x

Makam Raja Mataram Islam ke 4, Amangkurat 1

Iklan

Malik Ibnu Zaman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 16 Oktober 2022

Rabu, 4 Oktober 2023 07:45 WIB

Paling Tepat Pendopo Kabupaten Tegal itu Bernama Pendopo Ki Gede Sebayu, Bukan Sunan Amangkurat

Setiap kabupaten atau kota di Jawa pasti memiliki pendopo. Pendopo biasa digunakan sebagai tempat berkumpul masyarakat untuk bersilaturahmi, bermusyawarah guna memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setiap kabupaten atau kota di Jawa pasti memiliki pendopo. Pendopo biasa digunakan sebagai tempat berkumpul masyarakat untuk bersilaturahmi, bermusyawarah guna memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat.

Pendopo tersebut biasanya menggunakan nama tokoh pendiri kabupaten atau kota, tokoh yang berjasa di kota atau kabupaten tersebut, ciri khas kabupaten atau kota tersebut. Misalnya Pendopo Kabupaten Kediri bernama Pendopo Panjalu Jayati, Pendopo Kabupaten Jepara bernama Pendopo Kartini, Pendopo Kabupaten Cilacap bernama Pendopo Wijayakusuma Sakti.

Tegal secara administratif dibagi menjadi dua wilayah yaitu Kota Tegal dan Kabupaten Tegal. Nah, meskipun memiliki histori yang sama, nama pendopo keduanya berbeda. Pendopo Kota Tegal bernama Pendopo Ki Gede Sebayu, sementara Pendopo Kabupaten Tegal bernama Pendopo Sunan Amangkurat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pendopo Ki Gede Sebayu terletak di Jalan Ki Gede Sebayu No.12, Mangkukusuman, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal. Sementara Pendopo Amangkurat terletak di Jalan Dr. Soetomo No.1, Jomblang, Dukuhwringin, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal.

Ki Gede Sebayu Pendiri Tegal

Ki Gede Sebayu merupakan tokoh yang berjasa besar di Tegal, ia merupakan Pendiri Tegal. Ia merupakan keturunan dari Batara Katong (Adipati Wengker Ponorogo), ayahnya bernama Pangeran Onje yang merupakan Adipati Purbalingga. Diperkirakan Ki Gede Sebayu lahir sekitar tahun 1530-an.

Sejak kecil ia diasuh oleh kakeknya Ki Ageng Wunut, setelah dewasa mengabdikan diri di Kesultanan Pajang di bawah kepemimpinan Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Ketika Kesultanan Pajang dipimpin oleh Arya Pangiri, terjadi pertempuran antara Pangeran Benowo (Putra Jaka Tingkir) yang dibantu oleh Sutawijaya dari Mataram, Ki Gede Sebayu ikut turut serta dalam perang tersebut bergabung dengan Pangeran Benowo dan Jaka Tingkir.

Setelah perang usai, pada tahun 1587 ia bersama dengan para pengikutnya mengembara ke arah barat. Kemudian sampai di Desa Taji (Salah satu desa di Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, di sana ia disambut oleh Ki Gede Karanglo. Lalu melanjutkan perjalanan menuju Banyumas untuk ziarah ke makam ayahnya yaitu Adipati Onje.

Dari Banyumas berjalan ke utara melewati Gunung Slamet, sampai di Desa Pelawangan. Kemudian melanjutkan perjalanan menyusuri Pantai Utara ke arah barat, lalu sampai di Kali Gung di Padepokan Ki Gede Wonokusumo.

Di sana ia disambut baik oleh Ki Gede Wonokusumo yang merupakan sesepuh dan penanggung jawab makam Mbah Panggung. Ia membantu Ki Gede Sebayu untuk menata dan menempatkan pengikutnya sesuai dengan keahliannya masing-masing di sepanjang Kali Gung. Ki Gede Sebayu takjub dengan tanah subur penuh ilalang di sepanjang Kali Gung yang bermuara di Pantai Utara, kemudian dibabat menjadi Tegalan (sawah yang mengandalkan air hujan). Kemudian daerah tersebut dinamakan Tegal.

Daerah tersebut semakin ramai dan berkembang, sementara itu karena mengandalkan air hujan hasil panen kurang maksimal. Kemudian Ki Gede Sebayu ditemani oleh dua pengikut setianya Kiai Sura Lawayan dan Kiai Jaga Sura berjalan sepanjang tepi Kali Gung ke selatan sampai di pinggir Gunung Selapi, munculah ide untuk membuat bendungan di Kali Gung untuk mengairi sawah-sawah.

Ia bersama dengan pengikutnya berhasil membuat bendungan yang diberi nama Bendungan Danawarih yang memiliki arti memberi air. Selain itu ia juga membuat beberapa bendungan juga yaitu Kali Jembangan, Kali Bliruk, dan Kali Wadas yang dikenal dengan sebutan Grujugan Curug Mas yang terletak di Dukuh Kemanglen. Ki Gede Sebayu juga membangun masjid dan pondok pesantren di Desa Kalisoka.

Ketika Pangeran Benowo diangkat menjadi Sultan Pajang, Ki Gede Sebayu diminta untuk menjadi patih, namun ia menolaknya. Lalu oleh Pangeran Benawa diangkat menjadi Demang atau sesepuh Tegal pada 15 Safar tahun 988 H, bertepatan dengan malam Jumat Kliwon 12 April 1580 M.

