Di Ambang Kehancuran Dunia (Bagian 1)

Senin, 26 Februari 2024 18:18 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bencana pada masa Yesus, tertulis dalam Injil Matius Bab 24:7, yakni: “Sebab akan bangkit bangsa melawan bangsa, kerajaan akan bangkit melawan kerajaan, akan ada kelaparan dan gempa di berbagai tempat”.

Saat ini, kondisi keseimbangan di muka bumi sudah berada di puncak kerusakan yang sangat parah. Baik keseimbangan alam, keseimbangan sosial, maupun keseimbangan tatanan dunia secara keseluruhan. Produk teknologi canggih yang seharusnya digunakan untuk kemaslahatan umat, justru sebagian besar diarahkan untuk menciptakan kerusakan dan kehancuran. Dan, kondisi kerusakan ini telah menghantarkan peradaban saat ini berada di tepi jurang kehancuran yang mengerikan.

Sebenarnya, kehancuran-kehancuran dahsyat sudah pernah terjadi pada dahulu kala. Ajaran Tuhan yang sebagian besar berisi tentang sejarah, menggambarkan berbagai bencana besar yang pernah terjadi pada masa para rasul. Artinya, bahwa dahulu kala kebejatan manusia juga sudah luar biasa. Keserakahan manusia sudah di luar batas, dan semua itu berakibat pada kerusakan keseimbangan yang sangat parah di muka bumi. Alhasil, bencana dahsyat dan mengerikan tidak bisa dihindarkan.

Kita lihat pada masa Nuh, bencana yang digambarkan seperti air bah yang menenggelamkan sebagian besar permukaan bumi. Kemudian ada gempa raksasa, ledakan dahsyat, badai besar, pandemi hebat juga terjadi pada masa Rasul-Rasul setelahnya.

Bencana pada masa Yesus, tertulis dalam Injil Matius Bab 24:7, yakni: “Sebab akan bangkit bangsa melawan bangsa , kerajaan akan bangkit melawan kerajaan, akan ada kelaparan dan gempa di berbagai tempat”.

Kemudian, pada masa Muhammad dikisahkan dalam QS Ar-Rum (30) : 2-4, perang dunia yang dimotori oleh dua kekuatan adikuasa, antara Romawi Timur dan Persia Baru.

Ketahuilah, kerusakan keseimbangan yang masif dan parah yang berakibat pada bencana besar, tidak dapat dilakukan hanya dengan berbekal peralatan sederhana, seperi cangkul, sabit, parang dan teknologi tepat guna. Tetapi dibutuhkan peralatan yang jauh lebih besar, lebih kuat dengan teknologi yang lebih canggih. Dibutuhkan buldozer yang kuat dalam menggusur hutan, diperlukan eskavator dan mesin-mesin bor yang besar untuk menggali lobang-lobang tambang, dibutuhkan mesin-mesin pertanian dan teknologi rekayasa genetik untuk memacu produktivitas pertanian, dibutuhkan berbagai teknologi industri yang berkapasitas besar untuk memacu ekonomi.

Dan, tak kalah dahsyatnya adalah kebutuhan perangkat pertahanan dengan menciptakan mesin-mesin penghancur yang mengerikan. Mulai dari yang paling ringan seperti senapan, granat, mortir sampai dengan rudal-rudal nuklir yang berdaya ledak sangat dahsyat.

Kita lihat dalam catatan sejarah manusia, tidak ada kehancuran yang melebihi dahsyatnya perang dunia. Perang Dunia ke-2 yang menewaskan 60 sampai dengan 80 juta orang.

Dalam catatan sejarah peradaban manusia, tidak ada kehancuran yang melebihi dahsyatnya Perang Dunia. Perang Dunia 2 yang menewaskan 60 hingga 80 Juta jiwa masih menjadi rekor musibah terbesar dalam satu milenium terakhir. Padahal Perang Dunia 2 masih menggunakan senjata konvesional yang daya hancurnya jauh lebih rendah dibandingkan mesin-mesin perang yang ada saat ini.

Dan, ketahuilah dunia saat ini sedang  dalam bayang-bayang ancaman Perang Dunia 3.

Jika ini benar-benar terjadi, tidak bisa dibayangkan kehancuran akibat Perang Dunia 3. Ada kurang lebih 13 ribu bom nuklir aktif di dunia saat ini. Satu Bom Nuklir mempunyai daya ledak, puluhan, ratusan, hingga ribuan kali bila dibandingkan dengan Bom Atom yang pernah menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia 2.

Jika ribuan Bom Nuklir meledak saat ini, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya kehancuran yang terjadi di muka bumi, milyaran manusia akan terbunuh, kota-kota dan berbagai industri akan luluh lantak, teknologi akan hancur, lumpuh sehingga tidak bisa lagi difungsikan, peradaban modern akan terjungkir menjadi terbelakang.

Hal ini sudah pernah diprediksi oleh Albert Einstein, jika terjadi Perang Dunia 3 maka perang-perang selanjutnya akan menggunakan kembali panah, pedang dan tombak. Kalaupun ada sebagian perangkat teknologi yang selamat, pertanyaannya, "Apakah masih bisa efektif untuk difungsikan?" Jika ada kendaraan yang selamat dari kehancuran, bagaimana bisa dijalankan bila semua SPBU-SPBU tidak berfungsi? Kilang-kilang minyak tidak beroperasi, mesin-mesin bor minyak tidak bisa digunakan, pembangkit-pembangkit listrik, pabrik-pabrik sparepart, dan sumber daya pendukung lainnya tidak bisa dijalankan? Ketika perangkat teknologi yang tersisa tidak bisa difungsikan, maka ujung-ujungnya akan mangkrak menjadi barang rongsokan dan lapuk, musnah ditelan oleh jamur.

Jadi, dahulu kala peradaban sudah maju, teknologi sudah canggih, namun karena bencana dan perang yang sangat dahsyat, peradaban terjungkir menjadi terbelakang. Kemudian akan lahir lagi, tumbuh dan berkembang sampai ke puncak, lalu hancur kembali, begitu seterusnya hingga sekarang.

Ini semua membuktikan bahwa perjalanan sejarah peradaban manusia mempunyai pola siklus, selalu berulang atas prinsip yang sama. Tidak berjalan secara linear seperti yang dikatakan oleh Charles Darwin yang mengatakan, bahwa peradaban manusia berawal dari kehidupan yang primitif kemudian bergerak menuju peradaban yang modern seperti saat ini. Teori ini menguatkan pemahaman bahwa kehidupan para Rasul terdahulu sangat terbelakang. Semua kejadian-kejadian luar biasa yang mengiringinya selalu digambarkan sebagai keajaiban dan mukjizat, tidak pernah mengaitkan dengan kemajuan teknologi. Sehingga isi dari kitab-kitab suci bagai kisah dongeng para super hero, tidak lagi berfungsi sebagai pedoman hidup manusia.

Jadi, Tuhan telah merancang bahwa sejarah peradaban berjalan secara siklus, dan ketahuilah bahwa semua yang seimbang di Alam Semesta ini bergerak atau tumbuh secara siklus. Tuhan merancang benda-benda besar di luar angkasa bergerak secara rotasi maupun berevolusi.

Di dalam tata surya kita, matahari berotasi mengeluarkan energi, mengerakkan planet-planet dan benda benda langit di sekitarnya mengelilingi matahari. Pergerakan planet-planet dirancang secara teratur dan seimbang sehingga tidak terjadi benturan antara yang satu dengan yang lain. Revolusi planet-planet mengeluarkan energi daya dorong terhadap pusat atau matahari. Di sinilah terjadi keseimbangan energi keluar dan energi masuk, tidak terjadi kebocoran atau kehilangan energi. Inilah kunci keseimbangan energi dalam tata surya sehingga bisa bergerak dan bertahan selama ribuan tahun.

Bukan itu saja, dalam kehidupan sehari-hari kita selalu menghadapi siklus peredaran waktu, mulai peredaran hari siang dan malam, peredaran bulan dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 30, peredaran tahun dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember untuk tahun Masehi, perederan Bulan dari Muharam sampai dengan Dzulhijjah untuk tahun Hijriyah. Dan, Siklus peredaran Tahun ini sejalan dengan siklus peredaran musim. Aktivitas kehidupan kita juga berulang-ulang dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun.

Bahkan, di dalam tubuh kita juga terjadi siklus regenarasi sel. Semakin sempurna proses regenarasi sel, semakin sehat dan abadi di tubuh kita. Pergerakan siklus ini juga terjadi pada perjalanan peradaban manusia, tumbuh berkembang hingga mencapai puncak kemudian hancur, terus lahir lagi, begitu seterusnya.

Di saat peradaban sampai di puncak kecanggihan, biasanya diikuti kerusakan keseimbangan yang sangat parah. Baik keseimbangan alam, keseimbangan sosial dan keseimbangan-keseimbangan yang lain. Di saat itulah diutus para Nabi, para Rasul, pejuang-pejuang keseimbangan untuk mengingatkan umat manusia agar segera bertaubat memperbaiki keseimbangan sebelum datang kehancuran yang sangat dahsyat.

Perlu sekali untuk disadari bersama, bahwa kehancuran besar yang terjadi adalah proses pemulihan keseimbangan. Baik keseimbangan alam, keseimbangan sosial dan keseimbangan-keseimbangan yang lain. Di atas puing-puing kehancuran peradaban yang timpang akan tampil kekuatan sosial baru yang dipimpin oleh para Rasul, para Nabi pada masanya.

Mereka menegakkan ajaran kebaikan, membangun tatanan kehidupan yang seimbang. Namun seiring dengan berjalannya waktu, sepeninggal para pejuang-pejuang keseimbangan, teknologi dan peradaban berkembang semakin maju, sistem keseimbangan mulai tercabik-cabik kembali, hingga pada akhirnya kembali terjadi kehancuran global. Begitu seterusnya berulang-ulang hingga saat ini.

Nah, bagaimana dengan kondisi saat ini? Yang jelas, teknologi mesin-mesin perang yang ada saat ini lebih dari cukup untuk meluluhlantakkan sebagian besar dari permukaan bumi. Berbagai bencana alam yang semakin marak di muka bumi sudah menandakan bahwa kerusakan keseimbangan alam berada pada fase yang sangat kritis. (Bersambung ke Bagian 2)

Salam Seimbang Universal Indonesia Nuasantara ...

*****

Kota Malang, Februari di hari kedua puluh lima, Dua Ribu Dua Puluh Empat.

Bagikan Artikel Ini
img-content
sucahyo adi swasono

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler