Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menjadi salah satu bahan perbincangan yang hangat di tengah kemajuan teknologi digital selain ramainya perbincangan tentang block chain.
Belum lama kemunculan tools berbasis AI, yaitu ChatGPT (Chat Generative Pre-Trained Transformer) menjadi perdebatan kalangan scientist dan akademisi. Beberapa yang kontra terhadap ChatGPT berpandangan bahwa ChatGPT mengancam sisi integritas bidang penelitian.
Melalui chatbot, kita dapat memanfaatkan respon pembelajaran mesin atas permintaan kita. Membantu menulis, menguraikan topik tertentu yang lebih cepat daripada kita melakukan pencarian lewat mesin pencari di internet.
Tentu pemanfaat AI semacam ChatGPT atau yang lainnya akan menjadi tanggungjawab pengguna berbagai perangkat kecerdasan buatan itu dari berbagai persepktif.
Berbagai inovasi yang lahir dari perkembangan AI memberikan banyak kemudahan dan perubahan yang berdampak kepada efisisensi dan otomatisasi, dibanding dengan pekerjaan yang dilakukan secara manual atau berbasis tenaga manusia.
Salah satu platform yang mulai banyak muncul dengan memanfaatkan tekonologi AI adalah paltform Startup. Pada Startup biasanya AI dimanfaatkan untuk meningkatkan layanan bisnis seperti chat panel, chatbot, dan data analytics. Kemudian juga AI dipakai pada natural language processing dan pemrosesan suara khusus untuk bahasa Indonesia.
Pengembang teknologi AI pada Startup Nodeflux
Nodeflux merupakan Startup yang dikembangkan untuk teknologi Intelligent Video Analytics. Perusahaan yang didirikan Meidy Fitranto dan Faris Rahman ini fokus pada pengembangan teknologi Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) yang hadir untuk menyelesaikan berbagai persoalan sehari-hari yang mampu bersaing dengan perusahaan teknologi negara berkembang lainnya.
Nodeflux juga satu-satunya startup di Indonesia yang berhasil meraih peringkat ke-25 tingkat internasional untuk kategori algoritma pemrograman “Face Recognition Vendor Test” (FRVT) dari National Institute of Standards and Technology (NIST).
Di antara inovasi teknologi berbasis AI yang dikembangkan oleh Nodeflux adalah program Nvidia Inception untuk pengembangan microchip technology deep learning. Sejak berdiri tahun 2016, Nodeflux telah berhasil menghasilkan beberapa produk Computer Vision. Salah satu yang paling banyak dikenal adalah produk untuk Smart City yang bisa membantu pengawasan kota dengan menggunakan CCTV yang terpasang di jalan raya dan perkotaan.
Perusahaan yang meraih penghagaan SATU Indonesia Awards pada tahun 2018 ini juga mengembangkan solusi AI untuk identifikasi otomatis dari wajah (pengenalan wajah) yang dapat dicocokkan dengan data yang ada, seperti data Dukcapil.
Kemudian untuk membantu implementasi teknologi berbasis AI pada kebutuhan bisnis ritel, Nodeflux berinovasi melalui program visual merchandising dan Planogram (perancangan display barang dagangan).
Selain itu, Nodeflux juga menghadirkan beberapa solusi AI untuk membantu penanganan pandemi COVID-19. Di antaranya, pengawasan terhadap kendaraan dan mobilitas manusia untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dan penindakan oleh pemerintah, aplikasi deteksi penggunaan masker di tempat-tempat umum untuk melihat kepatuhan warga, dan aplikasi pencocokan data untuk program vaksinasi COVID-19.
Inovasi ‘AI on the Edge' Nodeflux untuk daerah terpencil
Inovasi Nodeflux di bidang teknologi berbasis AI terus meningkat dan memberikan dampak. Sejak tahun 2017, Nodeflux terus berinovasi di bidang teknologi tepat guna yang menjalin kerja sama dengan pemerintah DKI Jakarta melalui program Jakarta Smart City.
Lebih dari itu juga teknologi yang dibuat Nodeflux kini telah dimanfaatkan di bidang layanan lalulintas, seperti untuk pengawasan pelanggaran lalu lintas, menghitung volume kepadatan kendaraan bermotor yang melintas, serta deteksi parkir liar.
Namun tantangan dalam mengembangkan teknologi AI yang umumnya dihadapi oleh para pengembang teknologi AI adalah kebutuhan infrastruktur yang mahal, dalam hal ini server untuk model AI bisa berjalan.
Terlebih ketika berbicara mengenai Internet of Things (IoT), tentu sangat dibutuhkan bandwidth internet yang besar agar berbagai macam aktivitas yang dikaitkan dengan otomasi dengan pemanfaatan internet dapat berjalan dengan baik.
Namun, tidak semua perusahaan di Indonesia bahkan di luar negeri mampu memenuhi hal itu, sehingga untuk menjual aplikasi atau sistem serupa di daerah terpencil akan menelan biaya yang sangat mahal.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Nodeflix kemudian mengambangkan ‘AI on the Edge', yang dimungkinkan dapat beroperasi tanpa koneksi internet. Ini adalah sebuah inovasi teknologi berbasis AI yang sangat bermanfaat bagi daerah-daerah terpencil yang sulit mendapatkan koneksi internet.
Menurut Adhiguna Mahendra, Chief of Research and Product Innovation Nodeflux, ‘AI on the Edge itu' dapat beroperasi di perangkat Edge yang tidak perlu teknologi canggih seperti server dengan GPU yang mahal dan berat. Bahkan di laptop gaming pun bisa jalan, atau di device kecil, sekarang ada device namanya Nvidia Jetson Nano itu kecil sekali dan harganya sangat murah.
Model AI akan berjalan dengan satu kali peluncuran, dan belajar melalui sistemnya sendiri. Dengan solusi seperti ini, model AI akan bisa ditempatkan di mana saja. Model AI dapat berkembang meski di daerah terpencil.
Dengan inovasi yang luar biasa ini, pada tahun 2018 Satu Indonesia Awards menganugerahi penghargaan kepada Meidy Fitranto dan Faris Rahman sebagai inovator Start-up AI Indonesia - Nodeflux. Semoga pengembangan teknologi berbasis AI dapat terus berkembang dan memberikan berbagai kemudahan dan dampak yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia.
Ikuti tulisan menarik BungRam lainnya di sini.
