Kuntoro Boga Andri. Alumnus IPB 1998, gelar Magister (2004) dan Doktor (2007) dari Saga dan Kagoshima University, Jepang. Peneliti Utama LIPI (2017) dan pernah sebagai Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (2016-2018), Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (2018), sebelumnya Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan (2018-2024), dan Kepala Pusat BSIP Perkebunan (2024-2025). Sejak 25 Maret 2025 menjabat Kepala Pusat BRMP Perkebunan, Kementan.
Tantangan dalam Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional
Rabu, 22 Januari 2025 06:19 WIB
Ketahanan pangan di Indonesia merupakan isu kompleks yang membutuhkan pendekatan menyeluruh dan lintas sektor.
Indonesia terus meningkatkan ketahanan pangan melalui program swasembada pangan, makan bergizi gratis, diversifikasi pangan lokal, dan dukungan kepada petani kecil. Tujuannya adalah menciptakan masyarakat sehat, produktif, dan kompetitif. Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, swasta, dan masyarakat menjadi kunci untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, fluktuasi harga global, serta meningkatkan akses dan kualitas pangan secara berkelanjutan.
Pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup, bergizi, dan aman menjadi pondasi utama dalam membangun masyarakat yang sehat, produktif, dan kompetitif. Ketahanan pangan tidak hanya sekadar memastikan ketersediaan bahan makanan, tetapi juga mencakup kualitas dan aksesibilitasnya bagi seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah Indonesia terus melangkah maju melalui berbagai strategi untuk menghadapi tantangan seperti perubahan iklim, ketidakpastian harga pangan global, dan peningkatan jumlah penduduk.
Presiden Prabowo Subianto telah menggagas program makan bergizi gratis sebagai langkah konkret untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Program ini dirancang untuk menjamin akses makanan bergizi, terutama bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera, sebagai bagian dari investasi jangka panjang dalam menciptakan generasi yang sehat, cerdas, dan kompetitif.
Dengan cakupan hingga 82,9 juta anak dan anggaran sebesar Rp80 triliun per tahun, program ini diharapkan mampu mengurangi prevalensi malnutrisi, meningkatkan prestasi akademik, serta mempersiapkan generasi yang unggul di tingkat global. Untuk mendukung pelaksanaannya, pemerintah telah membentuk Badan Gizi Nasional yang bertanggung jawab atas pengelolaan distribusi makanan ke seluruh sekolah di Indonesia.
Tidak hanya fokus pada penyediaan makanan bergizi, pemerintah juga mendorong ketahanan pangan nasional melalui diversifikasi pangan lokal sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada beras. Komoditas seperti sagu, jagung, dan umbi-umbian mulai diangkat kembali sebagai bagian penting dari pola makan masyarakat.
Melalui program swasembada pangan di Kementerian pertanian, pemerintah memperkuat peran petani kecil dan petani muda dengan menyediakan akses terhadap lahan, pupuk bersubsidi, alat dan mesin pertanian serta teknologi pertanian modern, pendanaan mikro, pembangunan infrastruktur seperti irigasi dan pasar komoditas pangan. Semua ini dirancang untuk menciptakan sistem pangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
Status Ketahanan Pangan Indonesia
Kemajuan dalam ketahanan pangan ini terlihat dari laporan Global Food Security Index (GFSI) 2023, di mana Indonesia mencapai peringkat ke-61 dari 113 negara. Ini menunjukkan peningkatan signifikan meskipun masih tertinggal dari beberapa negara ASEAN lainnya. Meski masih di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand di kawasan ASEAN, posisi Indonesia menunjukkan peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini mencerminkan keberhasilan upaya pemerintah dalam memperbaiki aksesibilitas dan stabilitas pangan, terutama di tengah tantangan global yang kompleks.
Kebijakan stabilisasi harga pangan domestik telah berhasil menekan inflasi bahan makanan menjadi 4,1% pada 2023, dan angka kemiskinan turun ke 9,36%. Stabilitas harga beras, dengan koefisien variasi sebesar 1,8%, menjadi salah satu indikator penting keberhasilan dalam menjaga ketersediaan pangan meski di tengah lonjakan permintaan pasca-pandemi. Stabilitas harga pangan, terutama untuk komoditas utama seperti beras, minyak goreng, dan cabai, masih memerlukan perhatian. Distribusi pangan ke wilayah terpencil juga perlu ditingkatkan, seiring dengan pengembangan infrastruktur pertanian dan teknologi modern untuk mendukung produksi domestik.
Tantangan kedepan adalah dalam menghadapi gejolak harga global, distribusi pangan ke wilayah terpencil, dan peningkatan kualitas pangan. Strategi ke depan perlu difokuskan pada peningkatan produksi domestik, diversifikasi konsumsi pangan, serta edukasi masyarakat tentang pentingnya pola makan bergizi seimbang. Dengan kolaborasi lintas sektor dan fokus pada keberlanjutan, Indonesia diharapkan mampu terus memperkuat ketahanan pangan, menjadikannya landasan untuk masyarakat yang lebih sehat, produktif, dan berdaya saing tinggi di tingkat global.
Di sisi lain, ketergantungan pada impor beberapa komoditas, seperti gandum dan kedelai, tetap menjadi masalah yang harus diselesaikan. Upaya substitusi impor melalui peningkatan produksi lokal menjadi langkah penting. Perubahan iklim juga menjadi ancaman nyata terhadap produktivitas pertanian. Fenomena seperti kekeringan atau banjir menuntut adopsi teknologi berbasis iklim serta pengembangan sistem peringatan dini untuk mitigasi risiko. Selain itu, edukasi masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat harus terus diperkuat.
Kolaborasi Semua Sektor
Ketahanan pangan di Indonesia merupakan isu kompleks yang membutuhkan pendekatan menyeluruh dan lintas sektor. Ke depan, kolaborasi menjadi kunci utama untuk mencapai sistem pangan yang berkelanjutan dan tangguh. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat perlu bekerja bersama untuk memperkuat produksi pangan lokal, distribusi yang merata, serta mengatasi tantangan yang muncul, seperti perubahan iklim dan volatilitas harga pangan global.
Kementerian Pertanian memainkan peran vital dalam meningkatkan produksi pangan dalam negeri, khususnya dalam mendorong produksi makanan bergizi berbasis sumber daya lokal. Dengan fokus pada peningkatan produktivitas pertanian dan diversifikasi konsumsi pangan, Kementan bertugas untuk memastikan ketersediaan pangan yang tidak hanya cukup, tetapi juga bergizi. Program-program yang mendukung petani kecil, pengembangan teknologi pertanian, dan pelatihan berbasis ilmu pengetahuan menjadi prioritas untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan lokal.
Kementerian Perdagangan, di sisi lain, bertanggung jawab untuk memastikan akses pasar yang luas bagi hasil pertanian, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. Selain itu, mereka memiliki peran strategis dalam mengelola fluktuasi harga pangan di pasar domestik agar tidak terjadi inflasi yang merugikan konsumen dan petani. Kebijakan perdagangan yang mendukung stabilitas pasokan pangan dan pengendalian harga sangat penting untuk menjaga ketahanan pangan di Indonesia.
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi juga memiliki peran besar dalam meningkatkan ketahanan pangan melalui pemberdayaan desa. Dengan memperkuat sektor pertanian di daerah pedesaan, mereka dapat membantu meningkatkan ketahanan pangan melalui program-program yang berbasis pada pemanfaatan potensi lokal, serta mengurangi ketergantungan pada impor pangan. Pemerintah desa, dengan dukungan dari kementerian ini, bisa memfasilitasi akses petani terhadap teknologi pertanian dan pasar yang lebih luas, serta mendorong pengolahan hasil pertanian lokal menjadi produk yang bernilai tambah.
Sementara itu, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah juga memiliki tanggung jawab dalam mendistribusikan informasi dan pengetahuan mengenai pentingnya konsumsi pangan bergizi kepada masyarakat, terutama anak-anak sekolah. Kurikulum pendidikan yang mengedukasi siswa tentang gizi seimbang dan pola makan sehat diharapkan dapat menciptakan generasi yang lebih sadar akan pentingnya ketahanan pangan. Selain itu, mereka juga berperan dalam distribusi bantuan pangan bagi keluarga prasejahtera, memastikan akses pangan yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat.
Sektor swasta juga harus dilibatkan khususnya dalam pengembangan dan penerapan teknologi yang mendukung ketahanan pangan. Kerja sama antara dunia usaha, lembaga riset, dan sektor pertanian akan menciptakan solusi inovatif untuk memitigasi dampak perubahan iklim dan meningkatkan produktivitas pangan. Tidak kalah pentingnya, kolaborasi dengan lembaga internasional diperlukan untuk mentransfer teknologi dan pengetahuan yang mendukung adaptasi sistem pangan yang lebih tangguh.
Dengan langkah strategis yang melibatkan kolaborasi lintas sektor, Indonesia memiliki peluang besar untuk pemenuhan pangan rakyat. Keberhasilan dalam bidang ini tidak hanya akan meningkatkan daya saing global tetapi juga menjadi fondasi bangsa dan memastikan keberlanjutan pembangunan nasional.

Praktisi
25 Pengikut

Menjemput Kejayaan Baru Rempah
Kamis, 3 Juli 2025 10:41 WIB
Menjaga Tanah, Menjaga Masa Depan
Selasa, 24 Juni 2025 13:51 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler