Aku tidak menyangka masih bisa datang ke tempat ini, walaupun begitu bagaimana kabarmu? Aku selalu mengingatmu, bahkan demi dirimu aku sudah membuatnya sebagai pekerjaanku setiap hari. Maafkan aku tidak bisa seperti dahulu mengalirkan tulisanku ini, tetapi aku sangat berharap kau tetap memberiku jawaban. Jadi, bagaimana kabarmu? Aku akan selalu menunggu di tepian ini.
Sisa hariku di sini bersamamu, tak akan kulupa untuk terus menulis surat untukmu. Aku masih mengingat di mana saat surat balasan darimu datang. Aku terus menyusuri sungai, menganggap kau seseorang yang mengerti. Bahkan lebih dari itu, aku tidak peduli dengan duniamu, kau mengerti tulisanku dan membalasnya. Aku juga mengerti akan perasaanmu, yang mengeluh akan dirimu yang terus dikotori oleh kaumku. Hari demi hari, wujudmu yang putih semakin ditutupi bercak hitam, namun kau terus tersenyum saat membantu mereka. Aku yang menganggap pengorbananmu ini sia-sia dan kau yang dengan senyumanmu mengulurkan tangan kepada mereka.
Mungkin ini hari terakhirku menulis surat untukmu. Semua tanda-tanda sudah bermunculan di sepanjang rupamu. Aku bahkan tidak bisa menyelamatkan seorang teman lama. Maafkan diriku yang tidak berguna ini. Wahai kakak penunggu sungai, aku harap kita dapat bertemu lagi, di dunia yang bersih, di sungai yang asri sekali lagi.
Ikuti tulisan menarik Almanico Islamy Hasibuan lainnya di sini.