x

Di Teater Besar TIM Cikini Jakarta, Minggu (21/1/2024) Keluarga Besar Teater Koma memperingati 1 tahun N. Riantiarno (20 Januari 2023-2024) dengan Kado Indah, Peluncuran Buku \x22The Cockroach Trylogy\x22 atau Trilogi Opera Kecoa (Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Julini) berbahasa Inggris yang diterbitkan oleh Yayasan Lontar.

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 22 Januari 2024 17:44 WIB

Peringatan Seahun Berpulangnya N. Riantiarno dan Peluncuran Buku The Cockroach Trylogy

Keluarga Besar Teater Koma memperingati satu tahun tahun berpulangnya N. Riantiarno (20 Januari 2023-2024) dengan kado indah, peluncuran buku The Cockroach Trylogy atau Trilogi Opera Kecoa. Buku berbahasa Inggris ini diterbitkan oleh Yayasan Lontar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Teater Besar TIM Cikini Jakarta, Minggu (21/1/2024) menjadi tempat,  Keluarga Besar Teater Koma memperingati 1 tahun N. Riantiarno (20 Januari 2023-2024) dengan Kado Indah, Peluncuran Buku "The Cockroach Trylogy" atau Trilogi Opera Kecoa (Bom Waktu, Opera Kecoa, Opera Julini) berbahasa Inggris yang diterbitkan oleh Yayasan Lontar.

Dinikmati dunia 

Hadir mewakili Yayasan Lontar, Penyair Zen Hae, sahabat saya semasa di Kampus, menyerahkan secara simbolis Buku The Cockroach Trylogy kepada Ratna Riantiarno di Panggung Teater Besar. Acara Peluncuran Buku yang di pandu oleh aktris Shahnaz Natashya Haque, juga diselingi dengan oborolan santai (talkshow) Zen Hae (Yayasan Lontar), Rantna Riantiarno, dan Idrus Madani (Teater Koma), seputar Buku The Cockroach Trylogy, proses kreatif-inovatif Teater Koma, Mas Nano, pengalaman, kesan, hingga pesan dari Ratna Riantiarno dan Idrus Madani selama membesarkan Teater Koma untuk publik pecinta seni teater khususnya, dan publik Indonesia pada umumnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam obrolan santai selepas acara, Zen Hae mengungkapkan kepada saya bahwa Buku The Cockroach Trylogy, diporses oleh Yayasan Lontar sekitar 1 tahun. Sehingga persis di peringatan 1 Tahun Mas Nano, buku ini dapat diluncurkan. Diluncurkannya Buku The Cockroach Trylogy tentu berkat dukungan dari stakeholder terkait, terutama dari Kemendikbudristek melalui DANAINDONESIANA dan LPDP.

Dengan demikian, publik dunia, khususnya pegiat dan pecinta seni teater pada khususnya, kini sudah dapat menikmati buah karya seniman besar Indonesia, N. Riantiarno. Buku The Cockroach Trylogy ini pun menjadi produk kekayaan intelektual yang dapat digunakan sebagai bahan paduan berbagai kegiatan ilmiah dan kesenian dunia. Melalui Buku The Cockroach Trylogy, publik dunia juga dapat membaca dan mengetahui kondisi dan situasi sosial politik Indonesia di masa saat naskah Trilogi Opera Kecoa ditulis oleh Mas Nano.

Tamu undangan dibawa ke masa Trilogi Opera Kecoa

Saat peluncuran, para undangan yang hadir, tentunya juga sudah lekat dengan pengalaman menyaksikan pertunjukan panggung dari Trilogi Opera Kecoa, benar-benar di bawa kembali oleh Teater Koma ke masa lalu. Pasalnya, para aktor dan aktris Teater Koma juga kembali menyuguhkan cuplikan adegan terkait dengan Trilogi Opera Kecoa.

Awalnya, undangan disuguhi cuplikan adegan dari Semar Gugat 1995, yaitu adegan “Semua Bernama Semar”. Selanjutnya, potongan-potongan adegan dari Trilogi Opera Kecoa pun dipersembahkan, persis dengan model saat lakon-lakon tersebut dipanggungkan dan masih dipandu oleh Mas Nano.

Tentunya, siapa pun yang hadir di Teater Besar, menyaksikan semua cuplikan adegan yang ditampilan, masih merasakan bahwa Mas Nano masih ada bersama kita semua. Meski kini beliau sudah terpisah dan berbeda dunia, saya yakin, Mas Nano turut menyaksikan peringatan 1 tahun, menyaksikan peluncuruan hasil karya tulisan-tulisannya menjadi Buku berbahasa Inggris, menyaksikan Keluarga Besar Teater Koma, tetap Koma, tidak akan pernah Titik. Melanjutkan semua hal yang sudah diberikan dan diamanatkan oleh Mas Nano untuk tetap mengalir. Tidak pernah titik. Menyaksikan para Undangan yang tetap setia dan mendukung menjadi bagian dari Taetar Koma. Menyaksikan Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbudristek menghargai buah karyanya, yang disiarkan untuk kemaslahatan bukan hanya bagi bangsa Indonesia, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat dunia.

Menulis, menulis, menulis, ...= N. Riantiarno

Dari seluruh rangkaian acara Peringatan 1 tahun Mas Nano, saya juga mencatat ada pesan Mas Nano yang wajib disimak oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia khususnya, dan masyarakat dunia pada umumnya. Pesan itu adalah tentang “Menulis”. Khusus untuk pemerintah dan masyarakat Indonesia, pesan terkait menulis ini sangat signifikan dengan kondisi pendidikan sejak Indonesia merdeka hingga saat ini. Menulis yang merupakan bagian dari kemampuan literasi, sesuai hasil hasil studi PISA 2022, masih terus tercecer dari negara lain. Tercecernya kemampuan literasi ini, juga beriringan dengan tercecernya kemampuan metematika dan sains siswa Indonesia.

Pesan tentang menulis ini, disampaikan oleh Mas Nano dalam monolog “Pulang” yang kembali ditayangkan di panggung Teater Besar di 1 tahun Peringatan Mas Nano. Bahkan, di akhir monolog, Mas Nano menyebut kata “menulis” berulang-ulang, sampai enam kali, hingga monolog usai. Sungguh pesan yang dapat ditafsirkan dan dimaknai dalam arti berbagai-bagai. Namun, yang pasti, secara alami dan ilmiah, menulis, sejatinya menunjukan kompetensi seseorang selama menempuh dan berproses di dalam kehidupan di dunia. Kawan akrab dari menulis ini adalah berbicara, jadi seseorang yang kompeten dalam berbicara dan menulis, sesuai bidang dan keahliannya, di situlah seseorang memiliki harga sebagai manusia yang dilahirkan ke dunia ini.

Menulis, juga berbicara, adalah paket dari keterampilan berbahasa, bagian dari kompetensi literasi. Secara ilmiah, alami, dan ilmu agama, paket keterampilan berbahasa berurutan sesuai kodrat manusia saat lahir ke dunia, mulai dari bayi. Saat bayi lahir, sebab sebelum lahir, bayi sudah akrab dengan kondisi kehangatan di rahim ibu, maka begitu bayi lahir, dalam seperkian detik, melalui indra pendengaran dan indra perasa, bayi langung merasakan situasi dan kondisi yang berbeda dengan keadaan di rahim ibu, maka tanda bahwa bayi lahir normal dan mampu mendengar adalah suara tangisan. Suara tangisan adalah akibat dari indra pendengaran dan indra perasa yang berfungsi normal pada bayi. Suara tangisan adalah simbol bicara.

Secara kodrat, mendengar dan berbicara adalah keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh bayi tanpa perlu melalui proses pendidikan. Berikutnya, saat mata bayi mulai dapat terbuka, maka bayi akan melihat, melirik, dll (membaca) lingkungan, situasi, kondisi, dll. Mulai mengenali Ibunya, ayahnya, dan seterusnya, secara alami tanpa perlu berlajar membaca dulu. Kemudian, saat bayi sudah menjadi anak-anak, mulailah belajar berbicara lagi yang benar. Melalui jalur pendidikan di sekolah, anak mulai belajar menulis. Sehingga, mendengar, berbicara, membaca adalah paket keterampilan berbahasa yang secara alami dan kodrat seharusnya dimiliki oleh manusia sebagai makhluk Tuhan paling sempurna.

Pada akhirnya, setelah melalui proses berbagai-bagai dalam kehidupan di dunia, kemampuan atau kompetensi seseorang dalam bidang yang digeluti serta bidang kehidupan secara umum, dapat diukur dan dilihat dari keterampilan berbahasa bernama berbicara dan menulis. Orang yang pandai berbicara, biasanya, belum tentu pandai menulis. Sebaliknya, orang yang pandai menulis, pun belum tentu kompeten dalam berbicara. Namun, orang yang cerdas lligent quotient (IQ) dan emotional quotient (EQ), tentu akan selalu dapat belajar agar seimbang dalam literasi berbicara dan menulisnya.

Pada akhirnya, mustahil seseorang kompeten dalam berbicara dan menulis, bila tidak kompeten dalam keterampilan mendengar dan berbicara. =Kembali kepada pesan “menulis”, seperti doa saya di 7 hari dan 40 hari kepergian Mas Nano, di peringatan 1 tahun Mas Nano, saya juga mendoakan seperti harapan Mas Nano dalam naskah monolog “Pulang” yang ditulis pada Desember 2020 dan dibawakannya sendiri dalam pentas, tepat di hari ulang tahunnya ke-72, 6 Juni 2021, disiarkan lewat saluran YouTube Teater Koma, dan 1 Tahun Peringatan Mas Nano, semoga Mas Nano selalu ditempatkan di sebuah tempat yang luar biasa bagus, nyaman, adem, tentrem, penuh kebahagiaan di sisi Tuhan. Aamiin.

Doa untuk Mas Nano ini pun akan terus mengalir dari seluruh orang-orang yang mencintai Mas Nano, orang-orang yang menjadi bagian dalam kehidupan Mas Nano, orang-orang yang menerima manfaat atas ilmu dan pendidikan yang ditularkan Mas Nano, orang-orang yang menikmati karya-karya Mas Nano, hingga nama Mas Nano terpatri abadi sebagai satu di antara Pahlawan Kesenian, Pahlawan Seniman, Pahlawan Budayawan, Pahlawan Teater dan lainnya di negeri ini.

Di Peringatan 1 Tahun Mas Nano, saya kembali berharap bahwa kita semua dapat membuka mata, bahwa pesan Mas Nano tentang menulis, menjadi sangat vital untuk kehidupan di dunia ini. Dalam monolog “Pulang” bahkan Mas Nano akan sangat sedih bila di dunia akhirat tidak dapat melanjutkan pekerjaannya dalam menulis akibat kesalah dan dosa yang diperbuatnya semasa di dunia. Tetapi, Mas Nano berdoa, bila di sana ditempatkan di sebuah tempat yang luar biasa bagus, nyaman, adem, tentrem, penuh kebahagiaan di sisi Tuhan, maka Mas Nano menyebut, “Itulah tempo yang paling tepat untuk menulis. Hanya menulis. Akan diterbitkan atau tidak, untuk apa dipikirkan, yang penting menulis. Menulis kalimat, kata-kata, dialog, kritik yang pedas. Menulis kritik yang tidak kelop dengan kejujuran dan cinta, keserakahan, politik, hingga hak asasi manusia.”

Di akhir monolog, Mas Nano mengucap “ menulis, menulis, menulis, menulis, menulis, menulis, ... “ =Kini 1 tahun Mas Nano telah pulang. Hasil tulisannya, Trilogi Opera Kecoa diterbitkan menjadi buku berbahasa Inggris. Dapat dinikmati dan dibaca oleh seluruh masyarakat dunia. Dalam Peringatan 1 Tahun Mas Nano, Keluarga Besar Teater Koma pun tetap eksis, tidak akan pernah titik. Mba Ratna juga mengungkapkan kepada para undangan yang hadir di Teater Besar, di 2024, tepatnya bulan Mei, Keluarga Besar Teater Koma, akan melanjutkan proses produksi pementasan baru, dari naskah besar dan terakhir yang ditulis Mas Nano. Semoga, proses produksi terbaru pementasan Teater Koma dapat berjalan lancar dan sukses. Aamiin.

Menulis

Mengapa Mas Nano memberi pesan dan amanah tentang betapa pentingnya menulis? Selain menulis adalah bagian paket dari empat keterampilan berbahasa (mendengar, berbicara, membaca, dan menulis) yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Pun menjadi bagian dari kemampuan literasi seseorang, khusus tentang menulis ini, selain menjadi tolok ukur spidometer kompetensi seseorang, manfaatnya bagi si penulis sangat luar biasa. (1) Tempat untuk untuk menuangkan ekspresi setelah seseorang mendapatkan ilmu dan pengalaman hidup melalui mendengar dan membaca. (2) Tempat untuk meningkatkan kreatifvitas dan inovasi. (3) Untuk memperkuat daya ingat, kecerdasan IQ dan EQ. (4) Menjadikan hidup lebih produktif. (5) Menjadi media belajar yang baik. (6) Meningkatkan kemampuan dalam berbahasa dengan benar dan baik. (7) Menjadi lebih teroganisir dalam menjalani setiap langkah kehidupan. (8) Menghibur diri, orang lain, pihak lain. (9) Media komunikasi yang benar dan baik. (10) Mempengaruhi untuk mencapai tujuan sesuai dengan setiap konteks tulisannya. (11) Dapat menghasilkan uang.

Mengurai soal menulis, lihatlah apa yang sudah ditulis oleh Mas Nano untuk dirinya sendiri, untuk Keluarganya, untuk Keluarga Besar Teater Koma, untuk penggemar Teater Koma, untuk dunia seni di Indonesia dan dunia khususnya, serta umumnya bagi kemaslahatan kehidupan manusia. =1 Tahun Mas Nano, semoga Mas Nano senantiasa ditempatkan di sebuah tempat yang luar biasa bagus, nyaman, adem, tentrem, penuh kebahagiaan di sisi Tuhan. Selalu melanjutkan menulis. Aamiin.

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu