Mendengar kata “matang” pasti dipikiranmu adalah sebuah makanan, namun kematangan yang dibahas kali ini berbeda, kematangan yang dimaksud adalah sebuah kondisi pada seorang manusia. Selain dikatakan matang, ternyata dalam belajar manusia juga punya teori lho. Dalam psikologi pendidikan terdapat teori belajar behavioristik dan humanistik. Wah apaan tuh? Daripada penasaran, yuk bahas!
Berbicara tentang kematangan berarti juga berbicara tentang kesiapan, di mana proses kematangan dan kesiapan tiap individu berbeda. Kematangan merupakan indeks sejauh mana individu menjadi lebih dewasa dalam mengembangkan kemampuan dirinya. Faktor yang mempengaruhi kematangan adalah faktor biologis (fisik atau keturunan) dan faktor sosial (lingkungan). Kematangan ternyata juga berpengaruh dalam kesiapan belajar lho, karena kesiapan belajar merupakan kondisi fisik dan psikis seorang individu yang berhubungan dengan kesiapan atau kematangan individu tersebut. Contohnya, kita tidak akan berhasil bila anak umur enam bulan dilatih untuk berjalan, karena anak tersebut belum matang untuk melakukan tugas itu. Jadi kematangan mempunyai implikasi yang penting pada pendidikan, pendidikan tidak boleh memaksa untuk mengejar fungsi yang belum masanya.
Kesiapan belajar seseorang tentunya berkaitan dengan proses pembelajaran, ternyata dalam pembelajaran juga digunakan teori-teori yang tanpa kita sadari teori-teori ini sedari dulu sudah dilakukan oleh guru kita saat mengajar. Teori pertama adalah teori Behavioristik, teori yang digagas oleh John B. Watson ini biasanya teori ini digunakan guru-guru eksak. Teori behavioristik merupakan teori yang fokus pada hasil manusia itu sendiri, menurut teori ini jika manusia diberi stimulus maka semua respon yang didapat adalah sama. Teori ini dapat berfokus pada hal yang dapat diukur dengan objektif. Contohnya, seorang guru mengajarkan sesuatu hal dengan penjelasannya, ia menganggap bahwa semua siswa akan bisa dengan potensi yang sama dan dapat diukur dengan nilai yang sama. Padahal pada kenyataannya setiap individu berbeda-beda.
Selain teori behavioristik terdapat juga teori humanistik, teori ini merupakan kebalikan dari teori behavioristik. Teori humanistik adalah teori yang menjadikan manusia sebagai objeknya atau teori yang memanusiakan manusia. Teori ini berfokus pada proses belajar dan bagaimana individu mengembangkan potensinya, bukan hanya sekadar hasilnya saja. Dalam teori ini terdapat hierarchy of needs yang digagas oleh Abraham Maslow, yaitu salah satu tokoh pencetus teori ini. Menurutnya manusia mempunyai kebutuhan, seperti physiological needs (kebutuhan dasar manusia), safety needs (kebutuhan rasa aman), love and belongingness (kebutuhan kasih sayang), self esteem (kebutuhan validasi), dan self actualization (kebutuhan aktualisasi diri). Jadi, jika manusia sudah mencapai 5 kebutuhan tersebut, menurut Maslow dia akan berkembang sesuai dengan potensi yang dia miliki.
Lalu apakan behavioristik buruk? Tidak selalu kok, tinggal bagaimana kita menempatkannya, tak jarang juga banyak guru yang memadukan antara teori behavioristik dan humanistik dalam proses belajar mengajar. Selain itu kematangan jangan dipaksa, biarlah manusia berkembang sesuai umur dan tahapannya. “Sekolah adalah tempat memanusiakan manusia” –Maolidah, M.Psi.
Ikuti tulisan menarik RATRI INDAH PURWANDARI UINJKT lainnya di sini.