x

Gambar oleh jodeng dari Pixabay

Iklan

Indŕato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2020

Sabtu, 19 Agustus 2023 14:50 WIB

Impor Aspal, Pemborosan Devisa Negara?

Indonesia tidak punya harga diri, karena Indonesia masih mau bergantung kepada aspal impor yang harganya sangat mahal. Dan ini sejatinya adalah pemborosan devisa negara yang telah dipertontonkan dan dibiarkan secara semena-mena dan terang-terangan. Dan hal ini telah berlangsung terus-menerus selama 43 tahun lebih, di depan mata rakyat yang masih banyak menderita. Rakyat bertanya di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78 ini: “Rakyat yang mana, yang terus melaju untuk Indonesia maju?”.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia merupakan salah satu negara importir aspal terbesar di dunia. Indonesia sudah mengimpor aspal selama 43 tahun lebih. Dan pada saat ini, Indonesia mengimpor aspal sebesar 1,2 juta ton per tahun. Atau senilai US$ 900 juta per tahun. Mirisnya, kelihatannya di masa depan, Indonesia akan terus impor aspal. Sampai kapan? Mungkin sampai harga minyak bumi dunia akan naik mencapai US$ 200 per barel. Dan setelah itu, baru kita akan melirik ke aspal Buton.

Impor aspal adalah lumrah, dan tidak perlu dipermasalahkan, seandainya saja Indonesia tidak memiliki sumber daya aspal alam Buton yang jumlah depositnya sangat melimpah. Impor aspal memang diperlukan, seandainya aspal Buton tidak mampu memenuhi kebutuhan aspal nasional. Dan rakyat sudah setuju dengan kebijakan pemerintah untuk impor aspal, karena aspal impor memang sejatinya sangat dibutuhkan untuk pembangunan infrastruktur jalan-jalan yang sekarang sedang berkembang pesat di era pemerintahan pak Jokowi.

Dengan mahalnya harga aspal impor pada saat ini, rakyat kepo, merasa heran, dan bertanya-tanya: “Mengapa Indonesia tidak mau beralih dari aspal impor ke aspal Buton ekstraksi yang harganya bisa lebih murah?”. Bukankah impor aspal itu hanya pemborosan devisa negara saja. Sedangkan harga aspal Buton ekstraksi, yang merupakan produksi dalam negeri, bisa lebih murah? Mengapa pertanyaan ini selalu diabaikan terus oleh pemerintah? Seolah-olah kebijakan impor aspal sudah sempurna dan harga mati, dan merupakan keputusan final yang tidak boleh diganggu gugat lagi?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apabila pemerintah belum tahu, bahwa sejak tahun 2021, harga aspal minyak telah naik secara signifikan, dari sekitar US$ 400 per ton menjadi US$ 600 per ton. Kenaikan harga aspal minyak ini dipicu oleh kenaikan harga minyak bumi yang tinggi akibat adanya perang antara Rusia dengan Ukraina. Dan harga aspal minyak di USA pada bulan Agustus 2023 adalah sebesar US$ 620 per ton. Sedangkan harga aspal minyak di Indonesia sekitar US$ 1.000 per ton. Angka-angka ini telah menunjukkan bahwa harga aspal minyak di Indonesia jauh lebih mahal daripada harga aspal minyak di USA.

Mungkin informasi ini bisa menjadi cermin, umpan balik, dan introspeksi diri, bagi pemerintah Indonesia untuk segera mengkaji dan mengevaluasi lebih mendalam lagi, mengenai potensi besar aspal Buton untuk mengsubstitusi aspal impor. Data-data terakhir pada tahun 2020, RTC Pertamina telah melakukan feasibility study bahwa harga aspal Buton ekstraksi adalah sebesar Rp 5.500 per ton. Sedangkan harga aspal minyak adalah Rp 7.000 per ton. Berdasarkan study ini telah menunjukkan dan membuktikan dengan jelas sekali, bahwa harga aspal Buton ekstraksi bisa lebih murah daripada harga aspal impor. Tetapi anehnya, mengapa Pertamina sendiri dan pemerintah tidak mau memproduksi aspal Buton ekstraksi?

Banyak pertanyaan-pertanyaan mengenai, mengapa pemerintah tidak mau mewujudkan hilirisasi aspal Buton? Pemerintah pasti akan membela diri, bahwa pemerintah sekarang sedang membuat Peta Jalan Hilirisasi Aspal Buton. Dan pak Jokowi sudah memutuskan Indonesia akan stop impor aspal pada tahun 2024. Mohon rakyat bersabar. Dan jangan menuntut dan memaksa terus pemerintah untuk segera mewujudkan hilirisasi aspal Buton. Percayalah kepada pemerintah. Pemerintah sekarang sedang berupaya keras untuk mewujudkan hilirisasi aspal Buton.

Masalah aspal Buton dan masalah Indonesia impor aspal sejatinya sejatinya sudah berlangsung sangat lama, sejak tahun 1980an. Kalau rakyat sekarang diminta harus bersabar, apakah rakyat selama ini masih kurang sabar? Kalau harga aspal impor bisa lebih murah daripada harga aspal Buton ekstraksi, rakyat tidak akan peduli, dan tidak perlu repot-repot mempermasalahkan, mengapa pemerintah tidak mau memanfaatkan aspal Buton?. Tetapi kalau sekarang ini harga aspal impor sedang sangat meroket, dan mahal-mahalnya akibat adanya perang antara Rusia dengan Ukraina. Apakah rakyat harus tinggal diam?. Apakah kita harus berdoa, dan berharap agar perang antara Rusia dengan Ukraina akan segera berakhir, sehingga harga aspal akan bisa turun kembali ke harga semula US$ 400 per ton? Bagaimana kalau perang baru akan berakhir 10 tahun lagi? Dan bagaimana kalau akan terjadi perang baru lagi? Siapa yang bisa mengendalikan kondisi global di masa yang akan datang?.

Pemerintahan pak Jokowi tinggal 1 tahun lagi. Kalau pak Jokowi tidak mau segera mewujudkan hilirisasi aspal Buton untuk mengsubstitusi aspal impor, maka dikuatirkan nama baik dan reputasi pak Jokowi akan hancur. Keadaan seperti ini dapat dikiaskan sebagai pepatah: “Gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga”. Gara-gara pak Jokowi tidak mau mewujudkan hilirisasi aspal Buton, maka semua kehebatan pembangunan jalan-jalan Tol tidak berarti bagi rakyat Indonesia. Oleh karena itu, mohon jangan diremehkan masukan dan kritik dari rakyat ini. Karena biasanya orang jatuh, karena tersandung kerikil, batu kecil. Dan bukan karena batu yang besar.

Mungkin kita perlu merenung kembali dalam suasana memperingati “Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78”. Semboyan yang diusung adalah: “Terus Melaju Untuk Indonesia Maju”. Apakah semboyan ini sudah benar? Bagaimana mungkin Indonesia bisa maju, kalau Indonesia masih impor aspal yang sangat mahal? Sementara di sisi lain, harga aspal Buton ekstraksi yang bisa lebih murah diabaikan? Bagaimana mungkin kita bisa terus melaju, kalau masih banyak jalan-jalan yang rusak, berlubang-lubang, dan hancur?. Karena kita tidak bisa merawat dan memperbaiki jalan-jalan, akibat harga aspal impor yang sangat mahal?

Seharusnya Indonesia bisa lebih makmur dan sejahtera dengan mewujudkan hilirisasi aspal Buton, karena hilirisasi aspal Buton sudah sesuai dengan UUD’45, Pasal 33, Ayat 3. Dan seandainya pemerintah Indonesia tidak mau mewujudkan hilirisasi aspal Buton, hal ini berarti Indonesia masih belum merdeka. Mengapa ? Karena Indonesia tidak punya harga diri. Indonesia masih mau bergantung kepada aspal impor yang harganya sangat mahal. Dan ini sejatinya adalah pemborosan devisa negara yang telah dipertontonkan dan dibiarkan secara semena-mena dan terang-terangan. Dan hal ini telah berlangsung terus-menerus selama 43 tahun lebih, di depan mata rakyat yang masih banyak menderita. Rakyat bertanya di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78 ini: “Rakyat yang mana, yang terus melaju untuk Indonesia maju?”.

Ikuti tulisan menarik Indŕato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu