Yayng di sekitar dan sekeliling diri dan kehidupan kita adalah alam kedamaian. Maka di situlah kita alami diri dan hidup yang sesungguhnya. Hidup penuh gelora dalam kasih dan kegembiraan.
Citra persaudaraan dan rasa kekeluargaan semesta mesti kita bangun dan perjuangkan! "Semua adalah sahabat-sahabat kita. Dan karenanya, tidak boleh ada tempat dan ruang kosong sejengkal pun untuk lalulintas gelora permusuhan.
Tetapi mari taklukan diri kita sendiri. Itulah satu-satunya musuh kehidupan kita. Itu terjadi saat diri sendiri jadi kiblat segalanya. Ketika demi diri sendiri yang gelisah sesama dikorbankan. Dan alam semesta pun jadi tumbal keserakahan tak pernah puas.
Mari pandang sesama sebagai diri kita sendiri 'yang hilang, dicari, dan terjumpa kembali' dalam kerinduan penuh Kasih Sayang. Mungkin seperti itulah apa artinya "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Tetapi mari pandang alam semesta, lautan dan sungai, hutan dan padang belantara sebagai orkes simphoni. Di situ tertangkaplah nyanyian alam penuh keaslian. Dan karena itulah tak boleh dibikin polusi oleh kejahilan tangan dan hati tak pernah tak ada rasa cukup.
Santu Fransiskus Assisi ajarkan jalan hati penuh sejuk dan damai menuju kesegalaan. Tetap teringat akan alarm sederhananya jika ingin menuju kekudusan pribadi. "Saat engkau melukai hati sesamamu dan merendahkannya, saat itu juga jembatan menuju kekudusan jadi ambruk." Memang kita mesti belajar menghargai dan menghormati sesama. Tanpa titik dan tanpa syarat. Sebab kita semua memang mesti berjuang agar jangan biarkan damai ini pergi.