Seketika pongah menyapa getir
kesunyian dalam senyap yang berdalih
kalau wanita adalah media
untuk mengukir sukma
dalam raga yang berbeda.
Ia berjalan seorang diri
dengan tangan menggigil karena
takut besok raganya terpisah
dari jiwa yang sedari dulu oleh orang tua
dinyanyikan nini bobo sebagai pengantar malamnya.
Dalam gelap yang menyentuh
ujung rambut menjuntai sambil
melambai ke depan para preman
yang siap eksekusi diri
seraya tengadahkan asa
kenapa hidup harus dalam gulita.
Ia buru-buru pulang
tak mau lewat situ lagi
Namun nahas, besok lusa
ia harus ke sana karena jalan lain
sudah ditutup dengan alasan
ada komplotan kelas kakap yang siap sergap.
Sudah itu saja.
(2022)
Ikuti tulisan menarik Gilang Ramadhan lainnya di sini.