Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia. Menjadi Pemerhati aspal Buton sejak 2005.
Aspal Buton: Habis Gelap Terbitlah Terang
Kamis, 7 Desember 2023 13:22 WIBSemoga presiden dan wakil presiden baru periode 2024 – 2029 mau mendengarkan suara hati rakyat ini. Karena mewujudkan industri hilirisasi aspal Buton itu, sejatinya adalah sangat mudah. Tetapi mengapa selama 78 tahun Indonesia merdeka telah dipersulit?
Apakah kita pernah berpikir dan merenung bahwa badai pasti berlalu? Oleh karena itu kita tidak boleh merasa putus harapan, dan memandang masa depan dengan menggunakan kaca mata hitam. Kita harus yakin, bahwa selama matahari masih terbit di timur pada pagi hari, ia pasti akan selalu mampu menerangi dunia. Begitu pula dengan kisah aspal Buton yang sudah terpuruk selama 1 abad. Akhirnya pada tahun 2024 nanti, badai yang telah menghempas aspal Buton hingga ke titik terendah, akhirnya akan mereda. Dan sedikit demi sedikit aspal Butonpun akan mampu bangkit untuk menunjukkan siapa jati diri sebenarnya.
Apa yang sudah terjadi, itulah yang terbaik bagi kita. Fenomena ini telah terjadi pada aspal Buton. Tahun 2024 adalah tahun dimana aspal Buton akan genap berusia 1 abad. Dan pada tahun 2024 juga, dan akan bertepatan dengan pemilihan umum untuk memilih presiden dan wakil presiden baru periode 2024 -2029. Rasanya hal ini bukanlah merupakan suatu kebetulan. Kita hanya dapat menduga-duga, bahwa sejatinya, Allah SWT telah menunjukkan kebesaranNya. Bahwa badai yang telah menerpa aspal Buton selama ini akan berakhir bahagia pada tahun 2024. Dan akan segera digantikan dengan cerahnya cahaya sinar matahari, presiden dan wakil presiden baru periode 2024 – 2029, yang akan mengangkat derajat dan kehormatan aspal Buton untuk mengsubstitusi aspal impor.
Para calon presiden dan wakil presiden 2024, semuanya sudah sepakat, setuju, dan sependapat, untuk melanjutkan program hilirisasi yang telah dirintis oleh pak Jokowi. Mereka akan melanjutkan program hilirisasi ini, apabila terpilih menjadi presiden periode 2024 – 2029. Tetapi sangat disayangkan sekali, bahwa program hilirisasi aspal Buton berada di prioritas terakhir. Mengapa ya? Seharusnya rakyat berani bertanya mengenai hal ini kepada para calon presiden dan wakil presiden 2024. Mengapa program hilirisasi aspal Buton tidak dijadikan sebagai prioritas pertama dan utama dalam pembangunan Indonesia? Bukankah selama 45 tahun ini Indonesia sudah sangat rugi besar dengan mengimpor aspal? Mengapa para calon presiden dan wakil presiden tidak ada yang sadar mengenai tragedi ini?
Kalau kita perhatikan, visi-visi para calon presiden dan wakil presiden adalah mengenai Indonesia yang adil, makmur, maju, dan unggul. Untuk Indonesia bisa adil, makmur, maju, dan unggul, tentunya Indonesia pasti butuh uang. Uang dari mana? Coba rakyat tanyakan hal ini kepada para calon presiden dan wakil presiden 2024? Mungkin akan ada yang akan menjawab uang dari hutang. Tetapi bukankah hutang Indonesia sudah menggunung? Apakah cucu-cucu kita yang harus membayar hutang-hutang tersebut? Rakyat tidak rela. Apakah tidak kasihan? Apakah tidak ada cara lain, selain harus berhutang untuk mendapat dana untuk pembangunan Indonesia? Ini pertanyaan rakyat yang harus dijawab oleh para calon presiden dan wakil presiden 2024?
Mungkin logika yang bisa ditawarkan kepada para calon presiden dan wakil presiden 2024 untuk mendapatkan dana guna pembangunan Indonesia adalah dengan mewujudkan industri hilirisasi aspal Buton. Bagaimana caranya? Mana mungkin hal ini bisa dilaksanakan, kalau tidak ada dananya? Seandainya memang bisa, mengapa tidak sejak dulu sudah dilaksanakan? Kita pelu merenung lebih dalam lagi. Sejatinya, itu lah misteri dan rahasia dari aspal Buton yang sampai saat ini masih belum terkuak.
