x

Iklan

Lentera Pustaka

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Agustus 2019

Minggu, 29 Oktober 2023 19:03 WIB

Kenapa, sih, Mereka di Taman Bacaan? Inilah Alasan Pentingnya

Tanya dong, kenapa sih mereka ada di taman bacaan? Inilah alasan pentingnya berada di taman bacaan masyarakat

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Suatu kali seorang kawan bertanya. Kenapa sih elo rajin ke taman bacaan? Saya pun menjawab santai. Selain jadi ladang amal semua orang, taman bacaan juga jadi sarana untuk membersihkan hati. Ya, membersihkan hati. Karena siapapun saat di taman bacaan pasti membaca buku. Ada nasihat dari buku, ada motivasi dari pengelola taman bacaan. Semua itu cara untuk membersihkan hati.

 

Hari ini banyak orang doyan ngobrol. Senang berkumpul di tempat-tempat yang gagal menambah amal. Bahkan hanya berceloteh di grup WA tanpa aksi nyata sekalipun alasannya silaturahim. Jangan lupa, siapapun saat doyan ngobrol. Maka di situ, akan kehilangan rasa empati. Tidak peduli lagi pada orang lain. Bahkan persfektifnya hanya berkutat di titik itu saja. Hanya sebatas obrolan, titik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Bila banyak ngobrol sama dengan banyak omong. Sangat berpotensi untuk membahas hal-hal yang tidak ada manfaatnya. Jadi sarana gibah alias ngomongin orang lain yang tidak ada di forum obrolan. Doyan ngobrol pun bisa menimbulkan kesalahpahaman, bahkan menyakiti lawan ngobrolnya. Lalu membuat orang tidak nyaman dan bertengkar. Banyak ngobrol, bisa jadi membuang waktu sia-sia. Omongannya bagus tapi tanpa aksi nyata. Itulah alasan, kenapa saya dan mereka berada di taman bacaan.

 

Berbeda dengan mereka yang ada di taman bacaan. Minimal membaca buku dan melatih diri untuk diam. Tidak banyak omong. Jika ada obrolan pun, isinya nasihat atau petuah kebaikan. Di taman bacaan, berarti tidak main tidak nongkrong.  Mampu memanfaatkan waktu untuk aktivitas yang positif. Menambah rasa empati sekaligus jadi saran untuk membersihkan hati. Bahwa masih banyak ladang amal yang bisa dikerjakan, masih ada aksi nyata yang baik dan bermanfaat untuk orang lain.

 

Seperti yang terjadi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Saat berada di taman bacaan ini, bisa membimbing anak-anak yang terancam putus sekolah untuk membaca buku. Memberi nasihat dan motivasi baik. Bisa mengajar ibu-ibu buta aksara, mengajar calistung anak-anak kelas prasekolah. Menjadi “driver” motor baca keliling atau bersedkah ke anak-anak yatim atau jompo binaan TBM Lentera Pustaka. Bahkan lebih dari itu, di TBM Lentera Pustaka, tidak sedikit komunitas, mahasiswa, perusahaan, atau personal yang berbakti sosial atau CSR. Menggelar aktivitas yang positif dan bermanfaat untuk 100-an anak-anak pembaca aktif dan warga pengguna layanan taman bacaan. Bahkan bagi anak-anak dan warga taman bacaan, jadi tahu diri kapan harus membaca, kapan belajar, kapan pegang handphone atau kapan main? Dilatih untuk bisa membagi waktu dengan baik dan bisa membedakan aktivitas bermanfaat dan tidak bermanfaat!

 

Di taman bacaan, siapapun seolah bercermin di kaca yang bersih. Jadi tahu diri, jadi sadar bahwa hidup di dunia itu hanya sementara. Maka apalagi yang dikerjakan selain kebaikan dan manfaat untuk orang lain. Sedangkan banyak ngobrol, seolah sedang bercermin di kaca yang kotor. Jadi ngomongin orang, berprasangka bahkan hilang rasa empatinya kepada orang lain. Jadi lupa, seindah apapun kondisi seseorang sama seklai tidak akan tampak keindahannya bila dilihat dari cermin yang kotor. Akibat terlalu banyak omong, banyak ngobrol yang tidak berguna.

 

Banyak omong, sering ngobrol malah membuat seseorang tidak seindah “warna aslinya”. Gagal mengubah niat baik jadi aksi nyata. Terbuai dengan obrolan sehingga tidak melakukan apapun. Sebatas omongan tanpa ada Tindakan. Bahaya sekali dampak ngobrol yang berlebihan. Karena lebih banyak mudaratnya daripada maslahatnya. Berbeda dengan di taman bacaan, hampur semua hembusan nafas digunakan untuk sesuatu yang baik dan bermanfaat. Masih nggak percaya? Silakan saja datang ke taman bacaan di mana pun. Rasakan sentuhannya, jalani aktivitasnya, dan nikmati dampaknya. Jadi lebih tenang, lebih tahu diri. Untuk apa sebenarnya hidup di dunia?

 

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk-bentuk (badan) dan harta kalian. Akan tetapi, Allah melihat ke dalam kalbu dan amalan kalian” (HR. Muslim). Maka di taman bacaan, sejatinya siapapun sedang melembutkan hati dan memperbanyak amalan. Tentu, sambil membersihkan hati dari hal-hal yang kotor dan godaan perbuatan yang tidak bermanfaat.

 

Di taman bacaan, Insya Allah siapapun jadi tidak banyak ngobrol tidak banyak omong. Hanya melatih diri untuk berbicara atas hal-hal yang bermanfaat, dan kapan harus diam. Siapapun yang ada di taman bacaan, mereka adalah bukan kaum yang gundah dan gelisah. Tapi kaum yang selalu bersabar dan bersyukur atas segala keadaan. Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Ikuti tulisan menarik Lentera Pustaka lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

7 jam lalu

Terpopuler