x

Belajar di luar kelas yang menyenangkan

Iklan

Heru Wahyudi

Dosen
Bergabung Sejak: 13 Desember 2023

Senin, 11 Maret 2024 19:10 WIB

Merdeka Belajar: Cita-cita Nasional versus Realitas Lokal

Di tengah dinamika pendidikan Indonesia, ada berbagai tantangan yang tidak bisa dibiarkan. Kisah panjang kesenjangan kualitas pendidikan antara daerah maju dan terpencil terus berlanjut tanpa tuntas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kurikulum Merdeka diperkenalkan oleh Kemendikbudristek pada tahun 2022, tujuannya untuk menanggapi tantangan pendidikan di Indonesia dengan memberikan kebebasan belajar yang lebih besar kepada siswa. Konsep ini didesain untuk mendorong pengembangan karakter dan kompetensi abad ke-21, seperti kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan keterampilan komunikasi.

Selain itu Kurikulum Merdeka juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara merata di seluruh wilayah negeri, termasuk daerah terpencil, dengan menyediakan dukungan yang lebih besar bagi guru dan siswa. Pendekatan ini menawarkan pilihan mata pelajaran dan proyek belajar yang lebih sesuai dengan minat dan bakat siswa, berbeda dari kurikulum sebelumnya. Harapannya, bisa menciptakan generasi yang lebih mandiri, kreatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Di tengah dinamika pendidikan Indonesia, ada berbagai tantangan yang tidak bisa dibiarkan. Kisah panjang kesenjangan kualitas pendidikan antara daerah maju dan terpencil terus berlanjut tanpa tuntas. Selain itu, masih banyak guru yang menghadapi kesulitan dalam mengaplikasikan kurikulum baru karena minimnya kompetensi yang dimiliki.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Infrastruktur dan fasilitas pendidikan di banyak daerah masih kurang memadai, yang memperumit akses dan kualitas belajar mengajar. Dalam kondisi ini, perlu cara konkret untuk merangkul kesenjangan, meningkatkan kompetensi tenaga pendidik, serta memperbaiki infrastruktur. Tujuannya tentu menciptakan sistem pendidikan yang inklusif dan berkualitas bagi seluruh warga Indonesia.

Kurikulum Merdeka diharapkan menjadi harapan besar untuk mengubah wajah pendidikan di Indonesia. Visi mulianya adalah menciptakan generasi muda yang cerdas, berakhlak, dan memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan abad ke-21. Selain itu, dimaksudkan mampu menyamakan standar pendidikan di seluruh negeri dan meningkatkan mutu secara masif.

Meski demikian, implementasi Kurikulum Merdeka masih terkendala oleh fakta di lapangan. Salah satu hambatannya adalah minimnya kompetensi guru dalam menerapkan kurikulum baru ini. Perkara kronis lainnya adalah kekurangan infrastruktur dan fasilitas pendidikan, terutama di daerah-daerah terpencil.

Tantangan dan Praktik Kurikulum Merdeka di Sekolah-sekolah di Indonesia

Infrastruktur dan fasilitas yang lebih lengkap, serta keberadaan guru-guru yang lebih terlatih, condong membuat sekolah di daerah perkotaan lebih siap dalam mengadopsi Kurikulum Merdeka. Sebaliknya, sekolah di daerah terpencil menunjukkan kesiapan yang lebih rendah, pasalnya persiapan seperti pelatihan guru, pengembangan materi pelajaran, dan perbaikan infrastruktur, masih perlu dilakukan dengan lebih matang.

Walaupun beberapa sekolah telah menunjukkan kesiapan yang tinggi dalam mengadopsi Kurikulum Merdeka, banyak sekolah lainnya masih belum mumpuni. Kurangnya guru berkualitas, infrastruktur yang kurang memadai, dan minimnya dukungan dari pemerintah daerah, jadi faktor utama yang menyebabkan ketidaksiapan ini. Perlunya perhatian ekstra untuk memastikan bahwa semua sekolah dapat melaksanakan kurikulum baru ini dengan efektif, sangatlah mendesak.

Dalam mengadopsi Kurikulum Merdeka, sekolah seringkali mengalami hambatan dan kendala, di antaranya adalah kekurangan guru yang kompeten dalam memahami dan menerapkan kurikulum ini. Banyak guru yang belum paham tentang Kurikulum Merdeka serta belum memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mengajar sesuai dengan pendekatan yang diusung oleh kurikulum ini.

Kekurangan infrastruktur dan fasilitas juga merupakan kendala serius dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung implementasi kurikulum ini, seperti ruang kelas yang kondusif, laboratorium, dan perpustakaan yang memadai. Selain itu, kurangnya dukungan dari pemerintah daerah juga mempersulit implementasi kurikulum ini. Beberapa pemerintah daerah belum memberikan dukungan yang maksimal dalam hal pendanaan dan pelatihan guru, sehingga menghambat pelaksanaan Kurikulum Merdeka di lapangan.

Kendala tambahan dalam penerapan Kurikulum Merdeka adalah kurangnya pemahaman dari orang tua. Banyak di antara mereka yang belum mengerti konsep dan manfaat dari Kurikulum Merdeka, sehingga belum memberikan dukungan penuh kepada anak-anak mereka dalam belajar dengan kurikulum baru ini.

 

Meskipun masih ada berbagai hambatan dan kendala, beberapa sekolah telah menunjukkan praktik baik dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Contohnya, SMAN 1 Yogyakarta telah mengembangkan program "Kurikulum Merdeka Berbasis Projek" yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui proyek-proyek yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Di SDN 2 Cileunyi Bandung, program "Pembelajaran Berbasis Alam" telah berhasil diterapkan, membawa siswa belajar di luar kelas dan mempelajari alam secara langsung. SMK 1 Negeri Surakarta juga telah berhasil mengembangkan program "Kurikulum Merdeka untuk SMK" yang berfokus pada pengembangan keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri.

 

Kesiapan Sekolah Mengadopsi Kurikulum Merdeka

Melalui lensa teori "Diffusion of Innovations" yang dikemukakan oleh Rogers (2003), terlihat bahwa kesiapan sekolah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka masih beragam. Teori ini menjelaskan bahwa proses adopsi inovasi, seperti Kurikulum Merdeka, melibatkan beberapa tahap mulai dari kesadaran, pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, hingga konfirmasi.

 

Kerangka ini memungkinkan kita untuk melihat bahwa meskipun sebagian sekolah mungkin telah mencapai tahap-tahap awal seperti kesadaran dan pengetahuan tentang Kurikulum Merdeka, masih perlu upaya untuk melewati tahap-tahap berikutnya menuju implementasi yang efektif. Variasi kesiapan antar sekolah mungkin tercermin dalam tahapan yang berbeda-beda dalam proses adopsi inovasi ini. Dengan demikian, pemahaman terhadap teori ini dapat membantu merencanakan strategi yang lebih efektif untuk mendukung sekolah dalam mengatasi tantangan implementasi Kurikulum Merdeka.

 

Ketersediaan sumber daya menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesiapan sekolah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Sekolah yang dilengkapi dengan infrastruktur dan fasilitas yang memadai, serta memiliki guru-guru yang kompeten, cenderung lebih siap dalam mengadopsi Kurikulum Merdeka. Selain itu, dukungan dari pemerintah daerah juga menjadi faktor penting. Dukungan ini bisa berupa pendanaan maupun pelatihan guru yang diperlukan untuk implementasi Kurikulum Merdeka.

 

Keterlibatan masyarakat, termasuk orang tua, sangat berperan dalam kesuksesan implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah. Dengan keterlibatan yang baik, sekolah dapat lebih mudah mengatasi berbagai tantangan yang mungkin muncul dalam proses implementasi. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak terkait untuk bekerja sama dalam mendukung kesuksesan penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah-sekolah.

 

Pentingnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang Kurikulum Merdeka tidak boleh dipungkiri. Pemerintah perlu melakukan kampanye sosialisasi yang luas dan edukasi kepada masyarakat agar mereka memahami pentingnya Kurikulum Merdeka dan mendukung implementasinya di sekolah-sekolah. Dengan demikian, diharapkan berbagai hambatan dalam implementasi Kurikulum Merdeka dapat diatasi secara bertahap. (**)

 

Heru Wahyudi

 

Ikuti tulisan menarik Heru Wahyudi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

18 menit lalu

Terpopuler