Perayaan

Rabu, 16 Agustus 2023 09:46 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
PIN MERAH PUTIH
Iklan

Menikmati dan memaknai karnaval mungkin memang dua hal yang berbeda.

"Bu"

"Iya, kenapa le?"

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Danu terlihat ragu mengatakan apa yang disampaikan gurunya di kelas tadi. Sebenarnya hanya masalah sepele, diminta memakai baju putih dan celana merah. Tapi Danu tahu bahwa baju putih yang ia miliki sebagian sudah berlubang di beberapa tempat dan sebagian lagi sudah berwarna kekuning-kuningan. Ia tak pernah tega meminta baju baru karena Danu tahu bahwa uang yang didapat orang tuanya hanya dapat mencukupi biaya makan mereka dan sebagian ditabung untuk biaya sekolahnya.

"Bu, di hari perayaan besok sekolah menyuruh memakai baju putih dan celana merah" nada suara Danu terdengar ragu

"Pakai seragam sekolah yang kamu pakai setiap hari senin dan selasa itu saja tho le."

"Lho bapak sudah pulang?"

"Iya bu"

"Itu kemeja pak, Danu dimintanya memakai kaos"

"Dua benda itu berbeda?"

"Iya pak"

"Bapak kira sama, yang bapak tahu harga seragammu itu semakin lama semakin naik saja harganya. Nanti kamu pakainya hati-hati ya biar bisa dipakai Nita nanti."

"Tapi Nita kan perempuan pak"

"Ya ndak apa-apa, kan atasannya sama beda di bawahannya saja. Kamu pakai celana Nita nanti pakai rok. Padahal kalian itu belajarnya hal yang sama, kenapa pakaian saja dibedakan, bapak heran."

"Danu juga tidak tahu pak, mungkin peraturannya memang begitu"

"Ndak masuk akal"

Danu melihat bapaknya mulai menyulut rokok hasil racikan sendiri dan mulai mengeluarkan asap melalui hidungnya. Entah apa yang bapaknya pikirkan saat ini, mungkin masalah rok dan celana atau masalah kaos dan kemeja. Danu tak pernah bisa menerka isi pikiran orang dewasa. Lalu ibu datang dari dapur membawa teh yang masih mengepul dan sepiring nasi beserta lauk pauknya. Hal yang juga masih menjadi misteri bagi Danu, kenapa bapaknya harus diperlakukan bak seorang raja jika mereka tidak memiliki sebuah istana? Namun hening yang tercipta tak lama terpecah oleh suara ibunya.

"Apa kamu mau ibu pinjamkan baju ke budhe Siti? Siapa tahu sepupu mu ada baju putih yang sesuai dengan ukuranmu"

Danu masih diam, ia tidak mau ibunya terlihat mengiba pada orang lain hanya untuk sepotong baju yang hanya perlu ia pakai sekali saja. Untuk ceremonial yang entah apa maksudnya, namun Danu hanya ingin menjadi murid biasa yang mengikuti peraturan yang ada. Tapi, mungkin ada satu cara, senyum terlukis di wajahnya.

"Apa nanti ibu akan berjualan es di pinggir jalan selama karnaval?"

"Baiklah, kamu boleh tidak berangkat sekolah dan ikut ibu berjualan es bersama Nita"

Ibu Danu tahu, Danu tidak menyukai acara tahunan itu karena panas dan melelahkan. Mungkin, kesukaran hidup sudah mulai mengikis rasa ceria masa kanak-kanak yang harusnya ia rasakan. Ia hanya berharap anak perempuannya tidak mengalami hal yang sama"

"Terimakasih bu, oh iya Nita dimana?"

"Sedang tidur siang, kamu sudah makan? Mau ibu ambilkan?"

"Tidak, nanti Danu ambil sendiri saja. Dua tangan Danu masih bisa digunakan"

"Ukhuk..., Minum buk minum"

"Ini ini pak"

"Tangan bapak ikutan kesedak pak?"

Hening, mereka bertiga saling menatap dengan ekspresi yang berbeda.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Sawiji Nur

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Perayaan

Rabu, 16 Agustus 2023 09:46 WIB
img-content

Tentang Ibu

Senin, 25 April 2022 17:21 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Fiksi

img-content
img-content

Doa

Jumat, 10 Oktober 2025 09:38 WIB

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

img-content
Lihat semua