x

Pojok Danarto Pekan Kebudayaan Nasional 2023 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Iklan

Najah Jelita

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 April 2022

Rabu, 27 Desember 2023 09:01 WIB

Pojok Danarto dan Alih Wahana dalam Acara Pekan Kebudayaan Nasional 2023

Pekan Kebudayaan Nasional merupakan acara tahunan yanh diselenggarakan diberbagai titik salah satunya di UIN Syarif Hidayatullah pada tahun 2023

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia dikenal sebagai negara dengan banyak budaya dan keanekaragaman pada setiap suku bangsa. Keberagaman tersebut dapat di ekspresikan dalam berbagai cara. Untuk mendukung dan mengekspresikan sekaligus merayakan budaya tersebut maka dibuatlah suatu acara dwitahunan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sejak tahun 2019 lalu. Acara tersebut dikenal dengan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN). Pada Tahun 2023 ini, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi kembali mengadakan Pekan Kebudayaan Nasional yang bekerja sama dengan beberapa ruang tamu yang tersebar di empat puluh titik kabupaten/kota.

Diantara kota/kabupaten yang menjadi ruang tamu Pekan Kebudayaan Nasional yaitu Kepulauan Seribu, Tangerang Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Bogor, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, dan Bekasi. Dengan tema ‘Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan’ Pekan Kebudayaan Nasional 2023 merupakan bentuk dari semangat Merdeka Berbudaya yang dianjurkan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Tema ini merupakan cerminan dari pengembangan konsep lumbung padi dan praktik gotong royong yang berlaku di Indonesia. Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2023 menghadirkan ratusan kegiatan dari 450 seniman, komunitas, dan kolektif yang datang dari berbagai penjuru daerah di Indonesia.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menariknya, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi salah satu titik penyelenggara ruang tamu Pekan Kebudayaan Nasional 2023 dan menjadi satu-satunya penyelenggara ruang tamu yang berada di Kota Tangerang Selatan. Terselenggaranya acara Pekan Kebudayaan Nasional di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan kerja sama antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Acara ini terlaksana selama 9 hari mulai dari hari jum’at tanggal 20 Oktober 2023 hingga hari Sabtu tanggal 28 Oktober 2023. Mengusung tema ‘Resonansi Budaya Islam: dari Ciputat untuk Dunia’ sudah pasti kegiatan acara dan penamilan-penampilan yang tampilkan dari karya-karya sastrawan mengandung unsur keislaman. Salah satu sastrawan yang karya-karyanya menjadi buah topik dalam acara pekan kebudayaan nasional di Tangerang Selatan adalah Danarto. 

 

Bicara soal Danarto, Danarto dikenal sebagai seniman sekaligus sastrawan hebat yang telah menghasilkan banyak karya fenomenal dan telah dikenal diberbagai penjuru dunia. Danarto dilahirkan di Sragen Jawa Tengah pada tanggal 27 Juni 1940. Beliau merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Ayahnya bernama Jakio Harjodinomo yang berprofesi sebagai seorang mandor pabrik. Ibunya Bernama Siti Aminah yang merupakan seorang pedagang pengecer batik. Pendidikannya pada tingkat sekolah Menengah Atas ditempuh di Kota Solo dengan bidang sastra dan melanjutkan studi perguruan tinggi di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) pada bidang seni Lukis. Karirnya dimulai sebagai seorang pengajar Akademi Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada tahun 1973 dan bekerja sebagai tukang poster di Pusat Kesenian Jakarta tepatnya Taman Ismail Marzuki pada tahun 1969 sampai tahun 1974. 

 

Danarto lebih tertarik pada dunia drama. Faktanya, sejak tahun 195 sampai tahun 1964, dia menjadi anggota Sanggar Bambu Yogyakarta, sebuah kelompok seniman yang sering menggelar pameran seni lukis, pertunjukan teater, musik, dan tari. Ia aktif terlibat dalam pementasan drama yang dipimpin oleh Rendra dan Arifin C. Noor, khususnya dalam hal dekorasi dan rias.

 

Karya tulisannya berupa cerpen banyak dipublikasikan di majalah Horison, termasuk "Nostalgia", "Adam Makrifat", dan "Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat". Salah satu cerpennya, yang berjudul "Rintrik", meraih penghargaan dari majalah Horison pada tahun 1968. Pada tahun 1974, kumpulan cerpennya diterbitkan dalam buku berjudul Godlob oleh Rombongan Dongeng dari Dirah. Karyanya juga dimuat dalam antologi cerpen berjudul From Surabaya to Armageddon pada tahun 1975 oleh Herry Aveling, bersama dengan penulis lain seperti Idrus, Pramudya Ananta Toer, A.A. Navis, Umar Kayam, Sitor Situmorang, dan Noegroho Soetanto. Beberapa karya Danarto telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang, Inggris, Belanda, dan Prancis. Salah satu cerpennya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling berjudul From Surabaya to Armagedonn pada tahun 1976 dan Abracadabra pada tahun 1978. 

 

Cara Danarto bekerja dalam menciptakan karya sastra dan naskah drama terbilang tidak konvensional. Selain itu, ia dikenal sebagai seorang sastrawan yang telah menghasilkan sejumlah cerita pendek unik yang mengangkat tema agama Islam. Salah satu ciri menarik dari karya-karyanya adalah penggunaan judul yang cenderung abstrak. Contohnya adalah cerita pendeknya yang berjudul Allah, yang mencapai sebanyak 1.015 halaman. Selain itu, ia juga sering menggambarkan sosok malaikat dalam konteks agama Islam. Salah satu ciri menarik dari karya-karyanya adalah penggunaan judul yang cenderung abstrak.

 

Berbicara tentang Islam, tema yang digunakan dalam kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional di Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta merujuk kepada nilai keislaman. Maka dari itu penampilan-penampilan yang ditampilkan juga mengandung unsur keislaman. Para mahasiswa juga begitu antusias menyambut acara Pekan Kebudayaan Nasional ini dengan berbagai pertunjukan yang memperkenalkan budaya-budaya Islam dengan penuh dengan kreatifitas. Sudah banyak pertunjukan yang dipentaskan, mulai dari membacakan puisi, monolog, pantun, musikalisasi, hingga dramatisasi puisi, cerpen, dan tari. Ketika membicarakan pertunjukan, seringkali kita melihat mahasiswa menunjukkan kreativitas mereka dengan mengubah karya sastra menjadi pertunjukan seni atau drama yang menarik bagi penonton umum.

 

Salah Satu penampilan menarik dari mahasiswa Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta dalam acara Pekan Kebudayaan Nasional 2023 adalah dramatisasi cerpen dari buku yang berjudul Umi Kalsum Karya Djamil Suherman. Penampilan dramatisasi ini adalah bentuk dari Alih Wahana dalam ilmu sastra bandingan. Menurut KBBI, Alih Wahana adalah peralihan suatu karya sastra atau seni ke media lain, seperti karya sastra ke film, ekranisasi, pelayarputihan, filmisasi, dan lainnya. Tidak hanya dramatisasi saja, ada juga beberapa penampilan yang juga menerapkan Alih Wahana untuk dipertunjukan. Seperti pertunjukan Monolog yang merupakan transformasi dari cerpen Kuntowijoyo berjudul Dilarang Mencintai Bunga-Bunga. Lalu ada juga pertunjukan dramatisasi puisi berjudul Aku, Kamu, dan Iblis. Selanjutnya pertunjukan dramatisasi dari cerita pendek Danarto berjudul Allah, Isi cerita tersebut hanyalah tulisan Allah yang ditulis oleh Danarto dengan sebuah seni dan ditulis dalam 1.015 halaman. Penampilan seni lain juga banyak di pertunjukan dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023 ini seperti berbagai penampilan seni tari, pembacaan puisi, stand up comedy, seni lukis yang dipamerkan, music akustik, dan masih banyak lagi.

 

Pekan Kebudayaan Nasional adalah perayaan budaya yang begitu luar biasa. Pekan Kebudayaan Nasional telah memberikan ruang untuk para mahasiswa berkarya dan mengeksplorasi sebuah pembaharuan baru dalam dunia seni dan sastra. Maha seni mahasiswa tercermin dalam upaya mereka merancang acara Pekan Kebudayaan Nasional dan menggabungkan elemen-elemen kesenian, seperti seni rupa, musik, tarian, dan sastra, ke dalam program Pekan Kebudayaan Nasional. Hasilnya adalah Mereka tidak hanya menghadirkan karya seni yang indah, tetapi juga pesan budaya yang mendalam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Indonesia, terkenal sebagai tanah kelahiran beragam budaya dan suku bangsa, menampilkan kekayaan keberagaman ini melalui berbagai ekspresi. Untuk memberikan dukungan, menyuarakan, serta merayakan warisan budaya ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah memperkenalkan acara Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) setiap dua tahun sejak tahun 2019. PKN menjadi wadah yang diakui di tingkat nasional untuk merayakan dan melestarikan keanekaragaman kultural Indonesia. Pada tahun 2023, Kementerian tersebut kembali menggelar PKN dengan kolaborasi bersama berbagai pihak di empat puluh titik kabupaten/kota.

 

Kota/kabupaten yang menjadi tuan rumah Pekan Kebudayaan Nasional antara lain Kepulauan Seribu, Tangerang Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Bogor, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, dan Bekasi. Dengan tema 'Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan,' Pekan Kebudayaan Nasional 2023 menjadi refleksi semangat 'Merdeka Berbudaya' yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Tema ini tidak hanya mencerminkan nilai-nilai kelestarian budaya, tetapi juga melibatkan konsep lumbung padi dan praktik gotong royong yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Indonesia. PKN 2023 mempersembahkan ratusan kegiatan yang melibatkan 450 seniman, komunitas, dan kelompok kolektif dari berbagai penjuru daerah, menciptakan panggung dinamis bagi perayaan dan penghormatan terhadap keragaman budaya di seluruh nusantara.

 

Menariknya, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi salah satu titik penyelenggara ruang tamu Pekan Kebudayaan Nasional 2023 dan menjadi satu-satunya penyelenggara ruang tamu yang berada di Kota Tangerang Selatan. Terselenggaranya acara Pekan Kebudayaan Nasional di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan kerja sama antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Acara ini terlaksana selama 9 hari mulai dari hari jum’at tanggal 20 Oktober 2023 hingga hari Sabtu tanggal 28 Oktober 2023. Mengusung tema ‘Resonansi Budaya Islam: dari Ciputat untuk Dunia’ sudah pasti kegiatan acara dan penamilan-penampilan yang tampilkan dari karya-karya sastrawan mengandung unsur keislaman. Salah satu sastrawan yang karya-karyanya menjadi buah topik dalam acara pekan kebudayaan nasional di Tangerang Selatan adalah Danarto. 

 

Bicara soal Danarto, Danarto dikenal sebagai seniman sekaligus sastrawan hebat yang telah menghasilkan banyak karya fenomenal dan telah dikenal diberbagai penjuru dunia. Danarto dilahirkan di Sragen Jawa Tengah pada tanggal 27 Juni 1940. Beliau merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Ayahnya bernama Jakio Harjodinomo yang berprofesi sebagai seorang mandor pabrik. Ibunya Bernama Siti Aminah yang merupakan seorang pedagang pengecer batik. Pendidikannya pada tingkat sekolah Menengah Atas ditempuh di Kota Solo dengan bidang sastra dan melanjutkan studi perguruan tinggi di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) pada bidang seni Lukis. Karirnya dimulai sebagai seorang pengajar Akademi Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada tahun 1973 dan bekerja sebagai tukang poster di Pusat Kesenian Jakarta tepatnya Taman Ismail Marzuki pada tahun 1969 sampai tahun 1974. 

 

Danarto lebih tertarik pada dunia drama. Faktanya, sejak tahun 195 sampai tahun 1964, dia menjadi anggota Sanggar Bambu Yogyakarta, sebuah kelompok seniman yang sering menggelar pameran seni lukis, pertunjukan teater, musik, dan tari. Ia aktif terlibat dalam pementasan drama yang dipimpin oleh Rendra dan Arifin C. Noor, khususnya dalam hal dekorasi dan rias.

 

Karya tulisannya berupa cerpen banyak dipublikasikan di majalah Horison, termasuk "Nostalgia", "Adam Makrifat", dan "Mereka Toh Tidak Mungkin Menjaring Malaikat". Salah satu cerpennya, yang berjudul "Rintrik", meraih penghargaan dari majalah Horison pada tahun 1968. Pada tahun 1974, kumpulan cerpennya diterbitkan dalam buku berjudul Godlob oleh Rombongan Dongeng dari Dirah. Karyanya juga dimuat dalam antologi cerpen berjudul From Surabaya to Armageddon pada tahun 1975 oleh Herry Aveling, bersama dengan penulis lain seperti Idrus, Pramudya Ananta Toer, A.A. Navis, Umar Kayam, Sitor Situmorang, dan Noegroho Soetanto. Beberapa karya Danarto telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang, Inggris, Belanda, dan Prancis. Salah satu cerpennya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Harry Aveling berjudul From Surabaya to Armagedonn pada tahun 1976 dan Abracadabra pada tahun 1978. 

 

Cara Danarto bekerja dalam menciptakan karya sastra dan naskah drama terbilang tidak konvensional. Selain itu, ia dikenal sebagai seorang sastrawan yang telah menghasilkan sejumlah cerita pendek unik yang mengangkat tema agama Islam. Salah satu ciri menarik dari karya-karyanya adalah penggunaan judul yang cenderung abstrak. Contohnya adalah cerita pendeknya yang berjudul Allah, yang mencapai sebanyak 1.015 halaman. Selain itu, ia juga sering menggambarkan sosok malaikat dalam konteks agama Islam. Salah satu ciri menarik dari karya-karyanya adalah penggunaan judul yang cenderung abstrak.

 

Berbicara tentang Islam, tema yang digunakan dalam kegiatan Pekan Kebudayaan Nasional di Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta merujuk kepada nilai keislaman. Maka dari itu penampilan-penampilan yang ditampilkan juga mengandung unsur keislaman. Para mahasiswa juga begitu antusias menyambut acara Pekan Kebudayaan Nasional ini dengan berbagai pertunjukan yang memperkenalkan budaya-budaya Islam dengan penuh dengan kreatifitas. Sudah banyak pertunjukan yang dipentaskan, mulai dari membacakan puisi, monolog, pantun, musikalisasi, hingga dramatisasi puisi, cerpen, dan tari. Ketika membicarakan pertunjukan, seringkali kita melihat mahasiswa menunjukkan kreativitas mereka dengan mengubah karya sastra menjadi pertunjukan seni atau drama yang menarik bagi penonton umum.

 

Salah Satu penampilan menarik dari mahasiswa Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta dalam acara Pekan Kebudayaan Nasional 2023 adalah dramatisasi cerpen dari buku yang berjudul Umi Kalsum Karya Djamil Suherman. Penampilan dramatisasi ini adalah bentuk dari Alih Wahana dalam ilmu sastra bandingan. Menurut KBBI, Alih Wahana adalah peralihan suatu karya sastra atau seni ke media lain, seperti karya sastra ke film, ekranisasi, pelayarputihan, filmisasi, dan lainnya. Tidak hanya dramatisasi saja, ada juga beberapa penampilan yang juga menerapkan Alih Wahana untuk dipertunjukan. Seperti pertunjukan Monolog yang merupakan transformasi dari cerpen Kuntowijoyo berjudul Dilarang Mencintai Bunga-Bunga. Lalu ada juga pertunjukan dramatisasi puisi berjudul Aku, Kamu, dan Iblis. Selanjutnya pertunjukan dramatisasi dari cerita pendek Danarto berjudul Allah, Isi cerita tersebut hanyalah tulisan Allah yang ditulis oleh Danarto dengan sebuah seni dan ditulis dalam 1.015 halaman. Penampilan seni lain juga banyak di pertunjukan dalam Pekan Kebudayaan Nasional 2023 ini seperti berbagai penampilan seni tari, pembacaan puisi, stand up comedy, seni lukis yang dipamerkan, music akustik, dan masih banyak lagi.

 

Pekan Kebudayaan Nasional adalah perayaan budaya yang begitu luar biasa. Pekan Kebudayaan Nasional telah memberikan ruang untuk para mahasiswa berkarya dan mengeksplorasi sebuah pembaharuan baru dalam dunia seni dan sastra. Maha seni mahasiswa tercermin dalam upaya mereka merancang acara Pekan Kebudayaan Nasional dan menggabungkan elemen-elemen kesenian, seperti seni rupa, musik, tarian, dan sastra, ke dalam program Pekan Kebudayaan Nasional. Hasilnya adalah Mereka tidak hanya menghadirkan karya seni yang indah, tetapi juga pesan budaya yang mendalam.

Ikuti tulisan menarik Najah Jelita lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu