x

SMPN 32 SURABAYA

Iklan

Wahyu Umattulloh AL

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 5 Maret 2022

Selasa, 14 November 2023 09:12 WIB

Aksi Zero Waste SMPN 32 Surabaya: Bentuk Dukungan atau Protes?

Sampah plastik masih terus bertebaran disela-sela perkotaan Surabaya. Masihkah adakah yang peduli selain Indomaret (tidak menyediakan kantung kresek)?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

AKSI ZERO WASTE SMPN 32 SURABAYA
SEBAGAI BENTUK DUKUNGAN ATAU PROTES?!.

Tulisan ini sebagai refleksi, bahwa sampah plastik masih
ada dan terus tumbuh disela-sela perkotaan Surabaya,
serta masihkah ada yang peduli selain Indomaret (tidak menyediakan kantung kresek)

SMPN 32 Surabaya masih memperdulikan keadaan lingkungan yang sehat bagi semua makhluk hidup. Keadaan lingkungan saat ini memang sedang hangat-hangatnya dibincangkan oleh semua orang, bukan lagi sebuah topik yang hanya dibicarakan dilevel kampus serta seminar kampus, melainkan sudah mencapai ranah informal di Warung-warung Kopi dan tongkrongan Pos Kamling-pun turut berbicara mengenai fenomena atau keadaan lingkungan saat ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal tersebut memberikan tanda bahawa saat ini hampir seluruh masyarakat mulai perlahan memasuki fase pemahaman dan kontruksionalisme terhadap kejadian atau permasalahan disekitarnya, salah satunya yakni lingkungan. Contoh simple yang kemarin saya dengar ketika nongkrong bersama dengan orang-orang kampungku, mereka bergumam mengenai kemarau berkepanjangan yang sampai saat ini belum menghujani sebagaian daerah di Jawa Timur. Efek kemarau ini membuat mereka risau akibat banyak tanaman mati kekuarangan air. Kepekaan tersebut secara inhern menimbulkan sudut pandang mengenai apa yang terjadi dengan fenomena ini, kenapa dengan alam ini?.

Dinamika alam atau lingkungan secara implisit mengalami berbagai macam perubahan dari tahun ke tahun. Didukung tingkat populasi manusia yang terus bertambah akan memberikan dampak tersendiri terhadap kondisi lingkungan. Sama halnya dengan tingkat populasi masyarakat di kota Surabaya. Mengutip dari Laporan Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Pemerintah Kota Surabaya tentang Proyeksi Penduduk Kota Surabaya. Tahun 2023 memproyeksikan sebanyak 2.997.547 jiwa, sedangkan di tahun 2022 terdapat 2.987.863.  

Proyeksi kependudukan Surabaya dari tahun 2022 dan tahun 2023 memberikan perubahan atau perkembanngan terhadap aktivitas kota. Aktivitas tersebut dapat berdampak terhadap sumber daya alam dan degradasi lingkungan. Kaitannya yakni kerusakan lingkungan akibat sampah plastik yang membludak. Dilansir dari website ECOTON selaku relawan pemerhati lingkungan, Terdapat sampah plastik mencapai 1.278.900 Ton per-tahunnya. 50 % dari keseluruhan sampah merupakan sampah plastik sekali pakai.

Fenomena tersebut sangat tidak relevan dengan konsep perkotaan, khususnya kota Surabaya sebagai Ibu Kota Jawa Timur. Kota ekologi seharusnya mulai di kampanyekan secara masif oleh Pemerintah dan semua stakeholder, sebagai new lifestyle kontroling sampah plastik. Kota ekologi sendiri merupakan tata ruang yang mencakup lingkungan hidup bukan hanya untuk manusia, melainkan meliputi ekosistem keseluruhan yang saling terkait antara manusia dengan makhluk hidup lainnya, sehingga menghasilkan timbal balik positif sebagai satu kesatuan ekologi.

Dalam rangka menciptakan kota Surabaya sebagai kota ekologi, Pemkot setempat tidak hanya berfokus terhadap pembangunan fisik yang bersifat ekspresif untuk mendukung terbentuknya visualisasi kota tanpa mendukung terciptanya citra lingkungan yang kondusif. Usaha mewujudkan citra lingkungan dilakukan secara mandiri oleh salah satu lembaga pendidikan Sekolah di surabaya yakni SMPN 32 Surabaya, sebagai bentuk realitas aksi nyata dalam mewujudkan Surabaya ekologi melalui gerakan Adiwiyata.

Gerakan Sosial Zero Waste SMPN 32 Surabaya

Gerakan Adiwiyata yang dimiliki oleh Sekolah SMPN 32 Surabaya melalui zero waste (bebas sampah plastik), sebagai gerakan non government dengan memanfaatkan kesadaran warga Sekolah untuk berani memulai meskipun tanpa adanya campur tangan dari Pemkot Surabaya. Selama saya berada di Sekolah tersebut saya mengamati dan melakukan wawancara singkat dengan siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan zero waste.

Gerakan zero waste atau bebas sampah merupakan konsep untuk mengkontrol dan menekan penggunaan sampah plastik sekali pakai demi menjaga kesehatan sumber daya lingkungan. Gerakan ini mulai dilakukan oleh tim adiwiyata SMPN 32 Surabaya pada hari Senin tanggal 16 Oktober 2023, dengan sistem kolaborasi antara pemangku kepentingan yakni guru dan siswa-siswi yang terpilih menjadi pengawas lingkungan.

Selama gerakan zero waste ini berlangsung, semua Kantin yang ada di Sekolah SMPN 32 Surabaya diberlakukan untuk tidak menggunakan plastik dan kantung kresek sebagai pembungkus makanan. Selain itu, bagi Kantin yang menjual minuman pihak Sekolah masih memperbolehkan menggunakan botol, tetapi himbauan tersebut diimbangi dengan diberikannya tempat sampah yang sudah dibedakan antara sampah botol dengan sampah non botol. Nantinya sampah botol tersebut akan dimanfaatkan ulang oleh Sekolah.

Setelah pemberlakukan aturan bagi pihak Kantin, terdapat aturan pula bagi siswa-siswi atau semua warga SMPN 32 Surabaya untuk wajib membawa kotak makanan dan tumbler ( tempat minum), sebagai pengganti plastik atau kantung kresek serta botol kemasan. Lebih dari itu, ketika membeli makanan dan minuman di Kantin terdapat aturan yang konsekuen yakni  setiap siapapun yang beli di Kantin diwajibkan menaruh makanannya di kotak makanan mereka masing-masing. Selain itu, minuman yang sudah mereka beli wajib dipindakan ke dalam tumbler. Jika tidak membawa perlatan itu semua, maka mereka diwajibkan makan dan minum di Kantin.

Optimalisasi gerakan zero waste SMPN 32 Surabaya Tidak berhenti sampai disitu, terdapat 4 siswa dan 2 guru yang berjaga di depan pintu masuk area Kantin. Hal itu dilakukan untuk mengawasi setiap siapapun yang masuk harus membawa kotak makan dan tumbler, serta memastikan mereka keluar dari Kantin tanpa membawa sampah botol plastik dari Kantin. Di dalam kantin terdapat siswa-siswi yang bertugas mendisiplinkan siapapun untuk membuang sampah sesuai dengan tempat sampah yang sudah dipilah.

Dampak berjalannya gerakan zero waste memberikan hasil yang positif. Salah satunya yakni berkurangnya sampah palastik di Sekolah SMPN 32 Surabaya dan hampir tidak adanya sampah plastik ataupun kresek. Temuan ini menjadi refleksi kita semua bahwa sampah plastik memang masih benar-benar menggurita di Kota Surabaya. Maka beranilah untuk memprotes melalui gerakan kemandirian. Krisis lingkungan akan terus terjadi apabila Pemerintah buta atau enggan melihat Tuhan sebagai “Lingkungan”, yang mengelilingi manusia dan memelihara kehidupannya.

*Biodata Penulis:       
Wahyu Umattulloh AL
Mahasiswa PPG UNESA,
Alumni Sosiologi FISIP UMM*

Ikuti tulisan menarik Wahyu Umattulloh AL lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

22 jam lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

22 jam lalu