Indonesia mengimpor aspal sebesar 1,5 juta ton per tahun. Harga aspal rata-rata adalah Rp. 15.000 per kilogram. Untuk 1,5 juta ton per tahun, total nilainya adalah Rp 22,5 triliun. Ini adalah jumlah devisa negara yang harus dikeluarkan oleh Indonesia untuk mengimpor aspal tiap tahun. Berdasarkan data dari Departemen Perindustrian, Indonesia butuh Rp 4 Triliun untuk membangun pabrik ektraksi aspal Buton dengan kapasitas 500.000 ton per tahun. Pertanyaannya sekarang adalah uangnya dari mana? Para calon presiden dan wakil presiden 2024, pasti akan bingung untuk menjawabnya.
Berdasarkan data-data di atas, Rp 4 triliun itu hanya 18% dari total devisa negara yang harus dikeluarkan tiap tahunnya untuk mengimpor aspal. Logika yang ditawarkan adalah bagaimana kalau dana sebesar Rp 4 triliun ini dikumpulkan dari hasil pembelian aspal Buton ekstraksi secara indent. Atau pembayaran di muka. Logika ini terinspirasi dari kalau kita membeli property, dimana kita bisa membayar di muka, baik secara tunai, maupun bertahap atau cicilan. Dan rumah atau apartemen baru akan bisa ditempati, apabila rumah atau apartemen sudah selesai dibangun, dan sudah siap dihuni.
Pembelian aspal Buton ekstraksi secara indent, prioritasnya akan diberikan kepada siapa atau pihak yang paling cepat melakukan transaksi, dan siapa atau pihak yang paling besar jumlah produk yang akan dibelinya. Nanti akan dibuatkan formula yang adil, sehingga semua pihak akan dapat diperlakukan dan dilayani dengan baik dan memuaskan. Intinya, kalau produk aspal Buton ekstraksi sudah terbukti mampu bersaing dengan aspal impor dengan harga yang lebih murah, pasti akan banyak pihak pemerintah, maupun swasta yang akan tertarik. Apalagi Undang-Undang dan peraturan-peraturan untuk mewajibkan penggunaan aspal Buton sudah ada, maka rasanya pemikiran ini dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh pemerintahan yang baru.
Mungkin masih banyak orang yang meragukan, menyangsikan, dan merasa belum yakin dengan kemampuan aspal Buton ekstraksi untuk mengsubstitusi aspal impor dengan kualitas yang lebih unggul, dan harga yang lebih kompetitif. Untuk itu bisa saja dibuatkan “Proyek Rintisan” untuk membuat pabrik ekstraksi aspal Buton skala kecil dulu. Dananya akan berasal dari pihak-pihak pemerintah dan swasta yang akan membeli aspal Buton ekstraksi secara indent. Apabila “Proyek Rintisan” ini sudah terbukti berhasil dengan baik dan menguntungkan, maka akan dibangun beberapa pabrik ekstraksi aspal Buton lagi skala komersial, dengan kapasitas yang lebih besar.
Pembelian produk aspal Buton ekstraksi secara indent, seperti halnya kita membeli rumah, apartemen, atau mobil, sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Selama ini sudah banyak dan sering dilaksanakan dengan baik, dan hampir tidak ada masalah. Sekarang bagaimana para calon presiden dan wakil presiden 2024 menyikapi masukan ini. Apakah tanggapannya positip, atau dianggap hal ini tidak masuk akal?. Sekarang kalau kita bicara mengenai “rekam jejak”, sejatinya sudah banyak sekali pembelian secara indent. Jadi hal apa lagi yang masih perlu dipermasalahkan, dan diperdebatkan?
Ada seorang teman yang berhasil memiliki Gallery Lukisan di Ubud Bali dengan menggunakan “Crowed Funding” atau urun dana. Mungkin pengalaman yang sama dari wacana urun dana dan pembelian secara indent ini dapat diberdayakan secara lebih cerdas dan optimal oleh presiden dan wakil presiden baru terpilih periode 2024 – 2029 nanti, untuk mewujudkan industri hilirisasi aspal Buton. Hanya sekarang urun dana dan pembelian secara indent yang sebelumnya sudah berupa skala pribadi atau perorangan, maka sekarang harus dapat ditingkatnya menjadi skala perusahaan, UKM, maupun korporasi. Yang penting jangan sampai Indonesia mau berhutang lagi kepada para tengkulak yang menjerat leher rakyat.
Habis gelap terbitlah terang. Indonesia yang adil, makmur, maju, dan unggul sudah tampak di depan pelupuk mata. Semoga presiden dan wakil presiden baru periode 2024 – 2029 mau mendengarkan suara hati rakyat ini. Karena mewujudkan industri hilirisasi aspal Buton itu, sejatinya adalah sangat mudah. Tetapi mengapa selama 78 tahun Indonesia merdeka telah dipersulit?
Pemerhati Aspal Buton
3 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler