x

ilustrasi lobster. Foto: Unsplash/Meritt Thomas

Iklan

Muhammad Syafi'i Nurullah

Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia dan Content Writer berpengalaman
Bergabung Sejak: 4 Juni 2022

Jumat, 14 Juli 2023 16:42 WIB

Kisah Hendra Membangun Masa Depan Nelayan Lewat Inovasi IoT untuk Budidaya Lobster

Hendra berhasil membantu para nelayan memperbaiki nasibnya melalui penggunaan teknologi Internet of Things (IoT) untuk budidaya lobster. Ia memperoleh apresiasi SATU Indonesia Awards berkat ide briliannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebuah inovasi yang revolusioner telah muncul dari tangan seorang pemuda bernama Hendra. Ia berhasil membantu para nelayan memperbaiki nasibnya melalui penggunaan teknologi Internet of Things (IoT) untuk budidaya lobster. Ia memperoleh apresiasi SATU Indonesia Awards berkat ide briliannya.

Kisah inspiratif Hendra dimulai pada tahun 2015, ketika pemerintah melarang kapal asing untuk membeli ikan kerapu langsung dari keramba nelayan. Dampaknya sangat terasa, banyak nelayan yang kehilangan mata pencaharian akibat kebijakan tersebut.

Pada saat itu, Hendra masih menjadi seorang mahasiswa di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Hendra menyadari bahwa keramba di laut milik nelayan di Situbondo, Jawa Timur, kosong melompong, jauh berbeda dari masa keemasan budidaya ikan kerapu sebelum tahun 2015.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di sisi lain, Hendra juga tertarik dengan potensi lobster di Indonesia. Berita tentang perburuan bayi lobster secara ilegal dan penurunan hasil tangkapan para pencari lobster terus beredar. Tergerak oleh masalah ini, Hendra memutuskan untuk mencari solusi dan melakukan penelitian bersama seorang rekan kuliahnya.

Singkat cerita, setelah melakukan penelitian selama dua tahun, Hendra dan rekannya menemukan kriteria tempat yang ideal untuk budidaya lobster. Mereka juga berhasil mengidentifikasi kendala yang dihadapi oleh para nelayan, yakni pertumbuhan lobster yang lambat, hanya bertambah 100 gram dalam waktu 8-10 bulan.

Tidak menyerah dengan kendala tersebut, Hendra akhirnya berhasil menciptakan sebuah kotak sensor berbasis Internet of Things (IoT) untuk mengontrol kualitas air. Kotak cerdas ini ditempatkan di dalam keramba dan terhubung dengan aplikasi bernama “Lobstech” yang dijalankan di komputer pribadinya.

Setelah berhasil mengembangkan perangkatnya, Hendra mengalami kesulitan dalam memasarkan Lobstech kepada para nelayan. Hal ini disebabkan karena para nelayan masih memiliki pola pikir yang tradisional terkait budidaya lobster. Namun, Hendra tidak menyerah dan terus berupaya mendekati mereka agar mau menggunakan produk Lobstech.

Hendra akhirnya meluncurkan sebuah skema kerja sama dengan memberikan benih lobster secara gratis kepada para nelayan yang tertarik. Setelah lobster tumbuh besar dan siap dipanen, para nelayan hanya perlu mengembalikan lobster dengan berat yang sama dengan benih yang diberikan oleh Hendra. Itu artinya, jika Hendra memberikan 50 kg benih lobster, para nelayan hanya perlu mengembalikan 50 kg lobster hasil panen kepada Hendra.

Tidak hanya itu, Hendra juga tidak mengenakan biaya kepada para nelayan yang ingin menggunakan teknologi Lobstech. Padahal, ia harus mengeluarkan biaya sebesar Rp2,5 juta untuk setiap perangkat yang diproduksinya.

Tawaran kerja sama yang menguntungkan tersebut membuat para nelayan lobster setempat antusias mendaftar untuk bekerja sama dengan Hendra. Setelah Lobstech digunakan pada banyak keramba, hasil panen lobster meningkat drastis. Dengan bantuan teknologi berbasis IoT yang terdapat pada Lobstech, produksi lobster meningkat hingga 50%.

Waktu yang dibutuhkan untuk pembesaran lobster juga menjadi lebih singkat, hanya 3 bulan per siklus panen dibandingkan sebelumnya yang memakan waktu hingga 6 bulan. Selain itu, berat lobster juga dapat bertambah 100 gram hanya dalam waktu satu bulan.

Ketika lobster sudah siap dipanen, Hendra memberikan kebebasan kepada para nelayan untuk menjual hasil panen mereka. Mereka dapat menjual langsung ke pasar atau melalui Hendra.

Inovasi Lobstech yang dihasilkan oleh Hendra telah memberikan dampak positif bagi para nelayan di Situbondo. Salah satu mitra Lobstech, Fabdi, mengungkapkan bahwa ia memiliki pendapatan bersih sebesar Rp5 juta per bulan dari keramba lobster. Padahal, sebelum bergabung dengan Lobstech, keramba miliknya kosong karena ikan kerapu tidak lagi menjadi primadona.

Saat ini, teknologi Lobstech telah digunakan dalam 20 keramba darat dan 80 keramba laut di Kabupaten Situbondo, 50 keramba di Kabupaten Pacitan, 40 keramba di Kabupaten Jember, dan 40 keramba di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hendra juga berkomitmen untuk menginstal teknologi Lobstech berbasis IoT pada 3000 keramba di Situbondo.

Dengan inovasinya yang luar biasa, Hendra membawa perubahan signifikan dalam industri perikanan lokal. Ia membuktikan bahwa teknologi dapat menjadi solusi untuk meningkatkan hasil produksi dan kesejahteraan nelayan.

Semoga cerita inspiratif salah satu peraih apresiasi SATU Indoensia Awards ini dapat menginspirasi generasi muda lainnya untuk terus berinovasi dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Muhammad Syafi'i Nurullah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler