x

Etnis Tionghoa Dalam Novel-Novel Indonesia Pasca Tragedi 1998

Iklan

Atia Mutiara

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah A.R. Fachruddin
Bergabung Sejak: 5 Januari 2024

Rabu, 10 Januari 2024 10:16 WIB

Etnis Tionghoa pada Kerusuhan 1998 dalam Cerpen Peng Hwa Karya Veven Sp Wardhana

Pheng Hwa adalah seseorang yang harus mengubah namanya agar bisa dianggap bagian dari tanah airnya sendiri Indonesia. Effendi Wardhana adalah nama pemberian negara yang tertulis di kartu identitas miliknya dan selalu ia gunakan dalam kehidupan sosialnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Etnis Tionghoa pada Kerusuhan 1998 dalam Cerpen Peng Hwa Karya Veven Sp Wardhana

Cerpen berjudul “Peng Hwa” ditulis olehj Veven Sp. Wardhana yang diterbitkan di Kepustakaan Populer Gramedia pada tanggaL 17 November 2013. Cerpen ini termasuk dalam buku kumpulan cerpen dengan judul yang sama. Sesuai judulnya, cerpen ini menceritakan seorang tokoh yang bernama Pheng Hwa.

Pheng Hwa adalah seseorang yang harus mengubah namanya agar bisa dianggap bagian dari tanah airnya sendiri Indonesia. Effendi Wardhana adalah nama pemberian negara yang tertulis di kartu identitas miliknya dan selalu ia gunakan dalam kehidupan sosialnya, baik di sekolah ataupun di tempat kerja sehingga membuat ia lebih terbiasa dengan nama tersebut dibandingkan nama Tionghoanya. Hal ini membuat dia merasa terasing akan dirinya sendiri sampai ia menemukan jati dirinya sebagai orang Indonesia ketika dia berdada di luar negeri. Sepulangnya ia dari luar negeri, ia harus menerima kenyataan pahit karena ia tidak bisa menghubungi istri ataupun keluarganya yang Tionghoa karena terjadi kerusuhan pada tahun 1998.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Melalui cerita tokoh Peng Hwa di atas, terdapat satu isu yang menarik untuk dibahas, yaitu posisi etnis Tionghoa dalam masyarakat Indonesia. Sebuah nama yang dipakai oleh seseorang bukan hanya sekadar nama, tetapi juga sebuah identitas etnis yang berkaitan dengan sejarah bangsa Indonesia. Dalam cerpen ini, kita bisa melihat kondisi sosial fisik dan batin orang-orang Tionghoa pada masa itu. Nama pemberian negara yang diberikan kepada Peng Hwa bertujuan sebagai sebuah alat negosiasi agar bisa beradaptasi secara sosial, namun secara perlahan membuatnya terasing dari identitasnya sendiri sebagai etnis Tionghoa. Puncak konflik dari cerpen ini adalah kemerautan kondisi sosial politik di Indonesia pada tahun 1998. Cerpen ini memperlihatkan kondisi kehidupan orang-orang minoritas yang telah ataupun berpotensi menjadi korban dari tragedi yang terjadi di masa itu.

 "Kenapa mereka interes pada orang Vietnam? Kenapa para Prancis itu masih juga mengulang-ulang kebebal- an bule-bule lainnya, yang sering salah kira terhadap kita sebagai orang Filipina?"  ini merupakan salah satu ungkapan kekesalan Peng Hwa terhadap orang yang mengiranya bukan berasal dari Indonesia karena perawakan tionghoanya. selain itu nama Effendi pun ternyata belum cukup untuk menyimpulkan identitasnya sebagainya tionghoa Indonesia dihadapan orang lain. seringkali orang yang dia temui di Prancis mengiranya sebagai muslim malaysia bukan sebagai dirinya yang sejati yaitu seorang warga negara Indonesia beretnis Tionghoa.

Ikuti tulisan menarik Atia Mutiara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler