x

Pameran Quisqueya Henriquez di Art Basel Miami Beach

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Selasa, 2 April 2024 11:04 WIB

Quisqueya Henríquez, Seniman Konseptual yang Melontarkan Teka-teki Perseptual

Quisqueya Henríquez, yang instalasi dan pahatannya membingungkan dan memiliki sisi humor, meninggal dunia pada hari Sabtu  (2/4) di Santo Domingo pada usia 58 tahun.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Quisqueya Henríquez, yang instalasi dan pahatannya membingungkan dan memiliki sisi humor, meninggal dunia pada hari Sabtu  (2/4) di Santo Domingo pada usia 58 tahun. Penyebab wafatnya, menurut media Dominika Diario Libre, adalah kanker perut. Diario Libre adalah yang pertama kali mengabarkan berita tersebut.

Kepergian sang seniman pertama kali dikonfirmasi oleh pasangan Henríquez, Pedro Catrain, seorang senator dari provinsi Samaná. Lalu informasi ini diumumkan oleh David Castillo Gallery di Miami, yang akan mewakili warisannya.

Lahir pada tahun 1966 di Havana, Henríquez adalah salah satu dari empat anak yang lahir dari seorang sejarawan Dominika dan ibu yang berasal dari Kuba. Dibesarkan di Republik Dominika, ia melanjutkan pendidikan di negara asalnya di Universidad Autónoma de Santo Domingo dan kemudian lulus dari Instituto Superior de Arte di Havana pada tahun 1992 sebelum menjadi seorang seniman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karya-karyanya pada tahun 90-an menggunakan bahan-bahan yang ditemukan seperti peralatan olahraga dan rekaman amatir yang diambil di Santo Domingo. Pada tahun 1998, sebuah ulasan di Artforum menggambarkan instalasinya sebagai teka-teki perseptual, jebakan intelektual yang dimaksudkan untuk membingungkan indera.

Antara tahun 2001 dan 2006, ia membuat serangkaian patung yang disebut Playing with Adversity atau "Bermain dengan Kesulitan.

Dalam karyanya ini, ia mengubah objek sehari-hari-melubangi bola basket, misalnya, atau mengukir dompet wanita untuk dijadikan hiasan kepala.

Seri patung ini menjadi pusat perhatian pada pameran tahun 2007 di Museum Bronx.

Pada saat pameran tersebut, ia telah dikenal sebagai tokoh penting dalam seni Amerika Latin, tetapi ia relatif kurang dikenal di Amerika Serikat.

Sebagian besar karya seninya, ia tetap mempertahankan selera humor, bahkan ketika ia menggunakan teori kritis.

"Saya membuat parodi dengan sedikit humor karena saya tidak tertarik untuk mengorbankan diri saya sendiri tentang bagaimana menjadi seorang seniman di Karibia atau di Amerika Latin," katanya dalam sebuah wawancara.

"Dalam pandangan saya, kontribusi utama Quisqueya adalah keputusan visionernya untuk bekerja di luar pusat seni besar. Hal ini di satu sisi membuat segalanya menjadi lebih sulit, namun juga memberikan karyanya sebuah kualitas pribadi," kata Castillo kepada ARTnews. Ia menambahkan, "karyanya tidak mengikuti tren." ***

 

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB