x

Iklan

Irfansyah Masrin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 Januari 2020

Selasa, 15 Agustus 2023 08:09 WIB

Teman Sefrekuensi; Islam Sebagai Solusi.

Banyak pertemanan yang dilandaksan pada kepentingan sesaat hingga kepentingan itu berakhir, maka berakhir pula frekuensi pertemananan yang telah dijalin

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mencari teman itu cukup mudah, namun mempertahankan pertemanan dengan waktu yang lama itu kian begitu sulit dilakukan. Mengapa tidak? Ada banyak hal yang membuat sebuah pertemanan atau persahabatan tidak berlangsung lama atau bahkan menjadi kandas seketika. Bisa karena ada masalah pribadi, masalah jarak, soal pekerjaan, sibuk dengan aktivitas yang berbeda-beda, telah menemukan circle yang berbeda yang membuatnya nyaman, berbeda orientasi atau bahkan adanya perbedaan prinsip hidup. Semua perbedaan itu tentu hanya sebagian kecil dari sekian banyak perbedaan. Meski hal itu tidak salah, belum tentu benar juga.

 

Namun yang mesti kita telusuri adalah apa yang melatarbelakangi terjadinya perbedaan-perbedaan itu? apakah hanya soal aktivitas yang berbeda-beda, orientasi hidup yang berbeda ataukah justru hanya persoalan kecil yang mungkin dapat terselesaikan hanya dengan menyita sedikit waktu untuk ngobrol. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Ada orang yang mindset berpikirnya bahwa kebahagiaan hidup didapatkan dengan memperbanyak materi, sehingga ia dengan sendirinya menemukan pertemanan baru yang se-frequensi dengan tujuannya, hingga dengan mudah meninggalkan circle lama yang telah dibangun hanya karena tidak dapat memberi jalan baginya untuk memperbanyak materi.

 

Ada pula yang yang berkumpul untuk satu hobi yang sama. Pada saat ia menemukan hobi baru, lantas orang-orang yang dikenal di perkumpulan sebelumnya ditinggalkan hanya untuk memenuhi ekspektasi hobi yang lebih menyenangkan dengan orang-orang baru yang dikenal.

 

Demikian pula banyak orang yang terpaksa meninggalkan circle pertemanan sebelumnya untuk menggapai orientasi hidup yang berbeda di tempat yang berbeda. Hal ini tidaklah salah, karena setiap orang punya pilihan-pilihan atas hidupnya dan ia lebih paham bagaimana harusnya ia memilih dan mengapa memilih. Tentu sejalan dengan segala konsekuensi logis yang akan dihadapi bersama pilihan-pilihan tersebut, seperti pertemanan yang kandas, frekuensi yang buyar dan sebagainya.

 

Ada yang berkumpul karena kepentingan politik, ketika kepentingan dan koalisi gagal, maka berpisah. Bersama karena suatu bisnis, saat bisnis gagal semuanya bubar. Bersatu karena misi sosial, ketika misi selesai semuanya terpencar. Demikian pula berteman, berkumpul dan bersama karena adanya asas manfaat di dalamnya, saat asas manfaat tidak dapat diraih, lalu akhirnya terpisah, terpencar dan memilih jalan hidup masing- masing.

 

Sekilas seperti tak ada yang salah, hanya saja kita mesti petakan satu hal, bahwa frekuensi pertemananan yang dipilih bukan berdasarkan hal-hal yang semu, atau sekedar hanya karena kepentingan tertentu. Karena jika hal itu yang terjadi, kita hanya akan membawa diri kita pada kondisi yang justru tidak se-frequensi dengan hati dan pikiran kita sendiri. Sederhananya kita akan lebih banyak menggunakan topeng-topeng kepalsuan. Berkumpul hanya sekedar menghargai, berteman hanya untuk satu kepentingan yang diraih atau bahkan bersahabat karena dipaksa oleh keadaan yang menguasai. Tentu pertemanan yang seperti ini tidak akan bertahan lama, bahkan kita hanya akan dituntut oleh ketidakpuasan yang tak berujung atau ketidaktenangan yang tak dapat dijunjung.

 

Pertemanan yang berlangsung karena kepentingan yang semu hanya menciptakan kepedihan yang terus berulang. Menjalin pertemanan hanya karena sesuatu, mungkin ia akan bahagia. Tapi saat sesuatu itu hilang ia hanya menyisakan kesedihan dan ia harus meninggalkan circle pertemanan tersebut untuk mencari circle pertemanan yang baru. Hal seperti itu akan terus berulang pada saat ia terus mencari circle pertemanan yang sesuai dengan harapannya. Begitulah jika suatu ikatan dijalin atas dasar kepentingan yang semu. 

 

Sebagai muslim penulis tentu menawarkan solusi Islam. Loh, kok harus Islam sebagai solusi? Pembahasan ini kan hanya pembahasan sederhana yang tidak membutuhkan dalil. Nah, Itulah Islam agama yang sempurna. Islam menjelaskan bahwa pertemanan haruslah didasarkan pada suatu ikatan yang abadi, yaitu ikatan akidah. Seseorang yang mengikat dirinya pada ikatan akidah, ia tak akan mudah lepas hanya karena berbeda prinsip pribadi, karena prinsip utama yang digenggam adalah prinsip akidah. 

 

Seseorang yang berteman karena ikatan seakidah tidak akan memandang perbedaan suku dan ras sebagai daya beda, justru akan saling menasehati jika ada hal-hal yang tercela. 

 

Demikian pula seseorang tidak akan peduli pada status sosial yang berbeda, pada pangkat dan jabatan yang berbeda, pada rupa dan raga yang berbeda, harkat dan harta yang berbeda, selama ia memiliki akidah yang sama, maka akan tetap terjalin kuat ikatan tersebut dengan berbagai latar belakang yang berbeda-beda. Begitu pula frekuensi ikatan akidah akan tetap menancap kuat pada diri seorang muslim meski jangkauan jarak di antaranya sangatlah jauh. 

 

Karena seseorang akan menyadari bahwa ketenangan hidupnya akan didapat dengan menjadikan ikatan akidah sebagai ikatan yang kuat. Ia akan merasa hidupnya selamat dengan menjadikan ikatan akidah sebagai satu-satunya ikatan yang membuatnya teguh dalam prinsip hidupnya apapun dan bagaimanapun dia.

 

Hanya ikatan akidahlah yang mampu menyatukan banyak suku dan bangsa. Yang mampu mengumpulkan banyak massa dari latar belakang yang berbeda. Yang mampu menguatkan kesolidan antar pribadi manusia. Maka keselamatan yang amat besar dapat diraih dengan menjadikan ikatan akidah sebagai satu-satunya pondasi kehidupan. Ia menjadi prinsip hidup, ia harus menjadi orientasi hidup, ia harus menjadi tujuan hidup, ia harus menjadi jembatan penghubung yang mana kita akan bersama menuju surga Allah. Hanya dengan ikatan akidah semua akan dapat dicapai dengan sama-sama memanjatkan taat pada-Nya. 

 

Karenanya teman sefrekuensi haruslah teman yang seakidah. Yang mengajak taat kepada Allah, yang selalu menguatkan, yang senantiasa mengingatkan kebaikan, yang selalu memastikan kita dalam keadaan taat, dan selalu mengorbankan waktu, tenaga, harta bahkan nyawa dalam pengorbanan demi tegaknya akidah dalam sendi-sendi kehidupan manusia, baik kehidupan personal maupun pada persoalan sosial dan politik. Semua harus berlandaskan akidah Islam. insyaaAllah keselamatan dunia dan akhirat akan dapat digapai.

Ikuti tulisan menarik Irfansyah Masrin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu