Pada pembahasan ini ahli wahana dilakukan pada karya sastra cerita pendek menjadi drama. Cerita pendek ini berjudul Umi Kalsum Kisah-Kisah Pesantren karya Djamil Suherman. Cerita pendek Umi Kalsum menceritakan tentang Umi Kalsum si gadis yang malang. Umi Kalsum merupakan anak dari seorang Haji yang kaya, yaitu Haji Basuni. Haji Basuni seorang Haji yang sombong dan angkuh.
Haji Basuni dikenal sebagai orang yang takabur dan suka menghina terhadap orang yang tak punya ia juga terkenal kikir, sedangkan Umi terkenal sebagai anak yang baik. Umi bertempat tinggal di Kedungpring. Umi anak ke dua dari tiga bersaudara. Umi adalah seorang gadis yang muka dan kulitnya kemerah-merahan dan kalau ketawa cekung pipinya. Mata umi teduh seperti laut dan kalau memandang terasa sekali merampas dada. Rambutnya hitam mengombak, sama seperti Fatimah.
Umi bersahabat baik dengan Zainab dan gadis-gadis lainnya di Kedungpring. Umi merupakan seorang yang penurut dan baik budinya, tetapi Umi mengakhiri hidupnya dalam keadaan yang amat menyedihkan.
Alih wahana cerita pendek menjadi naskah drama ini dilakukan oleh Anwar, Hanifah, Hesti, dan Rachmayanti. Drama ini dimainkan oleh mahasiswa dan mahasiswi PBSI semester 5 kelas B atau biasa disebut kelas 5B. Kelas 5B ini beranggotakan 41 Mahasiswa dan mahasiswi yang terdiri dari 5 mahasiswa serta 36 mahasiswi, semua anggota kelas 5B memainkan peran.
Alih wahana cerita pendek Umi Kalsum Kisah-Kisah Pesantren ini di tampilkan di acara Pekan Kebudayaan Nasional yang diselenggarakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) ini merupakan kerjasama Kemendikbudristek dan PBSI UIN Jakarta. PBSI menjadi salah satu titik penyelenggara ruang tamu PKN dari 40 titik yang ada. Acara ini diadakan dari tanggal 20-29 Oktober 2023 di Lobi Timur FITK UIN Jakarta.
Pada alih wahana cerita pendek Umi Kalsum menjadi drama, yang dilakukan oleh Anwar, Hanifah, Hesti, dan Rachmayanti mengambil cerita dari bab malam mauludan dan umi kalsum, tidak semua bab di alih wahanakan. Berdasarkan cerita pendek Umi Kalsum yang telah dibukukan terdapat ragam perbedaaan pada naskah drama hasil alih wahana, yakni penambahan, pengurangan, serta perubahan variasi.
1. Tokoh dan penokohan terdapat penambahan, pengurangan, serta perubahan variasi untuk menciptakan tokoh dan penokohan baru.
2. Latar terdapat penambahan dan perubahan variasi untuk menciptakan latar baru.
3. Alur atau plot terdapat perubahan variasi untuk menciptakan alur atau plot baru.
4. Sudut pandang terdapat perubahan variasi untuk menciptakan sudut pandang baru.
5. Tema tidak terdapat penambahan, pengurangan, maupun perubahan variasi karena naskah drama tetap bertemakan kehidupan gadis yang malang.
Ragam Bentuk Alih Wahana Cerita Pendek Menjadi Naskah Drama
a. Penambahan
Penambahan pada metode alih wahana ini memiliki arti menambahkan cerita-cerita tertentu yang tidak terdapat dalam karya aslinya untuk membangun cerita baru. Bentuk penambahan yang terdapat pada naskah drama, antara lain penambahan tokoh drama, adegan dan dialog.
Pada naskah drama Umi Kalsum yang dimainkan oleh kelas 5B terdapat adegan ibu-ibu ngerumpi soal kematiannya si Umi pada akhir cerita, sedangkan dalam buku cerita pendek Umi Kalsum tidak terdapat adegan itu. Penambahan tersebut disebabkan oleh banyaknya anggota kelas 5B sedangkan tokoh yang terdapat dalam buku cerita pendek Umi Kalsum itu sedikit, jadi diadakannya penambahan adegan baru dan tokoh baru agar semua anggota kelas 5B ikut memainkan peran.
b. Pengurangan
Pengurangan pada metode alih wahana ini memiliki arti mengurangi atau menghilangkan cerita-cerita tertentu yang terdapat dalam karya aslinya dengan menyesuaikan kebutuhan cerita baru. Bentuk pengurangan yang terdapat pada daskah drama, antara lain pengurangan tokoh cerita, adegan, dan dialog.
Pada naskah drama Umi Kalsum yang dimainkan oleh kelas 5B PBSI hanya mengambil dua bab dalam buku cerita pendek Umi Kalsum yaitu, bab malam mauludan dan umi kalsum, jadi banyak adegan, dialog, serta beberapa tokoh yang dikurangin atau dihilangkan. Dalam buku cerita pendek Umi Kalsum terdapat tokoh Ikhwan sedangkan dalam naskah drama tidak ada.
c. Perubahan Variasi
Perubahan variasi pada metode alih wahana ini memiliki arti pengalihawahanaan mengubah cerita asli, menjadikannya perbedaan yang mendasar dari cerita asli dengan hasil cerita yang sudah di alih wahanakan. Perubahan variasi yang terdapat pada naskah drama, antara lain variasi tokoh drama, adegan, dan dialog.
Pada naskah drama terdapat beberapa tokoh, adegan, dan dialog yang divariasikan diluar dari buku cerita pendek Umi Kalsum, seperti adegan Amran yang bertingkah laku layaknya orang yang tergila-gila kepada Fatimah sampai membuat gaduh di pelataran Surau. Adegan tersebut tidak ada di buku cerita pendek Umi Kalsum, tetapi di drama ada adegan itu.
Simpulan dari pembahsan ini adalah alih wahana menjadi salah satu metode untuk mengembangkan karya sastra melalui pengubahan bentuk dan beberapa aspek pembedanya. Berdasarkan hasil pembahasan ini, terdapat beberapa pembeda antara cerita pendek dengan naskah drama hasil alih wahana. Aspek pembeda tersebut diliat dari (1) penambahan dan pengurangan tokoh, serta perubahan variasi tokoh. (2)Penambahan dan pengurangan adegan, serta perubahan variasi adegan. (3) Penambahan dan pengurangan dialog, serta perubahan variasi dialog.
Ikuti tulisan menarik Sarah Sabrina lainnya di sini.
