x

Ilustrasi sungai kering akibat kekeringan (Freepik)

Iklan

Tirta Pakuan Bogor

Tirtapakuan
Bergabung Sejak: 11 Agustus 2023

Selasa, 5 September 2023 18:38 WIB

Ke Mana Perginya Air Selama Kekeringan?

Kekeringan terjadi ketika hujan tak kunjung turun, sehingga air mulai menghilang dari tanah melalui penguapan dari permukaan tanah dan transpirasi dari daun tanaman.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kekeringan adalah fenomena alam yang terjadi ketika ketersediaan air di suatu daerah menjadi sangat terbatas, akibat curah hujan rendah secara terus-menerus.

Ketika sedikit atau tidak ada hujan yang turun, tanah bisa mengering dan tanaman bisa mati. Ketika hal ini terjadi, aliran sungai akan menurun, permukaan air di danau dan waduk berkuran, dan kedalaman air di sumur meningkat. Jika cuaca kering terus berlanjut dan timbul masalah pasokan air, maka periode kering dapat berubah menjadi kekeringan.

Umumnya diperlukan waktu dua minggu hingga tiga bulan dengan curah hujan yang tidak mencukupi sebelum kriteria tersebut terjadi terpenuhi.

Penyebab Kekeringan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kekeringan dapat terjadi baik secara alami maupun karena ulah manusia. Mari kita simak lebih lanjut!

Penyebab kekeringan karena faktor alami 

  • Perubahan suhu laut: El Niño dan La Niña merupakan pola iklim yang dapat menyebabkan kekeringan di beberapa belahan dunia.
  • Jet stream: Jet stream adalah aliran angin kencang yang bergerak di atas troposfera Bumi, pada ketinggian yang relatif tinggi, biasanya antara 7 hingga 16 kilometer di atas permukaan Bumi. Perubahan jet stream dapat menyebabkan kekeringan di beberapa wilayah dengan membawa masuk udara kering dari belahan dunia lain.

Penyebab kekeringan yang disebabkan oleh manusia 

  • Perubahan iklim: Pemanasan global membuat cuaca ekstrem lebih mungkin terjadi. Hal ini dapat membuat tempat menjadi lebih kering dengan meningkatkan penguapan. Ketika tanah menjadi sangat kering, maka akan terbentuk lapisan kerak yang kedap air, sehingga ketika terjadi hujan, air akan mengalir keluar dari permukaan, sehingga terkadang terjadi banjir bandang. 
  • Deforestasi: Tumbuhan dan pepohonan menangkap dan melepaskan air ke atmosfer, sehingga menimbulkan awan dan kemudian hujan. Para ilmuwan telah mengamati hubungan antara penggundulan hutan dan kekeringan. 
  • Pertanian: Pertanian intensif pada awalnya berkontribusi terhadap deforestasi tetapi juga dapat mempengaruhi daya serap tanah, yang berarti tanah mengering lebih cepat. 
  • Permintaan air yang tinggi: Ada beberapa alasan mengapa permintaan air melebihi pasokan, termasuk pertanian intensif dan lonjakan populasi. Selain itu, tingginya permintaan di bagian hulu sungai (untuk bendungan atau irigasi) dapat menyebabkan kekeringan di daerah hilir.

Kemana Perginya Air Selama Kekeringan?

Air bergerak dengan pola yang sama sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Air jatuh dari langit sebagai hujan atau salju ke lautan, danau, sungai, dan ke daratan. Curah hujan yang jatuh di daratan memasuki air tanah atau mengalir ke sungai lalu menuju ke lautan, kemudian menguap dan membentuk awan. Dari sini, siklus hujan akan dimulai kembali.

Tapi selama kekeringan, pola ini tidak terjadi, karena air yang biasanya datang melalui hujan, tidak kunjung datang. Itu karena awan yang membawa hujan tidak selalu berada di tempat yang sama. Awan-awan ini digerak-gerakkan ke seluruh dunia oleh jet stream. Awan juga bisa ditarik menjauh dari suatu daerah oleh el nino, seperti yang terjadi sekarang ini.

Nah, ketika hujan tak kunjung turun, air mulai menghilang dari tanah melalui penguapan dari permukaan tanah dan transpirasi dari daun tanaman. Kombinasi kedua faktor ini disebut evapotranspirasi. Air juga hilang karena mengalir melalui tanah di luar jangkauan akar tanaman.

Selama musim kemarau atau dalam kondisi iklim kering, tingkat penguapan air dari permukaan tanah dan permukaan sungai bisa sangat tinggi. Ini berarti bahwa air dari sungai atau waduk dapat menguap lebih cepat daripada air yang mengalir masuk, yang menyebabkan penurunan tingkat air sungai.

 

Ikuti tulisan menarik Tirta Pakuan Bogor lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler