x

paskibraka

Iklan

Bacho 98'Net

ex-student movement activist 98'
Bergabung Sejak: 21 Juni 2023

Kamis, 17 Agustus 2023 10:32 WIB

Bhineka Tunggal Ika dan Cita-cita Dunia untuk Bersama dalam Keragaman

Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada Pak Dino dan para peserta kongres diaspora, saya tidak ingin pernyataan-pernyataan mereka memberi preseden buruk bagi semua warga Indonesia di luar negri. Mayoritas tidak tahu-menahu tentang kongres maupun agenda-agenda mereka.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kegigihan bangsa kita dalam memperjuangkan kemerdekaan menginspirasi banyak negara di dunia untuk menghapuskan penjajahan dari muka bumi. Kita adalah salah satu bangsa pioneer dan mengilhami banyak negara jajahan untuk bersatu dan menentukan nasibnya bersama-sama memusnahkan kolonialisme.

Perebutan akan sumberdaya, baik itu berkedok Gold, Gospel, Glory, atau berkedok ekspansi dan kolonisasi, atau berkedok perdagangan antar negara, akan selalu menghiasi perjalanan peradaban manusia. Di hari kemerdekaan ini hendaklah kita semua menginsyafi bahwa berkibarnya Sang Saka Merah Putih di halaman rumah kita bukan berarti perjuangan telah selesai. Perjuangan hari ini adalah perjuangan untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin untuk menyiapkan hari esok. Kita mesti memupuk persatuan dalam perjalanan bersama mencapai cita-cita bangsa.

Globalisasi adalah sebuah keniscayaan yang harus kita insyafi dan tidak terelakan sebagai sebuah perjalanan peradaban. Ini akan menjadi tantangan bagi perjuangan bangsa di masa yang akan datang. Tentu saja bukan tantangan dalam perebutan sumberdaya, melainkan bagaimana merumuskan kerjasama yang adil antara bangsa- bangsa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bhineka Tunggal Ika yang menjadi dasar persatuan kita lebih dari 1700 pulau dan 700 bahasa dan budaya, bisa menjadi pijakan dasar kita untuk bersinergi dan berkolaborasi dengan banyak bangsa dalam membangun visi-misi peradaban bersama, Kita berharap tidak ada lagi istilah pemukiman terbelakang dan desa tertinggal. Tiap dari kita bisa mendapatkan akses yang sama dalam membangun masa depan bersama.

Keinginan semua bangsa-bangsa dalam bersinergi dan berkolaborasi dikarenakan di akar budaya bangsa-bangsa lain-pun memiliki versi Bhineka Tunggal Ika. Pak Winanto Adi, konsulat jendral Newyork, dalam acara pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih di Balai Kota Philadelphia USA, mengatakan Amerika memiliki E Pluribus Unum (bahasa Latin-Romawi kuno yang artinya out of many one. Dalam bahasa Indonesia bisa di terjemahkan sebagai “dari banyak atau beragam menjadi satu”). Jadi, sacara filosofis telah ditemukan persamaan landasan nilai-nilai bersama.

Tidak hanya itu moto lahirnya Uni Eropa adalah United in Diversity yang dalam bahasa Indonesia diartikan “bersatu dalam keragaman”, UE bersatu dalam keragaman anggotanya, masing-masing dengan bahasa, budaya dan sejarah yang berbeda-beda, dan menekankan kesatuan sambil merayakan keragamannya. Sementara di benua Afrika, ada filosofi Ubuntu atau I am because we are yang jika di terjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “Aku ada karena Kita ada”. Ini menekankan bahwa semua adalah kesatuan dan kita adalah bagian dari sebuah kesatuan dan patut untuk saling menghargai dan menghormati.

Sementara di India ada bahasa Sansakerta kuno Vasudhaiva Kutambakan atau the world is one family yang dalam bahasa indonesianya diartikan “dunia adalah satu keluarga”. Ini filosofi yang menekankan pada esensinya se-isi dunia adalah satu keluarga. Dan kita memiliki kewajiban dan tanggung jawab bersama terlepas di batas-batas negara mana kita berdiri atau di-latar belakang sejarah mana kita terlahir.

Dari semua peribahasa-peribahasa kuno ini, kita menginsyafi bahwa kita adalah satu kesatuan yang dipisahkan oleh garis batas-batas negara dan latar belakang sejarah. Namun hal itu tidak akan menghentikan kita untuk melihat masa depan bersama dan meniti kolaborasi, sinergisitas, kerjasama, gotong-royong dan bahu- membahu dalam memecahkan masalah-masalah secara bersama di masa yang akan datang.

Dalam pidato upacara di Philadelphia, telah tercetus kehangatan dan keakraban dari pemerintah Philadelphia untuk merangkul masyarakat Indonesia di Philadelphia dalam membangun masyarakatnya dan budayanya. Pemerintah setempat juga sepenuhnya memberikan pelayanan publik bagi mereka yang membutuhkan dengan berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia. Hal ini adalah sebuah milestone yang besar bagi masyarakat Indonesia di Philadelphia. Dan harapannya di kota Philadelphia telah membangun masyarakat Indonesia yang sudah cukup solid, bisa menjadi jembatan antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Philadelphia dalam membangun pondasi-pondasi awal terbentuk berbagai kerjasama sosial dan budaya.

Kita beraharap di dalam upacara-upacara bendera mendatang bisa di hadiri pemerintah dari berbagai instansi yang menyangkut, sosial, budaya, pendidikan dan tourisme. Sehingga bisa terjalin hubungan yang lebih baik dan lebih maju. Dan kita semua berharap semua pihak bisa berkerja-sama dalam mewujudkan cita-cita bersama tanpa ada pengusungan agenda pribadi maupun golongan.

Dalam hal ini perlu juga di sampaikan kekecewaan kita jika ada pihak-pihak yang mengakui diri mereka sebagai perwakilan warga Negara Indonesia di luar negeri atau Amerika, dan melakukan kongres international di Jakarta lantas calling out Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan memberikan statemen di media mempertanyakan dukungan ibu mentri terhadap program-program diaspora. Saya berpikir tindak-tanduk ini tidak santun. Terlebih jika diucapkan oleh diplomat sekaliber Dino Patti DJalal, hal ini akan memberikan contoh-contoh buruk bagi para diaspora di luar negri untuk terinspirasi memberi tekanan atau ngambek setiap keinginan mereka tidak dikabuli oleh Menlu.

Padahal organisasi model kapal Nabi Nuh yang mencomot sepasang anggota dari tiap kota dan berharap nantinya menjadi basis yang besar di akhir zaman ini gampang sekali di buat dan tidak bermodal besar. Jika diaspora-diaspora menggunakan taktik yang sama untuk menekan pemerintah nantinya kita semua tidak pernah dianggap serius untuk membangun gerakan masyarakat dan membangun sinergi, kolaborasi dan kerjasama di masa yang akan datang, baik itu di waktu satu dua tahun, apalagi agenda seminar kongres Group Diaspora binaan Pak Dino sudah melukiskan agenda sampai tahun 2045.

Dengan tidak mengurangi sedikitpun rasa hormat saya kepada Pak Dino dan para peserta kongres Diaspora, namun saya tidak ingin statement-statement mereka nantinya memberi preseden buruk bagi semua warga Indonesia di luar negri yang mayoritas tidak tahu-menahu tentang kongres maupun agenda-agenda mereka dan apa yang mereka coba bangun. Bisa jadi agenda-agenda mereka adalah hal yang patut kita hargai, jika bisa kita dorong. Namun kelompok ini harus memiliki strategi-strategi yang berbeda dari strategi lama mereka, dan nantinya kita semua bisa bersama-sama membangun bangsa dengan kapasitas kita masing-masing, terlepas kita yang lulusan Berkeley, Harvard, Stanford, community college, ataupun mereka-mereka yang belajar kesehariannya lewat youtube.

Kita semua tetap punya andil yang sama dalam mengusung cita-cita revolusi 1945, semoga perayaan 17 Agustus menjadi ajang untuk kita semua bersatu dan melupakan segala perbedaan dan menuju cita-cita bersama untuk Rakyat Indonesia, Amin...!

Ikuti tulisan menarik Bacho 98'Net lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu