x

Pojok Baca Karyab Tulis Danarto

Iklan

Athiyyah Nur Roihanah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 April 2022

Senin, 30 Oktober 2023 07:18 WIB

Mengenal Alih Wahana dalam Sastra Melalui Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Alih wahana merupakan perubahan sebuah karya seni dari bentuk yang satu menjadi karya seni dalam bentuk yang lainnya. Untuk mengetahui secara lebih mendalam terkait alih wahana dan hal-hal yang berkaitan dengan alih wahana, maka silakan simak artikel berikut ini!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pekan Kebudayaan Nasional atau yang disingkat dengan PKN merupakan suatu acara dwitahunan yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendibudristek) sejak tahun 2019. Pada tahun 2023, Pekan Kebudayaan Nasional ini diadakan mulai dari tanggal 20 Oktober sampai dengan tanggal 29 Oktober.

Pada tahun 2023 Pekan Kebudayaan Nasional mengusung tema Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan. Tema ini merupakan suatu representasi dari pengembangan konsep lumbung padi serta praktik gotong-royong yang berlaku di Indonesia. Dalam rangka untuk menyambut antusiasme masyarakat Indonesia, Pekan Kebudayaan Nasional 2023 disajikan melalui konsep Ruang Tamu. Ruang Tamu dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023 maksudnya ialah suatu ruang interaksi yang dapat memancing percakapan, baik antarpelaku budaya maupun juga antarmasyarakat ataupun pengunjung.

Ruang Tamu ini disebar sebanyak 40 titik lokasi di Jakarta melalui tur, pergelaran, pameran, lokakarya, konferensi, perjamuan, gelar wicara, instalasi, serta penerbitan yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari 40 titik persebaran Ruang Tamu tersebut, Ruang Tamu di Kota Tangerang Selatan berlokasi di lobi Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pekan Kebudayaan Nasional 2023 ini juga berkolaborasi dengan PBSI UIN Jakarta. Melalui kegiatan Pekan kebudayaan Nasional 2023 ini, PBSI UIN Jakarta membuka taman bacaan Danarto. Selain itu, PBSI UIN Jakarta juga memamerkan karya-karya yang telah Pak Danarto ciptakan, seperti misalnya cerpen, buku kumpulan cerpen, esai, serta lukisan. Pameran cerpen, buku kumpulan cerpen, esai, dan lukisan Danarto ini berlokasi di lobi Timur UIN Jakarta. Buku kumpulan cerpen karya Danarto yang dipamerkan di antaranya yaitu berjudul Asmaraloka, Ikan-Ikan dari Laut Merah, Adam Ma’rifat, Godlob, Gergasi, serta Berhala. Kemudian cerpen-cerpen karya Danarto yang dipamerkan di antaranya yaitu berjudul Abracadabra, Asmaradana, Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat, Sandiwara Atas Sandiwara, Obrok Owok-Owok Ebrek Ewek-Ewek, serta Setangkai Melati di Sayap Jibril.

Dalam rangka Pekan Kebudayaan Nasional 2023 ini juga, mahasiswa PBSI UIN Jakarta banyak sekali menampilkan penampilan-penampilan yang tentunya sangat keren. Seperti misalnya, penampilan POSTAR, pembacaan puisi, serta monolog. Terdapat pula penampilan-penampilan yang dipertunjukkan yang merupakan penampilan hasil dari proses alih wahana, di antaranya yaitu dramatisasi cerpen, musikalisasi puisi, serta alih wahana dari bentuk puisi ke dalam bentuk lukisan. Salah satu penampilan yang dipertunjukkan oleh mahasiswa PBSI UIN Jakarta semester lima pada hari keempat Pekan Kebudayaan Nasional 2023 yaitu dramatisasi cerpen berdasarkan kumpulan cerpen Umi Kalsum (kisah-kisah pesantren) karya Djamil Suherman.

Dramatisasi cerpen merupakan salah satu hasil dari proses alih wahana. Alih wahana merupakan perubahan sebuah karya seni dari bentuk yang satu menjadi karya seni dalam bentuk yang lainnya. Jika dalam konteks dramatisasi cerpen, maka proses alih wahananya yaitu dari sebuah bentuk cerita pendek (cerpen) menjadi sebuah pertunjukan drama. Jadi dramatisasi cerpen Umi Kalsum diciptakan berdasarkan cerpen Umi Kalsum. Cerita pendek Umi Kalsum yang pada awalnya hanya berbentuk tulisan dalam sebuah kertas dua dimensi, karena melalui atau mengalami proses alih wahana, maka cerita pendek Umi Kalsum tersebut kemudian berubah menjadi bentuk tiga dimensi. Dikatakan tiga dimensi karena dramatisasi cerpen tersebut ditampilkan oleh banyak orang. Dramatisasi cerpen Umi Kalsum dapat dianggap sebagai salah satu upaya untuk lebih mendekatkan cerpen Umi Kalsum kepada masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka diharapkan cerpen Umi Kalsum dapat semakin dikenal dan digemari oleh semua kalangan masyarakat.

Hasil dari proses alih wahana yang berbentuk dramatisasi cerpen ini kemudian dipertunjukkan di atas panggung dan di depan khalayak ramai. Dalam dramatisasi cerpen Umi Kalsum ini terdapat enam belas tokoh, di antaranya yaitu tokoh Amran, Fatimah, Umi Kalsum, Djamil, Zainab, santriwati, Kyai Syafii, Orang Desa, Anak Kecil, Penjual Bazar, Ustadzah, H. Basuni, Latifah, serta Ibu-Ibu, Mbok, serta Pak RT. Inti cerita dari cerpen maupun dramatisasi cerpen Umi Kalsum yaitu, teguran serta malapetaka yang diterima oleh seorang bapak yang tamak dan sombong. Berdasarkan inti cerita tersebut, maka pelajaran yang dapat dipetik melalui dramatisasi cerpen Umi Kalsum, yaitu jangan jadi seseorang yang memiliki sifat yang tamak, sifat yang sombong, serta jangan pula jadi seseorang yang acapkali merendahkan orang lain, karena jika seseorang memiliki sifat yang tamak, sifat yang sombong, serta acapkali merendahkan orang lain, maka seseorang tersebut akan mendapatkan suatu malapetaka.

Dalam melakukan proses alih wahana, termasuk dramatisasi cerpen Umi Kalsum, banyak dilakukan suatu perubahan. Perubahan tersebut harus dilakukan karena tentunya disebabkan oleh suatu hal. Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam dramatisasi cerpen Umi Kalsum disebabkan karena untuk memenuhi kebutuhan pementasan. Adapun perubahan-perubahan yang terdapat dalam dramatisasi cerpen Umi Kalsum di antaranya sebagai berikut, terdapat penambahan dan pengurangan tokoh, misalnya seperti dalam cerpen terdapat tokoh Hasanah, Haji Tayib, serta Ikhwan, sedangkan di dalam dramatisasi cerpen tidak terdapat tokoh-tokoh tersebut. Kemudian dalam cerpen tidak terdapat adegan tokoh Umi dan tokoh Amran melakukan monolog, sedangkan dalam dramatisasi cerpen Umi Kalsum terdapat penambahan adegan monolog yang dilakukan oleh tokoh Umi dan tokoh Amran. Lalu dalam dramatisasi cerpen juga terdapat pengurangan latar tempat dan latar waktu. Perubahan-perubahan yang terdapat dalam dramatisasi cerpen Umi Kalsum disebabkan karena durasi yang terbatas pada saat pementasan, sehingga berdasarkan hal tersebut maka banyak unsur-unsur yang tedapat dalam dramatisasi cerpen Umi Kalsum yang ditambahkan serta dikurangkan. Berdasarkan hal tersebut juga, maka terdapat beberapa perbedaan-perbedaan di antara cerpen dan dramatisasi cerpen Umi Kalsum. Pada saat mempertunjukkan dramatisasi cerpen Umi Kalsum, durasi yang digunakan mahasiswa PBSI semester lima yaitu kurang lebih sekitar 15 menit.

Selain dramatisasi cerpen, terdapat juga hasil dari proses alih wahana lainnya yang ditampilkan dalam Pekan Kebudyaan Nasional 2023, yaitu musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi merupakan puisi yang ditampilkan di depan penonton, dengan diiringi oleh musik, lagu, maupun nyanyian. Melalui hasil dari proses alih wahana yaitu musikalisasi puisi, puisi yang pada awalnya berupa karya sastra tulis, kemudian berubah menjadi karya sastra lisan. Beberapa musikalisasi puisi yang ditampilkan dalam acara Pekan Kebudayaan Nasional 2023 di UIN Jakarta, di antaranya yaitu musikalisasi puisi berdasarkan puisi Doa karya Taufiq Ismail, Surat Jibril karya Maftuhah Jakfar, Hujan di Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono, Kaulah Mata Air Rinduku karya Jamal D Rahman. 

Selanjutnya, dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023, ditampilkan pula hasil dari proses alih wahana lainnya, yaitu alih wahana dari bentuk puisi ke dalam bentuk lukisan. Alih wahana ini terdapat dalam karyanya Danarto. Danarto menciptakan puisi yang di dalamnya berisi tulisan “Allah Allah Allah Allah Allah” yang banyak sekali ditulis dalam lembaran-lembaran kertas dan jumlahnya tidak dapat terhitung. Lalu kemudian Danarto mengalihwahanakan puisinya tersebut ke dalam bentuk lukisan. Bentuk lukisannya tersebut yaitu tulisan “Allah Allah Allah Allah Allah” yang banyak itu kemudian dilukis secara melingkar. Jadi, lukisan Danarto tersebut diciptakan berdasarkan isi dari puisi Danarto juga. Berdasarkan proses alih wahana jenis ini, puisi yang pada awalnya berbentuk tulisan kemudian berubah menjadi bentuk lukisan yang sangat indah dipandang mata.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwasanya Danarto banyak sekali menciptakan karya dalam bentuk puisi, cerpen, lukisan, serta esai. Kemudian diketahui juga bahwasanya terdapat banyak jenis alih wahana dalam kesusastraan Indonesia, di antaranya yaitu dramatisasi cerpen, musikalisasi puisi, serta alih wahana dari bentuk puisi ke dalam bentuk lukisan. Melalui alih wahana ini juga, diharapkan kesusastraan Indonesia semakin maju dan tetap lestari keberadaannya. Melalui diselenggarakannya Pekan Kebudayaan Nasional 2023, masyarakat Indonesia diharapkan semakin mengenal segala macam hal yang berkaitan dengan kesusastraan yang terdapat di negara Indonesia.

Ikuti tulisan menarik Athiyyah Nur Roihanah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu