x

Abraham, Bapak Bangsa

Iklan

Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Oktober 2022

Rabu, 3 Januari 2024 12:04 WIB

Kisah Abraham, Tanda Berkat Tuhan

Ada yang dirisaukan Abraham di usia lanjutnya. Ketiadaan seorang anak adalah kenistaan dalam keluarga. Tak hanya itu. Haruskah segala harta warisan Abraham jatuh ke tangan seorang asing dan hamba?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Keluarga Kristiani: Tanda Berkat Tuhan

 
Kisah Abraham: Tanda Berkat Tuhan



Ada yang dirisaukan Abraham di usia lanjutnya. Ketiadaan seorang anak adalah kenistaan dalam keluarga. Tak hanya itu. Haruskah segala harta warisan Abraham jatuh ke tangan seorang asing dan hamba? Maka, Firman Tuhan mesti diperdengarkan untuk meneguhkan hati Abraham, “Seperti banyaknya bintang-bintang di langit, seperti itulah jumlah keturunanmu kelak” (cf Kej 15:5).


Kelahiran Ishak dari Sara, bagi Abraham adalah tanda berkat Tuhan yang sungguh nyata. Tuhan mengenyahkan kegalauan di hati Abraham. Yang datang dari Tuhan selalu dalam harapan dan kepastian yang tak mungkin dibatalkan oleh kuasa manapun. Hamba dan orang asing tak bakal menjadi ahli warisan dari apa yang dimiliki Abraham (cf Kej 15:4).

Di dalam diri serta kisah Abraham dan Sara, istrinya, terdapat iman dan ketaatan yang kokoh. Yang sungguh berharap pada berkat Tuhan. Tinggalkan tanah kelahiran demi menuju wilayah yang “tanpa diketahui yang ia tujui” (cf Ibr 11:8) sungguh menuntut iman, harapan dan ketaatan yang teguh.

Dalam diri Abraham dan Sara tetap termeterai kisah kepasrahan pada kuasa dan penyelenggaraan pada Allah sendiri. Tidak kah karena itulah Abraham pada titiknya rela mempersembahkan Ishak ketika ia dicobai (cf Ibr 11:17)?

Dalam diri Abraham dan Sara, sungguh nyata berkat Tuhan yang senantiasa iringi ziarah hidup mereka. Di dalam Tuhan sendiri, “walau tak memiliki dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa...” (Roma 4:18).


Mari merenung Yesus - Maria - Yusuf:

Berkat Tuhan pun nyata dalam diri Yusuf dan Maria. Maria, perempuan sederhana dari Nazareth, mendapatkan Salam dari Allah, melalui Malaekat Gabriel. Salam itu berupa berkat Tuhan, “Salam, engkau yang terberkati. Tuhan menyertaimu...” (Lukas 1:28). Berkat Tuhan pun dialami oleh Yusuf, ketika kerapuhan manusiawinya diteguhkan malaekat surgawi dalam mimpi, “Yusuf, keturunan Daud, janganlah takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya itu berasal dari Roh Kudus…” (Matius 1:20).


Dan kehadiran Yesus, sebagai tanda berkat Allah yang sempurna bagi manusia, nyata pula dalam kata-kata Pujian Simeon, seorang yang benar dan saleh. Dia yang datang ke Bait Allah atas dorongan Roh Kudus:

“Sekarang, Tuhan, biarlah hambaMu ini pergi dalam damai, sesuai dengan firmanMu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang dari Engkau, yang telah Engkau sediakan di hadap segala bangsa, yaitu cahaya yang menyatakan kehendakMu bagi bangsa-bangsa dan menjadi kemuliaan bagi umatMu Israel” (Lukas 2:29-32).


Keluarga, Komunio kristiani, persekutuan kita dalam Berkat Tuhan

Keluarga kita masing-masing adalah wadah kebersamaan di mana berkat Allah dinyatakan. Hal yang sama tentu berlaku dalam berbagai kebersamaan umat beriman. Kasih Allah memperjumpakan suami dan istri, dan anak-anak yang dihadirkan. Kasih Allah lah yang mempertautkan kita sekalian dari berbagai latar belakang dengan segala keunikannya untuk masuk dalam keluarga besar Umat Allah dalam Kristus.

Berkat Allah itu dinyatakan kepada keluarga dan persekutuan kita ketika diperdengarkan seruan penuh daya: Tuhan bersamamu. Sebagaimana Tuhan hadir dalam berkat-Nya di dalam diri Abraham, Maria, Yusuf, dan terutama dalam Anak TunggalNya-Yesus, berkat Tuhan itu juga hadir dalam diri kita sendiri, dalam keluarga kita masing-masing dan setiap persekutuan kita.

Berkat Allah itu hadir dan dinyatakan kepada kita, agar dengan kita sanggup alami dan jalani hidup sebagaimana adanya. Kita tak impikan segala sukses, kenyamanan, serta apapun segala apapun yang menyenangkan! Tetapi bahwa dalam segala perjuangan hidup, Allah selalu hadir dalam kuasa dan penyelenggaraanNya.

Tanda berkat Allah hadir dalam diri kita, dalam diri keluarga kita masing-masing adalah bahwa dalam apapun situasi yang dialami, kita selalu kokoh dalam iman. Abraham tak tinggalkan Allah walau dalam situasi yang paling riskan ketika Ishak belum dihadirkan Tuhan baginya. Maria berpasrah pada Tuhan saat ia harus masuk dalam kisah penyerahan diri, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku seturut perkataanmu itu” (Lukas 1:38). Dan Yusuf pun mesti masuk dalam kisah sulit untuk memutuskan menerima Maria sebagai tanda bahwa ia yang lemah mesti diteguhkan oleh berkat Tuhan.

Maka, marilah kita kembali menemukan keyakinan teguh bahwa: keluarga kita masing-masing, persekutuan kita dan diri kita masing-masing adalah tanda nyata berkat Tuhan!

MENJADI TANDA BERKAT TUHAN BAGI SESAMA

Ketika kita sadar bahwa adalah Berkat Tuhan lah yang memeterai diri dan jalan hidup keluarga, persekutuan dan diri kita masing-masing, maka kita tentu memiliki nuansa kehidupan penuh berkat.

Iya, semoga kata-kata, sikap, tindakan, dan kehadiran kita selalu menjadi tanda berkat, dan harapan kehidupan bagi dunia dan sesama. Sekiranya ada salah kata, sikap serta eror dalam tindakan maka mohonkanlah maaf dan ampunan penuh kerendahan hati pada sesama. Dan ampunilah sesamamu sekiranya ada salah bicara dan salah gerak laku. Berkat Tuhan pasti hadir dalam ketulusan untuk saling mengampuni.

Dalam segala ketakberdayaan, ketika kita susuri kenyataan hidup ini, Tuhan sungguh hadir dalam kelimpahan berkatNya. Yakinlah selalu!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Rikhardus Roden Urut Kabupaten Manggarai-NTT lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu