x

image: Hipwee

Iklan

Safwawidadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 14 September 2023

Jumat, 15 September 2023 10:18 WIB

Merangkul Nilai-Nilai Pancasila di Era Digital, Peran Pelajar Pancasila sebagai Pahlawan Anti Kecurangan dalam Dunia Pendidikan

Saya mengenal seseorang yang pelit, tuli saat ujian. Saat sekolah mulai mengadakan penilaian akhir semester, dengan terang-terangan ia menyuarakan pendapatnya tentang kecurangan yang dilakukan teman-temannya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

      Saya mengenal seseorang yang pelit, tuli saat ujian. Saat sekolah mulai mengadakan penilaian akhir semester, dengan terang-terangan ia menyuarakan pendapatnya tentang kecurangan yang dilakukan teman-temannya. Hingga akhirnya ia dijauhi, dan dicap ‘sok suci’. 

      Baru-baru ini, saya juga mengenal seseorang yang memiliki semangat tinggi untuk terus berusaha, belajar untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya, agar tetap berjalan dengan prinsip kejujuran ketika mengerjakan ujian walaupun nilainya masih lebih kecil dibandingkan teman-temannya yang melakukan kecurangan.

      Mereka yang saya kenal diatas adalah saya sendiri, Maria Zakiyya Safwawidadi. Seorang pelajar yang tengah duduk di bangku Madrasah Aliyah Negeri. Saya lahir ketika dunia sedang berevolusi menjadi dunia digital yang ditumbuhi dengan banyak kepraktisan dan kemudahan khususnya dalam mengakses pendidikan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

      Di era digital yang serba canggih ini, peran dan identitas seorang pelajar Pancasila semakin relevan dan penting. Sebagai penerus bangsa, mereka tidak hanya dihadapkan pada kemajuan teknologi, tetapi juga menghadapi tantangan moral dan etika yang semakin kompleks. Dalam menjalani kehidupan di dunia maya yang begitu luas, para pelajar Pancasila harus mengakar pada nilai-nilai luhur Pancasila sebagai kompas utama dalam mengarungi samudera digital yang tak terbatas.

       Mengarungi lautan informasi yang tidak terbatas di era digital adalah seperti berlayar tanpa batas menuju cakrawala tak terhingga. Dalam persimpangan zaman yang canggih ini, nilai-nilai Pancasila adalah fana. Semakin canggihnya zaman, Pancasila adalah nilai-nilai yang abadi dan tak tergoyahkan. Nilai-nilai luhur ini adalah mercusuar yang akan menerangi jalan para pelajar Pancasila dalam menghadapi segala tantangan di ranah maya.

       Dalam labirin era digital, cobaan demi cobaan mungkin akan menghadang, godaan-godaan menggiurkan mungkin mencoba membelenggu integritas dan jujur kami. Namun, pelajar Pancasila tetaplah berkibar layaknya bendera di puncak gunung, menandakan keberanian untuk bersikap jujur dan berintegritas, meskipun tidak ada yang menyaksikan. Kami adalah duta-duta kejujuran di tengah samudera informasi yang begitu kompleks.

      Ditambah dunia maya yang berpola labirin, pelajar Pancasila adalah kompas moral yang akan selalu menunjukkan arah yang benar. Kami adalah pionir-pionir etika yang menegaskan bahwa di tengah gemerlap teknologi, nilai-nilai kemanusiaan adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar. Di era dimana batas antara kehidupan riil dan dunia maya semakin samar, pelajar Pancasila memilih untuk menjadi pribadi yang jujur dan autentik, sesuai dengan identitas bangsanya.

      Sebagai pelajar Pancasila di era digital, kami adalah duta-duta harmoni dan persatuan. Meskipun beragam latar belakang, keyakinan, dan kepercayaan saling bersinggungan, kami terus mengangkat bendera persatuan dengan semangat tak kenal lelah. Dengan berbekal nilai-nilai Pancasila, kami adalah perekat yang kuat, menghubungkan jutaan titik di dunia maya untuk menciptakan peradaban yang berlandaskan toleransi dan saling menghormati.

 

      Namun sayangnya, ekspektasi yang diharapkan berbanding terbalik dengan kondisi realita saat ini, terdapat berbagai tantangan baru yang mempengaruhi dunia pendidikan khususnya bagi pelajar, salah satunya adalah masalah plagiasi tugas dan kecurangan saat ujian yang sudah dianggap hal biasa karena semakin banyak yang menormalisasi perilaku tersebut. Berdasarkan data hasil penelitian melalui tes kuisioner yang telah dikaji oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta, Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56% melakukan kecurangan saat ujian, 40% nya curang saat menempuh ujian tengah semester

      Tentunya, hal ini menyebabkan degradasi moral dan kejujuran para pelajar yang tidak sama sekali mencerminkan perilaku dan nilai pelajar pancasila di era digital. Seperti  kasus kecurangan pada tes masuk perguruan tinggi di salah satu universitas negeri yang sempat viral di media sosial  pada tahun 2022 lalu, yang merugikan banyak pihak, termasuk para pelaku yang langsung di diskualifikasi dan blacklist.  

       Sebagai pelajar Pancasila di era digital, saya menyadari bahwa tantangan dan peluang yang dihadapi oleh generasi muda saat ini sangat berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat telah mengubah cara kita belajar, berinteraksi, dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu, penting bagi saya untuk menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai pegangan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan digital saya.

    Lalu yang menjadi pernyataan adalah, bagaimana agar semua pelajar tetap berkomitmen mengamalkan karakter pelajar pancasila di era digital ini?

    Implementasi elemen pelajar Pancasila dapat menjadi landasan dalam mengatasi masalah ketidakjujuran pelajar saat ini. Pendidikan karakter yang kokoh dan berintegritas adalah kunci untuk membentuk generasi muda yang berkualitas dan memiliki moralitas yang tinggi. Berikut adalah implementasi masing-masing elemen pelajar Pancasila dalam mengatasi masalah penyelewengan fungsi digitalisasi khususnya untuk tindakan kecurangan dalam proses tes dan ujian.

Oleh karena itu, program "CERIA: Cegah Kecurangan, Edukasi Integritas, dan Aktifkan Pendidikan Jujur", hadir sebagai jawaban atas permasalahan tersebut. Program CERIA adalah sebuah integrasi dari workshop dan implementasi yang berkelanjutan. Dengan target peserta yaitu siswa dan siswi yang tengah menempuh pendidikan, pada tahap workshop, siswa siswi akan mendapatkan materi terlebih dahulu, setelah itu mereka akan dibagi dalam beberapa kelompok, sekaligus mentoring one o one dengan para mentor, menggunakan system pembelajaran dan mentoring yang efektif. Setelah tahap workshop dilaksanakan, selanjutnya memasuki tahap implementasi yang berkelanjutan dengan menekankan aspek “Self Reflection” dan konsekuensi sosial jika ada yang menyimpang dari perbuatan jujur yang telah disepakati Bersama konsekuensinya pada tahap workshop.

Mengembangkan program pendidikan inovatif yang bertujuan untuk mencegah kecurangan akademik, meningkatkan pemahaman tentang integritas akademik, dan mendorong perilaku belajar yang jujur di kalangan siswa adalah tujuan dari implementasi CERIA.

Program CERIA diharapkan akan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih jujur dan berkualitas, membantu mengurangi kecurangan akademik, dan mempromosikan nilai integritas di kalangan siswa, guru, dan orangtua. Dengan demikian, proyek ini akan memberikan landasan yang lebih kokoh untuk masa depan pendidikan yang lebih baik.

Sebagai pelajar Pancasila di era digital, kita harus menjadi pelopor perubahan positif, menggunakan teknologi untuk kebaikan, dan tetap setia pada nilai-nilai luhur Pancasila. Di tengah riak-riak badai informasi, saya, sebagai pelajar Pancasila di era digital, siap menjadi bagian dari perubahan yang lebih baik, dengan tetap mengakar pada Pancasila sebagai panduan utama menuju masyarakat digital yang lebih bermartabat dan bermoral.

Ikuti tulisan menarik Safwawidadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Sabtu, 27 April 2024 14:25 WIB

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB