x

Bunda Maria

Iklan

Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Oktober 2022

Senin, 25 Desember 2023 06:47 WIB

Rindu Pulang Kembali ke Rahim Ibu...

Setidaknya tersadar, walau dalam pembayangan, bahwa ada tempat paling nyaman dan pasti. Itulah rahim seorang ibu. Di situlah segala-galanya bagi seorang anak manusia. Damai, teduh, ceria serta terlindungi dari apapun kisah-kisah luar yang mencemarkan dan hendak menghancurkan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

satu perenungan pada Hari Raya Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda

 “Saat-saat paling indah dalam hidupku ketika aku merasa bersama Maria, aku pun diteguhkannya berdiri di kaki salib demi mengalami dekapan KASIH YANG PALING AGUNG dari SANG PUTRA...”

(Sang Bijak)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bukan karena jalan hidup ini semakin berat, berkelok serta menanjak. Bukan! Tak juga karena banyaknya peta-peta buta yang terhampar di depan mata ini. Dan bahwa semuanya itu tak tunjukan secara kasat arah hidup dan ke manakah kaki ini harus melangkah? Dan itu sungguh menambah kegalauan dalam hidup? Tidak! Tetapi, setiap kita mari kembali pada citra ‘rahim ibunda, seorang mama terkasih’ yang heroik dan pantang menyerah. Demi nasib dan kisah-kisah awal hidup setiap kita.

Setidaknya tersadar, walau dalam pembayangan, bahwa ada tempat paling nyaman dan pasti. Itulah rahim seorang ibu. Di situlah segala-galanya bagi seorang anak manusia. Damai, teduh, ceriah serta terlindungi dari apapun terior kisah-kisah luar yang mencemarkan dan hendak menghancurkan. Tidak kah kehidupan itu  berawal dari rahim yang pasrah, penuh kerelaan serta keberanian demi satu peristiwa agung kelahiran baru?

Awal dari hidup setiap kita adalah kasih dan ke-rahim-an. Tetapi, setiap kita anak manusia, pada saatnya, cepat atau lambat, mesti berjalan dengan langkah kaki kita sendiri, mesti melihat dunia dengan mata sendiri, mesti memeluk bumi dan segala isinya dengan tangan kita sendiri. Dan itulah kenyataan hidup yang mesti diarungi dan mesti kita alami.

Tetapi, nyatanya, hidup itu punya irama dan miliki detak jantungnya sendiri. Siapapun kita tak bisa memaksa hidup mesti seperti apa yang dipikirkan. Kita hanya sebatas mendesain cita-cita, visi, misi, komitmen, dalam satu arah jangka pendek, menengah atau pun panjang. Namun, tidak kah acapkali semuanya bisa berantakan dalam tragedi kehidupan dan dalam musibah kemanusiaan serta teror alam yang tak terkirakan? Dan lagi?

Kita bisa saja jauh dari ideal diri apa yang kita bayangkan. Kita terkadang mesti ratapi kenyataan yang sedikit pun tak pernah terlintas di benak dan hati kita. Kita tergeletak tak berdaya di dalam konflik-konflik kehidupan yang sungguh membingungkan dan seakan tak bertepi. Belenggu hidup ini sepertinya terlalu erat mengikat.  Akan kah semuanya ini bakal berakhir di dermaga atau pantai teduh yang kita impikan?

Di hari Gereja Universal rayakan “Bunda Maria Dikandung Tanpa Noda” sedikitpun saya tak tergoda untuk cari-cari pembenaran dan pendasarannya di Alkitab. Saya juga telah lupa segala dasar dictum akal sehat-spiritual-dogmatis-pastoral bagi Sri Paus Pius IX melalui bula Ineffabillis Deus” itu.

Yang  tetap teringat dan terucap dalam jalan hidup up and down, jatuh dan bangun, bersinar dan keremangannya, itulah kata-kata seruan pengharapan pada Sang Bunda, “Engkau yang dikandung tidak dengan noda, ya Maria, sucikanlah badanku dan kuduskanlah jiwaku....”

Setiap kita tercemar jiwa dan badan di dalam lakon-lakon kehidupan ini. Tetapi, bersyukurlah, ada Bunda penuh rahmat yang menaruh di dalam diri kita pengharapan dan rasa kasih sayang. Sang Bunda nampaknya ingin membawa setiap kita kembali pulang ke tempat paling damai yang pernah kita alami. Itulah perenungan akan marwah rahim mama kita sendiri. Pun Sang Bunda yang dikandung tanpa noda, Maria, ingin membawa setiap kita ke kaki salib. Demi bertahan dan menerima ‘Kasih dan kerahiman tak bersyarat dari Yesus, Puteranya.

Akhirnya, di titik paling sederhana namun sering tak mudah: Sepantasnya kita tetap berdoa dan berharap kiranya kita berjuang agar alam ke-rahim-an tanpa noda kekerasan, ketidakdilan, teror dan tekanan, serta aneka tragedi kemanusiaan’ tetaplah menjadi arus keprihatinan kita yang tak pernah surut.

Di bumi yang berputar, pasti ada gejolak” kita terpanggil untuk ikuti saja iramanya namun tak terseret badai prahara. Tetap saja  kita isi dengan rasa yang dimeterai dalam kisah-kisah dan tindakan Kasih yang berkerahiman. Semoga ini semua bukan hanya ada di dalam angan… dan semoga kerinduan ini bukan jadi mimpi di atas mimpi.....’

Kiranya demikian...

 

“Ave Maria gratia plena..

Dominus tecum, benedicta tu in mulieribus,

et benedictus Fructus ventris tui, Iesus….

Sancta Maria Mater Dei

Ora pro nobis pecccatoribus

Nunc et in hora mortis nostrae.”

Amen...

 

Verbo Dei Amorem Spiranti

Collegio San Pietro - Roma

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu