x

Iklan

Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki.
Bergabung Sejak: 28 Mei 2022

Senin, 4 September 2023 15:17 WIB

Ilmu Pikiran: Memikirkan Kemahaesaan Allah Mengalirkan Kekuatan Dahsyat

Serangakaian bahasan tentang dahsyatnya Ilmu Pikiran, diantaranya pembentukan Karakter, pemicu emosi negatif, dan hal yang membuat diri tetap bersabar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Terima kasih sudah berkunjung di tulisan sederhana ini sahabat Pembaca yang saya hormati! Saya ingin membagi bahasan Ilmu Pikiran dengan judul diatas menjadi 3 bagian yakni:

  • Selalu Memikirkan Allah Membuat Karakter Kita Luar Biasa
  • Pemicu Emosi Negatif
  • Membuat Diri Tetap Semangat dan Bersabar

 

Selamat membaca!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Selalu Memikirkan Allah Membuat Karakter Kita Luar Biasa

  • Apa yang kita pikirkan dapat menentukan karakter kita di mata yang menyaksikan.
  • Semakin fokus pikiran kita pada Kemahakuasaan-Nya dan Kemahatahuan-Nya, maka akan berdampak pada kekuatan kita, kekuasaan kita dan pengetahuan yang kita peroleh melalui ilham-Nya. Dengan selalu memfokuskan pikiran ke Allah, maka karakter kira terus disederajatkan agar pantas bersama-Nya.
  • Melalui Nama Suci Allah yang terucap dalam hati senantiasa konektivitas jiwa beresonasi dengan kehadiran Allah sehingga kita selalu terhubung dengan-Nya.
  • Allah menurunkan cobaan hidup pada kita, namun apabila kita selalu dalam kondisi memfokuskan pikiran kita pada-Nya, maka level karakter kita semakin menguat dan meningkat setelah lulus dari cobaan hidup tersebut, karena Allah menolong kita dengan mengubah cara berfikir kita dan menambah pengetahuan-Nya ke dalam pikiran kita.
  • Apabila pikiran kita selalu difokuskan pada selembar uang, uang dan uang, maka badan kita akan “serapuh” kertas, mental kita mudah sekali “sobek” dipenuhi kemarahan dan hati kita mudah “terbakar” iri dengki. Hal ini ditandakan dengan fenomena rumah sakit tidak pernah kosong dari pasien, semua disebabkan karena pikiran rakyat mayoritas: uang adalah segala-galanya, dengan uang anda memiliki kuasa, dengan uang anda dapat memenuhi keinginan, dan dengan uang anda dapat mencapai apa yang diharapkan.

 

Pemicu Emosi Negatif

  • Harapan yang tak terwujudkan dan keinginan yang tak terpuaskan, menjadi pemicu marah, kesal, sedih, gelisah, kecewa, frustasi, bahkan bisa berujung pada aksi kejahatan untuk melampiaskan emosi negatifnya pada seorang atau kelompok yang dituju.
  • Faktor penentu (Diri sendiri dan Orang atau Brand yang kita harapkan):

 

Diri sendiri:

  • Kelelahan, badan sudah mencapai batas, tapi kewajiban masih banyak yang harus ditunaikan, tapi badan sudah tidak sanggup, membuat diri jadi lebih sensitif dengan apa yang kita terima atas ucapan dan keadaan dari luar diri.
  • Ketidakmengertian, daya nalar kita terbatas dan mengalami kesulitan untuk memahami suatu subjek.
  • Ketidakmampuan, inkompetensi diri dengan persoalan yang dihadapi.
  • Kelaparan, membuat kita berharap banyak pada diluar diri kita, saat harapan itu terhempas, maka naluri kita membuat kita bergerak untuk dapat bertahan hidup walau menghalalkan segala cara.
  • Produk kerja atau karya pribadi yang dinilai gagal.

 

Orang atau Brand yang kita harapkan:

  • Janjinya tidak ditepati, kepercayaan menjadi sirna terhadapnya, dan kita mengalami kesulitan untuk mempercayai dia Kembali
  • Inkompetensi, harapan yang tinggi padanya namun tak sesuai realitas menjadi pemicu emosi negatif.
  • Ucapan yang tak diharapkan, penilaian kita sebelumnya yang dianggap positif menjadi keliru berdasarkan penilaian pikiran kita.
  • Produk kerja atau karya mereka dinilai merugikan.

 

Seperti tragedi kerusuhan supporter sepakbola, banyak supporter yang menaruh harapan besar kepada tim kesayangannya sampai melebihi harapannya kepada Tuhan Yang Maha Esa (dengan berserah diri pada-Nya). Akibatnya karena tim kesayangannya kalah disebabkan ketidakadilan di mata supporter, luapan emosi negatif terpicu, hingga menyebabkan terjadinya aksi kerusuhan supporter sepakbola di lapangan sepakbola tersebut. Maka dapat disimpulkan menaruh harapan yang besar kepada makhluk-Nya dengan potensi terbatas melebihi harapan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bisa menjadi faktor pemicu kejahatan merajalela.

 

Membuat Diri Tetap Semangat dan Bersabar

  • Menaruh harapan sangat besar kepada Allah SWT dengan keyakinan yang mantap, memahami bahwa potensi Allah itu tidak terbatas dibanding dengan makhluk-Nya yang memiliki keterbatasan potensi. Allah lengkap dengan segala Maha-Nya dari seluruh makhluk-Nya yang dalam kendali-Nya. Sebagaimana bunyi Surah Al-Insyirah ayat 8: “Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.”
  • Tidak sekadar ucapan “Saya hanya berharap kepada Allah”, tapi dibayangkan sifat Maha milik Allah oleh pikiran, dibenarkan oleh hati, dan diwujudkan penghambaan kepada-Nya dengan perbuatan.
  • Jika masih merasa diri tidak berkekuatan yakni tidak sabar menghadapi realita, maka sesungguhnya kita masih menaruh harapan kepada selain Allah, bisa jadi berharap pada badan kita atau pada orang lain yang kita anggap punya kuasa. Dan ini menjadi penentu derajat diri kita.
  • Apabila kita selalu berharap pada-Nya, maka orang-orang seakan melihat kita menjalani segala ujian hidup dengan penuh kesabaran. Dan ciri orang-orang yang bersabar adalah orang yang sebenar-benarnya kuat dimata yang menyaksikan. Semakin hebat kesabaran kita, maka semakin tinggi derajat hidup kita.

 

Demikian artikel yang tertulis. Semoga bermanfaat!

Cimahi, 4 September 2023.

Ikuti tulisan menarik Indrian Safka Fauzi (Aa Rian) lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 jam lalu

Terpopuler