x

Ilustrasi Perpustakaan. Gambar oleh 0fjd125gk87 dari Pixabay.com

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Kamis, 28 Desember 2023 09:58 WIB

Orang Jahat Dibalas Baik, Buku-buku Itu Terkadang Tidak Masuk Akal

Orang jahat kok dibalas dengan baik. Itulah bukti terkadang buku-buku bacaan itu tidak masuk akal

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ternyata, buku punya cara pandang yang tidak masuk akal. Buku bukan hanya bacan apalagi untuk menjadikan orang punya banyak pengetahuan. Semakin cerdas dan pintar akibat buku, tidak hanya itu. Buku-buku sekarang tidak lagi mencerahkan atau memintarkan. Tapi buku terkadang menyajikan sesuatu yang tidak masuk akal. Persis seperti sinetron di stasiun televisi.

 

Buku, kadang tidak masuk akal. Ketika Anda sukses, justru makin banyak orang membenci dan menjadi iri hati, Ketika Anda jujur dan terbuka, justru makin banyak orang yang berniat menipu. Bahkan ketika Anda diam dan menjaga jarak, justru orang-orang di sekeliling Anda malah menyalahkan Anda. Cerita dan kisah nyata yang aneh dan tidak masuk akal, semuanya sudah tertampung di dalam buku (bila mau dibaca). Buku itu makin aneh, ketika banyak orang bertindak tidak masuk akal dan sangat egois. Justru kita disuruh tidak meladeni dan tetap diam alias sabar. Buku yang menyuruh kita menerima oaring lain apa adanya. Kata buku, jangan balas keburukan dengan keburukan, Tapi balaslah keburukan dengan kebaikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Buku kadang tidak masuk akal. Hanya buku yang menyuruh kita mampu memanfaatkan kebodohan yang dimiliki. Karena jika kepintaran itu tidak cukup memukau dan meyakinkan orang lain, maka gunakan saja kebodohan kita untuk membingungkan mereka. Hari ini, semua orang berlomba-lomba mempertontonkan kepintaran seperti debat capres dan cawapres agar rakyat kagum. Tapi kata buku, daripada sibuk menunjukkan kepintaran yang sebenarnya tidak dimiliki. Lebih baik bingungkan saja orang lain dengan kebodohan. Jelas, semua sudah ada di buku-buku bacaan.

 

Dulu saat membaca buku Ian Craib berjudul “Teori-Teori Sosial Modern: dari Parsons sampai Habermas”, saya pun terkesima. Ternyata buku bukan sekadar bacaan biasa. Melainkan bisa jadi panduan praktis untuk "menguasai dan memanipulasi" orang lain dengan cara yang positif. Tentang cara membangun rasa hormat dari lingkungan, mengakomodasi konflik, mendapat perhatian tanpa harus menjilat, dan bahkan bertahan untuk mencapai sukses  dalam persaingan yang ketat. Di buku ini, saya belajar bagaimana cara memanfaatkan musuh atau lawan agar menjadi sekutu yang mendukung kesuksesan kita. Itulah yang disebut akomodasi konflik. Bahwa musuh jangan dijauhi tapi “diakomodasi” menjadi corong kekuatan dan kelebihan kita.

 

Maka sangat jelas, buku kadang tidak masuk akal. Saat kita berbuat baik, justru prasangka buruk muncul di mana-mana. Saat kita meraih sukses berkat kerja keras dan ikhtiar tiada henti, justru makin banyak orang yang membenci. Bahkan saat kita dizolimi dan berdiam diri pun justru kabar-kabar buruk yang ditebarkan. Hingga jadi bahan gunjingan, ghibah atau fitnah. Gilanya betul, saat orang lain berpikir buruk di balik perbuatan baik yang kita tebarkan justru buku menyuruh kita tetap berbuat baik. Memang benar, buku kadang tidak masuk akal.

 

Buku-buku sudah lama menuliskan. Sekalipun kita membangun peradaban baik bertahun-tahun lamanya, pasti dapat dihancurkan orang lain dalam satu malam saja. Bahwa kebaikan yang ditanam hari ini, bisa jadi besok dilupakan semua orang. Bahwa ada orang-orang yang tersenyum di depan wajah kita. Tapi nyatanya, mereka justru membenci tidak kepalang di belakang kita. Kisah-kisah aneh dalam kehidupan, semuanya sudah ada di dalam buku.

 

Sekalipun buku terkadang tidak masuk akal. Ternyata ada pesan penting, bahwa kita harus tetap membacanya dan tetap dekat dengan buku. Agar kita semakin yakin, bahwa siapapun tidak akan pernah bisa mengontrol pikiran dan sikap orang lain terhadap diri kita. Maka jangan pedulikan apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kita lakukan. Jangan peduli terhadap penilaian buruk orang lain terhadap diri kita. Kita dan buku hanya disuruh untuk selalu berbuat baik dan menebarkan manfaat di mana pun.

 

Buku kadang memang tidak masuk akal. Tapi hingga kini, buku  yang mampu menjadi teman yang paling pendiam dan gigih untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik. Salam literasi #BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

14 jam lalu

Terpopuler