x

Iklan

sucahyo adi swasono

Pegiat Komunitas Penegak Tatanan Seimbang (PTS); Call Center: 0856 172 7474
Bergabung Sejak: 26 Maret 2022

Kamis, 29 Februari 2024 06:29 WIB

Harga Beras Melambung Tinggi

Memang, hal itu tak bisa dihindari karena situasi ekonomi dunia yang memengaruhinya. Artinya, dunia, atau ekonomi global sedang memasuki masa resesi, masa sulit atau krisis. Terutama krisis pangan, yang walaupun belum pada tingkatan memuncak ...

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hujan deras mengguyur rata di seluruh wilayah kota, beriringkan angin yang cukup kencang, namun tak sampai berbuah Puting Beliung. Aman, berujung pada suasana jadi segar begitu hujan reda hingga pukul 20:00 WIB. Rabu, Februari di hari kedua puluh delapan, tahun ini.

Seperti biasanya, hari Rabu adalah saatnya Kang Supri dan kawan-kawan yang sebanyak tujuh personil, melaksanakan jaga keamanan lingkungan (kamling) kampung. Dan, Kang Supri adalah komandan regunya. 

"Siapa yang belum nongol, Kang Supri?" tanya Kang Gobel kepada Kang Supri, usai memukul tiang telpon yang tak jauh dari Pos Kamling, sebanyak tujuh kali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Ya, di-cek sendirilaah, Kang Gobel, masa gak hafal dengan kawan setim regu?" jawab Kang Supri sambil tersenyum dan duduk bersandar di dinding Pos Kamling. 

"Siaap, Kang. Rupanya, tinggal Kang Pa'i yang belum nampak ini."

"Nah, begitu dong, melatih kecermatan terhadap kawan sendiri, satu tim regu jaga," seloroh Kang Gundul sembari menghadapi bidak-bidak di atas papan catur. Kang Gundul nampak sudah hadir lebih dulu, langsung bertanding catur melawan bebuyutannya, Kang Gondrong, mengisi waktu tunggu kehadiran kawan-kawan regu jaga lainnya kumpul di Pos Kamling.

"Siaap, Kang gundul. Hati-hati, konsentrasi dengan permainan, jangan sampai kecolongan oleh serangan Kang Gondrong, lho? Bisa kena skakmat lagi seperti Rabu kemarin, he he he ..."

"OK, kawan," sahut Kang Gundul dengan sorot pandangan yang kian ditingkatkan terhadap posisi bidak-bidak caturnya, setelah mendapat sentilan warning dari Kang Gobel agar kali ini tak mengulangi kesalahan yang berujung pada kekalahan melawan Kang Gondrong.

"Kedudukan skor sampai Rabu ini, siapa yang unggul, Kang Gondrong?" tanya Kang Mamad

"Tahu sendirilah, Kang, siapa yang di atas angin dan di atas awan? he he he ..." jawab Kang Gondrong dengan senda guraunya.

"Kang Gondrong yang unggul, Kang Mamad. Unggul 5-4, saya wajib menerima kekalahan, dan mengakui keunggulan lawan dalam duel meet catur ini, ha ha ha ..." sahut Kang Gundul dengan senda gurau pula mengimbangi kelakar Kang Gondrong.

"Itulah jiwa sportif!" kata Kang Pa'i yang tiba-tiba muncul dari balik Pos Kamling, sambil menenteng morong berisi wedang kopi dan tenong berisi singkong goreng, yang langsung disambut oleh Kang Gobel dan Kang Mamad, diletakkannya setenong singkong goreng dan semorong wedang kopi itu di sudut ruang Pos Kamling.

"Ayo, disantap singkong gorengnya, mumpung masih hangat, juga diseruput wedang kopinya, mumpung masih panas," kata Kang Pa'i.

"Yang sedang tanding catur, break dulu sejenak, biar tak sepaneng, seruput kopinya, santap singkong gorengnya ..." kata sang komandan Supri menimpali. 

"Ayo, Kang Cahyo, itu mumpung siaran TV nya sedang iklan!" pinta Kang Gobel kepada Kang Cahyo yang sedari tadi asyik menyaksikan  siaran berita terkini di kanal Tempo TV dari  pesawat televisi yang ada di Pos Kamling. 

"OK, terima kasih, pas sekali ini dengan sikond-nya. Usai diguyur hujan, mendapat sajian singkong goreng plus kopi tubruk ala Dampit, ya Kang Pa'i? tanya Kang Cahyo kepada Kang Pa'i. 

"Betul, Kang. Meskipun harga beras naik, gak masalah bagi kita. Toch, ada penggantinya dengan bersantap singkong goreng dan menyeruput wedang kopi tubruk ala Dampit, kwk kwk kwk ..." ucap guyon satire Kang Pa'i pecahkan suasana renyah di Pos Kamling yang mulai merambat menuju larut malam, namun tak dihinggapi lengang.

"Waduh, omongan Kang Pa'i semakin malam mulai beraroma politis juga, ya?" seloroh Kang Supri.

"Ya, iyalaah ... Lantas, apa hendak dikata. Kita wong cilik ini, para kawula alit ini, apa yang bisa diperbuat ketika faktanya harga beras naik melambung, barang-barang kebutuhan pokok maupun kebutuhan tak pokok juga pasti naik terbang membumbung tinggi. Mau protes? Apa dengan protes akan mampu menurunkan harga yang sudah terlanjur melambung?" jawab Kang Pa'i sedikit serius, namun masih dalam nuansa rileks.

"Betul juga, sampeyan Kang Pa'i. Protes, demo hingga ricuh demonya, toch tak mengubah keadaan, ya? Kita yang bisa bercengkerama ngerasani situasi negeri ini dengan leluasa, bagi saya itu sudah bagus, daripada tak bisa menggerutu sama sekali." timpal Kang Gobel.

"Iya, wong ngomong gak pakai kulak, gak butuh modal saja, koq? Selama yang kita omongkan berdasarkan fakta, bukan yang aneh-aneh, dan sebatas di Pos Kamling ini, antar sesama kawan tim regu jaga ini, gak masalah. Masih jauh dengan wilayah undang-undang IT, kan?" kata Kang Mamad. Sementara, Kang Cahyo masih asyik menyaksikan siaran TV sembari nyeruput wedang kopi yang dituang ke dalam cangkir gelas bening.

"Ayo, Kang Cahyo, bagaimana pendapat sampeyan terhadap topik pembicaraan ala kadarnya ini, ala cangkrukan Pos Kamling kampung kita ini? Sampeyan kan rajin ngikuti berita tivi di kanal Tempo TV? Tentu punya wawasan terhadap soal kenaikan harga beras yang melambung tinggi ini? Bersuara dong, jangan diamlaah!" harap Kang Mamad terhadap Kang Cahyo.

Sejurus kemudian, pandangan mata para personil regu jaga kamling hari Rabu pun pada ke arah Kang Cahyo, kecuali, Kang Gundul dan Kang Gondrong yang masih enjoy dengan permainan caturnya.

Kang Cahyo yang sedari tadi nyaris tak berkomen apa-apa, pada akhirnya tak betah juga mendapat cecaran permintaan Kang Mamad agar turut komen terhadap topik pembicaraan sekawanan tim regu jaga kamling hari Selasa.

"Yach, begini kalau menurut saya. Kenaikan harga beras sebagai makanan pokok, setelah jadi nasi tentunya, pasti diikuti pula dengan kenaikan harga barang lain sebagai kelengkapan kebutuhan pangan. Misal, cabe, tomat, sayur-sayuran, dan lauk pauk. Dan, itu pasti bakal dirasakan pula  oleh kita. Memang, hal itu tak bisa dihindari karena situasi ekonomi dunia yang memengaruhinya. Artinya, dunia, atau ekonomi global sedang memasuki masa resesi, masa sulit atau krisis. Terutama krisis pangan, yang walaupun belum pada tingkatan memuncak. Sehingga dalam teori hukum permintaan dan penawaran, maka ketika permintaan tinggi, sementara penawaran adalah sebaliknya rendah sebagai akibat penurunan produksi, maka otomatis, harga menjadi tinggi atau naik." kata Kang Cahyo mulai turut serta nimbrung pada topik pembicaraan sekawanan tim regu jaga kamling hari Rabu.

"Penyebabnya atau faktor pemicunya, menurut sampeyan karena apa, ya Kang?" tanya Kang Mamad singkat.

"Ada beberapa hal yang mempengaruhi sebagai hal yang melatarbelakangi. Di antaranya adalah bencana iklim yang mengakibatkan cuaca menjadi tidak menentu. Itu akan memengaruhi produksi pertanian pangan kita. Apalagi, kita masih bergantung pada impor ke negara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan ini. Berikutnya, adalah sebab perang, di antaranya adalah perang Rusia - Ukraina, perang Israel-Palestina yang masih berlangsung sampai saat ini dan belum ada tanda-tanda kapan berhenti, itu juga memengaruhi aktivitas ekonomi, yakni tentang produksi, distribusi maupun konsumsi. Muaranya, ya itu, mulai dari krisis, resesi maupun inflasi." Jelas Kang Cahyo kepada sekawanan tim regu jaga kamling. 

"Kalau sudah begini ini, Kang, simpulannya apa dan bagaimana seharusnya kita-kita ini?" tanya Kang Gobel.

"Simpel saja. Semua itu berpulang kepada diri kita masing-masing. Artinya, menyadari adanya kenaikan harga beras, mulailah belajar untuk tidak bergantung pada nasi bila hanya untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat atas tubuh kita. Istilahnya, pangan alternatif. Ya, dilatihlaah, melatih dirilaah mencari bahan pangan pengganti nasi. Singkong misalnya, seperti yang baru saja kita makan malam ini."

"Jadi, itu ya solusi simpelnya, Kang Cahyo?" tanya Kang Mamad sedikit menyimpulkan sendiri dengan mimik muka setengah masam. 

"Wah, susah juga ya? Sebab kita-kita ini kan sudah kepalang basah dengan nasi sejak balita? Bahkan, ada ungkapan bahwa belum disebut makan bila belum menyantap nasi ..." tukas Kang Supri yang paling serius menyimak obrolan dalam topik pembicaraan tentang naiknya harga beras yang mengisyaratkan adanya gejala bakal terjadi krisis pangan ...

*****

Kota Malang, Februari di hari kedua puluh delapan, Dua Ribu Dua Puluh Empat. 

Ikuti tulisan menarik sucahyo adi swasono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

12 jam lalu

Terpopuler