Pemahaman Dasar Parenting: Apa yang Sebenarnya Anak Butuhkan?

Sabtu, 21 Oktober 2023 13:58 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebetulnya, tidak sedikit orangtua yang memberikan contoh yang tidak bijaksana ketika ia melakukan parenting kepada anak.

     Perselisihan antara orangtua dengan anak merupakan sebuah hal yang tidak sedikit terjadi dewasa ini. Perselisihan tersebut diakibatkan karena orangtua yang tidak bijaksana dalam menyikapi keperluan anak, maupun anak yang juga kurang dapat memahami perspektif orangtua.

     Sebetulnya, tidak sedikit orangtua yang memberikan contoh yang tidak bijaksana ketika ia melakukan parenting kepada anak. Semisal, seorang ayah yang mencontohkan untuk tidak makan keripik kentang ketika sedang mengalami batuk, tetapi kemudian sang ayah malah memakan isi keripik tersebut dengan begitu lahapnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

    Atau, sebaliknya, seorang Ibu yang memberi tahukan aib sang anak kepada orang lain di sekitarnya. Kalimat-kalimat seperti, "anak saya ini suka membuat masalah saja di rumah" mungkin terdengar santai, padahal memiliki dampak yang begitu signifikan kepada anak. Belum lagi, ketika anak pulang, anak tersebut dikata-katai, seperti, "lihat tuh anak lain hebat bisa juara, kamu mah cuman beban keluarga. Mama menyesal melahirkan kamu."

   Klise, bukan? Parenting sebenarnya merupakan hal yang terkesan mudah, padahal aslinya sulit. Sungguh-sungguh sulit, apalagi menyikapi globalisasi dan dampak pasca-pandemi yang sulit untuk dicegah. Oleh karena itu, artikel ini akan memberikan beberapa kiat untuk parenting yang baik:

      1. Mulailah dengan berdoa

    Menurut riset, sebuah keluarga yang rutin berdoa dapat memiliki kualitas interaksi yang lebih baik dibandingkan keluarga sekitar mereka. Boleh dicoba nih, sobat pembaca.

     2. Berhenti menghakimi

   Seorang figur orangtua yang kerjanya hanya menghakimi tidak akan semata-mata membuat masalah selesai, malah akan membuat masalah menjadi semakin buruk dan berisiko membuat anak mengalami gangguan mental yang lebih terekskalasi lagi.

     3. Berhenti menyebarkan kepada orang lain untuk meminta pertolongan

      Ada beberapa orangtua yang, seperti yang telah diceritakan sebelumnya, meminta bantuan dari orang lain untuk mengetahui seberapa busuknya seorang anak. Padahal, menurut sebuah survei, hal ini seringkali terjadi karena orangtua terlalu keras kepala dan anak belum mendapatkan edukasi maupun rasa aman yang memadai dari orangtua. Perbaikan interaksi antara kedua belah pihak akan sangat penting untuk mengatasi masalah ini.

     4. Buat ketegasan

      Orangtua perlu menyusun ketegasan dengan anak. Hal ini bisa dengan menyusun pelbagai peraturan beserta sanksi yang dideskripsikan secara eksplisit, dan ajakan persuasif dan imperatif agar anak tertarik untuk selalu menjunjung tinggi setiap prinsip peraturan yang disusun.

     5. Cari bantuan psikolog apabila masalah semakin buruk

       Ketika orangtua merasa tidak aman atau tidak lagi tenang mengurus dan mendidik anak, hal paling utama sebenarnya bukan menghakimi atau menghina anak, apalagi mengancam menitipkan anak ke panti asuhan. Orangtua perlu memiliki kesadaran untuk mencari bantuan psikologis agar tidak menimbulkan permasalahan baru bagi keluarga inti maupun orang-orang yang tinggal di sekitarnya.

 

     Akhir kata, demikian kiat dari penulis. Semoga membantu, dan apabila ada di antara pembaca ada yang mengalami permasalahan serupa, semoga lekas membaik.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Joseph Hiwakari

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Peristiwa

img-content
img-content
Lihat semua