Pada Rabu Kliwon tanggal 12 Rabiul Awal 1010 H, bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1010 H, Ki Gede Sebayu diangkat menjadi Juru Demang setara dengan Tumenggung oleh Panembahan Senapati (Sutawijaya) Penguasa Mataram Islam. Tanggal tersebut diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Tegal. Ki Gede Sebayu memiliki 2 orang putra, pertama Raden Ayu Giyanti Subalaksana yang menikah dengan Pangeran Purbaya, yang merupakan putra dari Panembahan Senapati. Kedua, Pangeran Hanggawana yang melanjutkan perjuangan dari Ki Gede Sebayu.

Ia wafat sekitar tahun 1625 M dan dimakamkan tidak jauh dari bendungan yang ia bangun. Makamnya terletak di Desa Danawarih, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.



Sunan Amangkurat I Penguasa Mataram

Pendopo Amangkurat Kabupaten Tegal, merujuk kepada Sunan Amangkurat I yang merupakan Raja Mataram Islam. Nama kecilnya Raden Sayidin, ia merupakan putra dari Sultan Agung dari permaisuri kedua Raden Ayu Wetan. Makam Sunan Amangkurat I berada di Tegalwangi atau Tegalarum, Desa Pesarean, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal.

Perlu diketahui bahwa dalam catatan sejarah, Sunan Amangkurat I memiliki citra yang tidak baik, berbanding terbalik dengan ayahnya Sultan Agung yang memiliki catatan gemilang. Pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat banyak terjadi pada pemberontakan, salah satunya dilakukan oleh adiknya yaitu Pangeran Alit, karena kesal dengan sikap kakaknya. Pemberontakan Pangeran Alit berhasil dipadamkan dan ia terbunuh dalam pemberontakan tersebut.

Pemberontakan tersebut berujung pada pembantaian para ulama dan para keluarga mereka, Sunan Amangkurat I curiga bahwa para ulama berkomplot dengan Pangeran Alit. Menurut catatan Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1678-1659, Rijcklof Van Goens. 5 sampai 6 ribu terdiri dari pria, wanita, anak-anak dibantai dengan cara yang mengerikan. Kejadian tersebut terjadi 2 tahun setelah ia naik tahta menggantikan ayahnya yang wafat pada tahun 1645 M.

Tidak hanya sampai di situ, pada tahun 1659, ia membunuh ayah mertuanya, Pangeran Pekik, karena menikahkan calon selir yang dititipkan kepadanya dengan putranya, Raden Mas Rahmat.

Berbeda halnya dengan Sultan Agung yang keras dan tanpa kompromi terhadap VOC, bahkan ia melakukan serangan sebanyak dua kali ke Batavia. Sunan Amangkurat I justru bersikap lunak dan bersahabat dengan VOC. Akibatnya dapat dengan mudahnya VOC mengintervensi Kesultanan Mataram Islam.

Muak dengan kekejaman Sunan Amangkurat I, rakyat Mataram melakukan perlawanan pada tahun 1677 M, dipimpin oleh Pangeran dari Madura bernama Trunajaya. Keraton Plered berhasil direbut, Sunan Amangkurat I pun mengungsi ke arah Cirebon guna meminta bantuan kepada VOC di Batavia. Dalam pelariannya, ia jatuh sakit dan meninggal di Wanayasa, daerah Banyumas. Kemudian jenazahnya dibawa ke Tegalwangi atau Tegalarum untuk dimakamkan.

Semula putra Sunan Amangkurat I, Raden Mas Rahmat yang bergelar Pangeran Adipati Anom bersekutu dengan Trunajaya. Tetapi kemudian ia berbalik melawan Trunajaya. Sepeninggal ayahnya, Pangeran Adipati Anom diangkat menggantikan ayahnya, bergelar Sunan Amangkurat II. Ia pun meminta bantuan kepada VOC untuk memadamkan perlawanan Trunajaya, ditandatanganilah Perjanjian Salatiga pada tahun 1677.

Ada tiga poin dari perjanjian tersebut yaitu Amangkurat II harus membayar tinggi kepada VOC, Amangkurat II memberikan sebagian wilayahnya kepada VOC, Amangkurat II menyerahkan daerah di Pantai Utara Jawa ke VOC jika Trunajaya berhasil dikalahkan. Perlawanan Trunajaya pun berhasil dipadamkan pada tahun 1679 M.



Paling Tepat Pendopo Kabupaten Tegal itu Bernama Ki Gede Sebayu

Semula Pendopo Kabupaten Tegal bernama Pendopo Ki Gede Sebayu, sama dengan nama Pendopo Kota Tegal yang juga bernama Pendopo Ki Gede Sebayu. Namun pada tahun 2015 ketika Ki Entus Susmono menjadi Bupati Kabupaten Tegal, entah apa sebabnya, Pendopo Kabupaten Tegal yang semula bernama Pendopo Ki Gede Sebayu berganti nama menjadi Pendopo Sunan Amangkurat.

Rasanya jika melihat fakta sejarah dan track record, maka paling tepat pendopo Kabupaten Tegal itu bernama Pendopo Ki Gede Sebayu. Sudah sangat jelas sekali, bahwa Ki Gede Sebayu memiliki peran dan jasa yang begitu besar di wilayah Tegal, bahkan peranannya masih bisa dirasakan hingga sekarang ini.

Bukan untuk mengkerdilkan, tetapi sudah seharusnya masyarakat Kabupaten Tegal memahami siapa sebenarnya sosok Sunan Amangkurat I.

 

Ikuti tulisan menarik Malik Ibnu Zaman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu