x

Ilustrasi badut. Sumber:Pixabay.com/susannp4 susannp4

Iklan

Wahyu Tanoto

Penulis yang menyukai kopi hitam dan jadah goreng, namun ngapak.
Bergabung Sejak: 4 Agustus 2022

Sabtu, 29 Juli 2023 10:43 WIB

Ketika Pelawak “Hijrah” dari Dunia Hiburan Ke Panggung Politik

Pelawak sebagai politisi memberikan pendekatan yang segar ketika mengangkat isu-isu penting, menarik perhatian publik dengan daya tariknya yang khas. Namun, apakah peran mereka dalam politik benar-benar efektif, ataukah ini hanya mengaburkan batas antara hiburan dan kepemimpinan negara?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dunia hiburan dan politik telah lama bersilangan jalan, menyajikan para penonton dan pemilih pengalaman unik. Salah satu bentuk menarik perhatian adalah ketika pelawak, yang terkenal dengan humor satirnya, memutuskan untuk merambah dunia politik. Pelawak sebagai politisi memberikan pendekatan yang segar ketika mengangkat isu-isu penting, menarik perhatian publik dengan daya tariknya yang khas. Namun, apakah peran mereka dalam politik benar-benar efektif, ataukah ini hanya mengaburkan batas antara hiburan dan kepemimpinan negara?

Satu contoh menarik adalah perjalanan Giuseppe Piero "Beppe" Grillo, seorang pelawak dan komedian terkenal asal Italia. Pada 2009, mendirikan Partito Movimento 5 Stelle (M5S) atau Gerakan Lima Bintang, yang berfokus pada platform antikorupsi dan anti-establishment. Dengan popularitasnya sebagai pelawak, Grillo berhasil mengumpulkan massa pendukung yang jumlahnya tidak sedikit yang berhasil memenangkan sejumlah kursi di Parlemen Italia. Namun, sifat kontroversial dan retorisnya juga melahirkan kritik- sentimen publik (keraguan) terhadap kemampuannya menjalankan peran politik.

Adapun pada pendaftaran bakal calon legislatif (caleg) untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, suasana politik akan semakin variatif dengan munculnya figur-figur publik yang tidak biasa, termasuk beberapa komedian terkenal. Nama-nama seperti Komeng, Narji, Denny Cagur, Ucok Baba, dan Mongol Stres, yang selama ini lebih dikenal karena keahlian mereka dalam panggung seni hiburan, diberitakan turut mendaftar sebagai calon wakil rakyat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keuntungan dan Risiko Pelawak dalam Politik

Pelawak yang terjun ke dunia politik boleh jadi akan membawa keuntungan dan risiko. Melalui pendekatan humor, mereka sangay mungkin meraih simpati dari pemilih yang sebelumnya kurang tertarik dengan politik, serta menciptakan koneksi emosional yang lebih dekat antara politisi dan masyarakat. Semoga saja kejujuran mereka dalam menyampaikan pandangan juga membuka sekat-mengguncang status quo tanpa merasa takut kehilangan dukungan politik atau terkena sanksi partai pengusung.

Namun, risiko terkait dengan peran politisi juga harus dipertimbangkan. Kemampuan merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan publik yang cenderung rumit-birokratis akan menjadi tantangan yang tak bisa dihindari. Selain itu, risiko pengaburan antara hiburan dan politik juga dinilai dapat "mengganggu" isu-isu krusial, serta rentan mengabaikan masalah yang dihadapi oleh rakyat. 

Para komedian ini tentu memiliki alasan mengapa mereka memilih jalur politik. Dugaan saya, selain karena ada keinginan kuat untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat, melampaui batasan panggung hiburan, penulis berbaik sangka jika mereka sedang mencari panggung baru untuk menyuarakan aspirasi rakyat.

Popularitas dan pengaruh yang mereka miliki tampaknya telah menyadarkan para komedian tersebut terhadap potensinya untuk berkontribusi memajukan bangsa. Tak hanya itu, keputusan mereka juga mencerminkan ketertarikan pada isu-isu sosial. Jika mereka terpilih menjadi anggota legislatif, penulis berharap mereka memberikan suara dan “bertarung” sekuat tenaga agar menghasilkan aturan perundang-undangan yang lebih berpihak kepada rakyat.

Pemilu 2024: Ujian Bagi Pelawak

Hadirnya para komedian di dunia politik juga menimbulkan skeptisisme. Bahkan tidak sedikit yang meragukan kesiapan dan kompetensi mereka saat peran dan tugas-tugas legislatif yang serius serta membutuhkan pengetahuan mendalam tentang isu-isu kebangsaan. Kritik ini muncul karena peran politik sungguh berbeda dengan panggung komedi yang selama ini mereka geluti.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa keikutsertaan para pelawak telah membawa peluang bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi. Peran mereka dinilai bisa memperkaya khazanah duni politik tanah air, sekaligus menjadi pengingat bagi kita bahwa setiap warga negara berhak untuk berkontribusi dalam membangun bangsa ini.

Pemilu 2024 tampaknya akan menjadi “batu” ujian bagi para komedian yang mencoba peruntungan dalam dunia politik sebagai calon legislatif.  Hasilnya akan menjadi cermin bagi masyarakat untuk menilai apakah kehadiran mereka membawa dampak positif (berarti) dalam dunia politik ataukah sekadar menjadi panggung uji coba semata. Namun, Kehadiran mereka telah meramaikan persaingan kancah politik dan tidak terlalu berlebihan jika dianggap telah menyajikan warna baru dalam dinamika demokrasi di negara kita, Indonesia.

Ikuti tulisan menarik Wahyu Tanoto lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB