x

image: Lifehack

Iklan

Yogi Gumilar

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 September 2023

Minggu, 10 September 2023 09:19 WIB

Yesterday

Cerpen ini bercerita tentang kenangan dan asmara pada seorang gadis yang menyukai lagu Yesterday dari The Beatles

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Yesterday, all my troubles seemed so far away

Now it looks as though they’re here to say

Oh, I believe in yesterday

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

*

Ketika Alisa menyanyikannya pertama kali untukku aku tidak tahu apa judul lagu tersebut atau siapa yang menyanyikannya. Memang baitnya terdengar tidak asing bagiku. Aku berusaha menggali setiap kepingan ingatan yang kupunya. Mungkin aku pernah mendengarnya di radio mobil sepanjang perjalananku pulang, atau juga mungkin pernah diputar di sebuah pusat perbelanjaan yang kudatangi. Namun tidak sedikitpun dalam benakku tersirat ingatan utuh tentang lagu tersebut.

Terlepas dari semua itu aku sangat suka ketika Alisa menyanyikan lagu tersebut. Ah tidak, aku menyukai segala hal darinya. Suaranya yang lirih dan lembut, rambut yang beraroma seperti daun musim gugur, hingga sepatu bot inggris yang selalu dipakainya kemanapun ia pergi.

Namun Alisa menyanyikan lagu tersebut selalu ada sesuatu yang berbeda. Wajahnya sedikit memerah, terkadang matanya juga sedikit berkaca-kaca. Pada waktu lainnya ia sering tersenyum dan sesekali memiringkan kepalanya. Pernah juga ia hanya menyanyikannya dengan cara bersiul dengan raut yang sendu.

“Benarkah kau tidak tahu lagu itu?” tanya Alisa.

“Tidak sedikitpun.”

“Itu lagu yang sangat terkenal!”

“Mungkinkah aku begitu ketinggalan jaman?”

Mungkin saja. Musik memang bukanlah ketertarikan utamaku. Saat kebanyakan teman-temanku bermain musik semasa sekolah, aku hanya menyendiri dan membaca novel kegemaranku. Hal ini terus berlanjut hingga kini. Aku selalu membawa sebuah buku kemanapun pergi. Ketika menunggu seseorang, mengantri di sebuah tempat, ataupun duduk sendirian di dalam kereta. Aku selalu menghabiskan waktu luangku tersebut dengan membaca.

Sementara Alisa, ia seperti orang-orang kebanyakan yang suka mendengarkan musik di waktu-waktu luangnya.

“Tidak juga, terkadang aku menikmati pemandangan sekitar ataupun memperhatikan orang di sekelilingku,” ujarnya.

“Benarkah begitu?”

“Tentu saja sambil mendengarkan musik,” katanya lagi sambil tersenyum.

*

Suddenly, I’m not half the man I used to be

There’s a shadow hanging over me

Oh, yesterday came suddenly

*

“The Beatles penyanyinya, jangan bilang kau tidak pernah mendengar nama itu,” seru Alisa.

“Kalau The Beatles tentu saja aku pernah mendengar namanya.”

Alisa selalu menyanyikan lagu itu dimanapun. Ketika dalam bis kota sepanjang perjalanannya, pada malam hari ketika aku menemaninya pulang, atau ketika kami sedang bersama di padang rumput tepi hutan seperti hari ini. Sambil merasakan embusan angin sore, duduk di bawah daun-daun yang berjatuhan, atau memandangi sungai yang mengalir perlahan.

Terkadang hanya gumamannya saja, namun aku bisa mendengar dengan jelas, itu adalah lagu yang selalu ia nyanyikan.

“Tidakkah kau mendengarkan lagu lain?” tanyaku.

“Tentu saja, aku juga suka mendengarkan lagu lainnya. Namun entah kenapa lagu ini begitu berkesan bagiku”

Maka itulah yang Alisa lakukan sepanjang hari. Ia menyanyikan lagu Yesterday tanpa henti. Entah dengan sihir apa perlahan-lahan akupun mulai menyukai lagu tersebut.

Setelah beberapa lama aku mendengarkannya dari Alisa, akupun mencoba mendengarkannya juga. Aku menulis liriknya di sebuah kertas dan mencoba menyanyikannya. Hingga suatu hari aku dan Alisa menyanyikannya bersama. Ia tertawa ketika mendengar suaraku. Seperti sebuah ejekan.

“Kau tahu kenapa aku menyukai lagu ini?” ia bertanya.

Aku tidak perlu menjawabnya. Ia pasti akan mengatakannya dengan sendirinya.

“Karena aku selalu merindukan hari-hari kemarin, hari-hari yang telah berlalu.”

Meskipun aku tidak mengatakan apapun kepadanya, hatiku sering bertanya-tanya. Sebesar apa Alisa merindukan hari-hari yang telah dilewatinya? Ada apa dengan hari-hari tersebut? Tentang semua itu ia tidak menceritakannya lebih jauh. Alih-alih menjawab pertanyaanku, ia malah bernyanyi lebih lama lagi.

Terkadang aku mengunjungi tepi hutan ini sendirian saja tanpa ditemani Alisa. Aku menyanyikan lagu itu beberapa kali. Suaraku tentu saja tidak sebagus dirinya. Namun aku tidak perlu khawatir dengan hal itu. Tidak ada seorangpun yang akan mendengarkan suaraku. Hanya burung-burung yang sesekali datang. Aku menyanyikannya lebih keras. Aku memandangi sungai dan pepohonan di sekelilingku. Aku memikirkan Alisa.

*

Why she had to go, I don’t know, she wouldn’t say

I said, something wrong, now I long for yesterday

*

“Sejujurnya, aku akan pergi,” Alisa berkata suatu hari.

“Kemana?”

“Aku tidak bisa mengatakannya.”

“Apakah kau akan kembali?”

“Aku juga tidak bisa memberitahu.” Ia mengatakan semua itu tanpa pernah memandangku sekalipun.

Jadi itulah alasannya. Mengapa Alisa selalu merindukan hari kemarin. Hari-hari ketika kami selalu bersama. Ketika kami berjalan berdua ke arah tepian hutan. Alisa selalu berjalan lebih cepat. Ia dengan cekatan melewati bebatuan dan anak-anak sungai di hutan. Rambut panjangnya menari seiring langkah kakinya. Tunggu aku, pintaku setiap kali bersamanya. Namun ia hanya tersenyum dan melanjutkan langkahnya.

Lalu tibalah kami di sebuah sebuah perbukitan. Kami dapat melihat jelas matahari sore yang sebentar lagi hilang. Tidak ada seorangpun di sini. Hanya kami berdua. Alisa menyanyikan lagu itu lebih keras. Kami merebahkan diri ke rerumputan. Memandangi awan yang melintas dan merasakan angin yang melewati ruas-ruas jari kami yang bersentuhan di udara.

Kini akupun merindukan hari-hari tersebut. Hari dimana kami selalu bersama. Namun semuanya telah berlalu. Kini aku hanya sendirian di padang rumput itu. Aku mencoba mengingat wajah sendu Alisa. Aku berupaya membayangkan merdunya suara nyanyiannya kala itu. Aku juga mencoba mencari kembali jejak kakinya di rerumputan yang tidak pernah berjauhan dari jejak kakiku.

Entah mengapa begitu mudah mengenang hari-hari yang telah berlalu. Aku hanya perlu waktu dan tempat untuk menyendiri. Setiap potongan ingatan akan tersusun kembali dengan sendirinya. Lalu aku akan menyanyikan lagu tersebut sekali lagi dan membayangkan seolah Alisa masih di sini, bernyanyi bersamaku.

*

Yesterday, love was such an easy game to play

Now I need a place to hide away

Oh, I believe in yesterday

***

Ikuti tulisan menarik Yogi Gumilar lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu