang secara online, karena mereka menawarkan berbagai macam produk untuk memenuhi permintaan pelanggan, termasuk pakaian, perlengkapan rumah tangga, elektronik, dan lainnya. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat risiko dalam melakukan belanja online. Nah, risiko inilah yang dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Sekalipun, kita menggunakan platform yang sudah terpercaya, risiko pun akan tetap ada. Karena semakin melebarnya sistem belanja online, maka tidak sedikit oknum yang mengambil kesempatan untuk melakukan suatu penipuan terhadap konsumen.

Sehingga pada kesempatan ini, penulis tertarik untuk membahas tentang manajemen risiko dalam perspektif islam. Risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, dari berbagai risiko yang ada, kita perlu mengendalikan atau menanganinya dengan baik. Yang dimaksud disini adalah dengan melakukan manajemen risiko, didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi, kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi, serta melakukan monitor dan pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktifitas atau proses. Dengan kita dapat melakukan manajamen risiko maka kejadian tidak terduga yang dapat muncul kapanpun dan tidak sesuai dengan kehendak, kita dapat tangani atau bahkan hindari dengan baik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sama halnya dengan melakukan belanja online di E-Commerce yang tentunya sebagai pengguna memiliki persepsi resiko ketika menggunakannya. Seperti, ketakutan akan kehilangan uang karena pedagang melakukan penipuan, kemudian kekhawatiran bahwa barang yang dipesan tidak sesuai dengan gambar dan masih banyak lagi. Dengan adanya manajemen risiko, sebelum membeli barang kita bisa melakukan pengecekan terhadap toko, dan barang yang ingin kita beli, sehingga nantinya rasa kekhawatiran atau ketakutan akan sedikit berkurang. Setidaknya, saat kita melakukan manajemen risiko sebelum melakukan pembelian, maka risiko yang ditanggung pun akan kecil juga.

Ternyata dalam islam, Allah juga menjelaskan tentang manajamen resiko. Perspektif Islam dalam pengelolaan risiko suatu organsiasi dapat dikaji dari kisah Yusuf dalam mentakwilkan mimpi sang raja pada masa itu. Kisah mimpi sang raja termaktub dalam al-Qur’an Surat Yusuf:43.

Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): ’Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk di makan oleh tujuh ekor sapi sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya 11 yang kering.’Hai orang-orang yang terkemuka: ’Terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat mena’birkan mimpi.’(QS. Yusuf: 43).

Dari kisah tersebut alqur’an menggambarkan bahwa pada tujuh tahun kedua akan timbul kekeringan yang dahsyat. Ini merupakan suatu risiko yang menimpa negeri Yusuf tersebut. Namun dengan adanya mimpi sang raja yang kemudian ditakwilkan oleh Yusuf maka kemudian Yusuf telah melakukan pengukuran dan pengendalian atas risiko yang akan terjadi pada tujuh tahun kedua tersebut. Hal ini dilakukan Yusuf dengan cara menyarankan kepada rakyat seluruh negeri untuk menyimpan sebagian hasil panennya pada panenan tujuh tahun pertama demi menghadapi paceklik pada tujuh tahun berikutnya. Dengan demikian maka terhindarlah bahaya kelaparan yang mengancam negeri Yusuf tersebut. Sungguh suatu pengelolaan risiko yang sempurna. Proses manajemen risiko diterapkan Yusuf melalui tahapan pemahaman risiko, evaluasi dan pengukuran, dan pengelolaan risiko.

Dalam perspektif Islam, manajemen risiko merupakan usaha untuk menjaga amanah Allah akan harta kekayaan demi untuk kemaslahatan manusia. Berbagai sumber ayat Qur’an telah memberikan kepada manusia akan pentingnya pengelolaan risiko ini. Keberhasilan manusia dalam mengelola risiko, bisa mendatangkan maslahat yang lebih baik. Dengan timbulnya kemaslahatan ini maka bisa dimaknai sebagai keberhasilan manusia dalam menjaga amanah Allah. Islam memberi ajaran untuk mengatur posisi risiko dengan sebaik-baiknya, sebagaimana Al-Qur’an dan Hadits mengajarkan untuk melakukan aktivitas dengan perhitungan yang sangat matang dalam menghadapi risiko.

Kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan ini, bahwa dalam melakukan aktivitas belanja online pastinya akan ada risiko yang harus ditanggung sekalipun itu platform yang sudah terpercaya. Karena dengan sistem belanja online yang sudah luas, membuat Sebagian orang menemukan cara untuk melakukan penipuan. Oleh karena itu, di dalam Islam sebenarnya sudah dijelaskan mengenai manajemen risiko salah satunya melalui surah Yusuf:43, dimana kita bisa melakukan pengendalian atau pengukuran terhadap risiko yang dihadapi seperti halnya nabi Yusuf yang diberikan kekeringan selama 7 tahun. Dari kisah nabi Yusuf inilah kita bisa belajar bahwa risiko itu juga dapat ditangani dengan melakukan pengelolaan yang baik. Jadi, bukan hanya Sebagai konsumen yang harus melakukan manajemen risiko sebelum membeli barang. Melainkan, perusahaan E-Commerce juga harus melakukannya, karena semakin risiko dapat di minimalisir maka semakin konsumen percaya untuk belanja online.

Semoga dengan adanya tulisan ini, dapat bermanfaat bagi orang yang membutuhkan informasi terkait hal sama.

Devia Rahma Nurazizah, mahasiswa prodi ekonomi syariah Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

 

Ikuti tulisan menarik devia rahma nurazizah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB