Mahasiswa Prodi Ilmu komputer Universitas Muhammadiyah A.R Fachrudin

Penggunaan Tanda Baca dan Ejaan yang Benar

Rabu, 7 Mei 2025 21:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Kelas prasekolah taman bacaan
Iklan

Cara mengimplementasikan ejaan dan tanda baca yang benar dan baik

PENDAHULUAN

Bahasa sebagai sistem tanda terdiri atas signifie yang berupa konsep-konsep tertentu dalam pikiran manusia dan signifiant berupa realisasi konsep-konsep tertentu yang diwujudkan dalam bentuk ujaran. Konsep-konsep yang diujarkan itu bersifat arbitrer (mana suka). Kemanasukaan itu sudah disepakati oleh sekelompok penutur bahasa tertentu (konvensional). Hal inilah yang menyebabkan lahirnya berbagai macam ragam bahasa dengan segala macam aturannya.
Dalam setiap bahasa ragam tulis, setiap bahasa memiliki aturan ejaan. Aturan dalam ejaan terkait dengan kaidah cara menggambarkan bunyi, seperti kata, kalimat, frasa, dan sebagainya dalam bentuk tulisan serta penggunaan tanda baca. Pada tahun 2015 Peraturan terbaru mengenai EYD tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dipergunakan bagi instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu, peraturan ini menjadi acuan penggunaan ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia menggantikan peraturan tentang Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada tahun 1972.

1. Ejaan dan Tanda Baca 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penggunaan Ejaan
Penggunaan ejaan yang harus diperhatikan antara lain pemakaian huruf, seperti: huruf kapital, huruf miring, huruf cetak tebal. Penggunaan ejaan yang juga harus diperhatikan terkait penulisan gabungan kata, partikel, singkatan, akronim, dan penulisan istilah. Berikut ini kaidah penggunaan ejaan dalam bahasa Indonesia yang didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015.
(Buka tautan berikut terakait dengan peraturan Ejaan Bahasa Indonesia
(http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/PUEBI.pdf)


A. Pengunaan Huruf Kapital

1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya:
Apa maksudnya?
Dia membaca buku.
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Halim Perdanakusumah
Wage Rudolf Supratman
Jenderal Kancil
Dewa Pedang
Alessandro Volta
André-Marie Ampère
Mujair
Rudolf Diesel
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Catatan:
a) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
ikan mujair
mesin diesel
5 ampere
10 volt

Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata
yang bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf
pertama kata tugas.
Misalnya:
Abdul Rahman bin Zaini
Siti Fatimah binti Salim
Indani boru Sitanggang
Charles Adriaan van Ophuijsen
Ayam Jantan dari Timur
Mutiara dari Selatan
3) Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Mereka berhasil meraih medali emas,” katanya.
“Besok pagi,” kata dia, “mereka akan berangkat.”
4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Islam Alquran
Kristen Alkitab
Hindu Weda
Allah
Tuhan
Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat.
Bahasa Indonesia | 27
5) a). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
Sultan Hasanuddin
Mahaputra Yamin
Haji Agus Salim
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Raden Ajeng Kartini
Doktor Mohammad Hatta
Agung Permana, Sarjana Hukum
Irwansyah, Magister Humaniora
b). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
Misalnya:
Selamat datang, Yang Mulia.
Semoga berbahagia, Sultan.
Terima kasih, Kiai.
Selamat pagi, Dokter.
Silakan duduk, Prof.
Mohon izin, Jenderal.
6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik
Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta)
Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Gubernur Papua Barat

7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari,dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
Ia menyajikan makalah “Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata”.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, atau sapaan.Misalnya:S.H. sarjana hukum
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
S.S. sarjana sastra
M.A. master of arts
M.Hum. magister humaniora
M.Si. magister sains
K.H. kiai haji
Bahasa Indonesia | 31
Hj. hajah
Mgr. monseigneur
Pdt. pendeta
Dg. daeng
Dt. datuk
R.A. raden ayu
St. sutan
Tb. tubagus
Dr. doktor
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudaraHuruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta
kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan.
Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”
“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.
Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
“Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”
“Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak.”
Catatan:
a) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
b) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?

B. Penggunaan Huruf Miring
Penggunaan huruf miring dalam Ejaan Yang Disempurnakan dalam ketikan menggunakan jenis huruf italic. Jika ditulis dengan tulisan tangan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi. Berikut ini kaidah penggunaan huruf miring.
1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk mengkhususkan atau menegaskan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh:
Mahasiswa sedang ujian skripsi.
2) Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh:
Setiap hari bapak membaca koran Kompas.
3) Judul makalah, skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk
dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
4) Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan
bahasa Indonesia, seperti bahasa daerah dan bahasa asing.
Contoh:
Istilah symbolic violence dikenalkan oleh Pierre Bourdieu.
5) Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia tidak ditulis miring.
Contoh:
Registrasi mahasiswa baru dilaksanakan pada bulan Jc. Penggunaan
Huruf Cetak Tebal
1) Huruf cetak tebal digunakan untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab,
daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Contoh:
Judul : BAHASA INDONESIA
UNTUK PERGURUAN TINGGI
Bab : BAB I SEJARAH PERKEMBANGAN
BAHASA INDONESIA
Bagian bab : A. Sejarah Bahasa Indonesia
B. Perkembangan Bahasa Indonesia                                                  Daftar, indeks, dan lampiran
DAFTAR ISI
DAFTRA TABEL
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
INDEKS
LAMPIRAN
2) Huruf cetak tebal digunakan untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk
menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi dalam kamus.
Contoh:
Abad n 1 masa seratus tahun: ….; 2 jangka waktu yang lamanya
seratus tahun...; 3 zaman (yang lamanya tidak tentu); 4 masa yang
kekal, tidak berkesudahan;
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak
tebal diberi garis bawah ganda. 

c. Tanda Baca
Seorang penulis harus tepat menggunakan tanda baca dalam tulisannya. Berikut
ini berbagai macam aturan penulisan tanda baca yang harus diperhatikan ketika
menulis.
1) Penggunaan Tanda Titik (.)
a) Tanda titik digunakan pada akhir kalimat berita.
Contoh:
Anak itu sedang menunggu angkutan umum.
b) Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat sudah berakhir dengan tandatitik,
tanya, dan seru.
Contoh:
Guru berkata, ”Tolong tutup pintu itu!”
c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
Contoh:
15.30.05 jam (15 jam , 30 menit, 05 detik)
d) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Contoh:
pukul 23.00.00
e) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan
keterangan pagi, siang, sore, atau malam.
Contoh:
pukul 05.00 pagi
f) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan
pagi, siang, atau malam.
Contoh:
pukul 15.20
g) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Contoh:
Kuliah umum itu mengundang 1.115 peserta.
h) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul
tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat
terbit.
Contoh:
Gumperz, John J. 1992. Discourse Strategy. Cambridge:
Canmbridge University Press.
i) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
Nomor plat kendaraannya AB 1692 RE
j) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, nama bab, subbab, tabel, dan sebagainya.
Contoh:
Pola Interaksi Dosen dan Mahasiswa
BAB I PENDAHLUAN
Latar Belakang Masalah
Tabel 1: Kesalahan Diksi
Lampiran 3: Instrumen Kesalahan Kalimat

2) Penggunaan Tanda Baca

Penggunaan Tanda Koma (,)

a) Tanda koma digunakan dalam suatu perincian atau pembilangan (minimal tiga
unsur)
Contoh:
Kami memerlukan piring, sendok, dan garpu.
b) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Contoh:
Siti Badilah, M.A. Dr. Nadhifa F.A., M.Si.
c) Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Contoh:
162, 5 cm Rp1.650,55
d) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan,
sedangkan, dan kecuali.
Contoh:
Semua peserta seminar masuk ruang ini, kecuali panitia.
e) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
Jika tidak ada halangan, saya akan datang pada acara itu.
f) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Contoh:
Saya akan datang pada acara itu jika tidak ada halangan.
g) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Contoh:
Banyak hal yang belum dikerjakan, misalnya, membuat proposal,
seminar, dan menyusun laporan.
h) Tanda koma dipakai di belakang penghubung antarkalimat, seperti oleh karena
itu, jadi, dengan demikian, oleh sebab itu, dan meskipun demikian. Kata hubung tersebut terletak di awal kalimat dan tidak boleh ditempatkan pada awal
paragraf.
Contoh:
Orang tuanya memiliki kekuasaan di kampung itu. Meskipun
demikian, anak itu tidak mau sewenang-wenang memanfaatkan
kekuasaan orang tuanya.
i) Tanda koma dipakai untuk memisahkan o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
Contoh:
Kasihan, semua data di komputernya terkena virus.
j) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas
dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Contoh:
Sudah selesai, Mas?
k) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh:
Paman berkata, ”Nenek ke mana?”
l) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Contoh:
“Siapa nama kamu?” tanya Lina.
m) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat,
(c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Contoh:
Bpk. Ujang Juhari, Karangpawitan, Karawang.
Kajur PBSI, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.
n) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Contoh:
Gumperz, John J. 1992. Discourse Strategy. Cambridge:
Canmbridge University Press.

o) Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan
akhir.
Contoh:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2
(Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
p) Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Setelah menggingit, nyamuk tersebut akan meninggalkan plasmodium.


Penggunaan Titik Koma (;)


a) Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
kalimat majemuk setara.
Contoh:
Kakak membuatkan kopi untuk ayah; ibu mengoreksi tugas
mahasiswa; adik bermain di halaman depan rumah.
b) Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam
kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Sebelum rincian terakhir tidak
perlu digunakan kata dan.
Contoh:
Persayaratan yang harus dipenuhi antara lain:
(1) mahasiswa S1 aktif minimal semester 5;
(2) menguasai ilmu Sastra Indonesia;
(3) IPK minimal 3.25;
(4) dapat bekerja dalam tim.
c) Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih
apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
Contoh:
Mahasiswa melakukan kegiatan pramenulis: menentukan masalah,
tema, topik, dan membuat judul; menulis: menuangkan ide/gagasan
secara tertulis; pascamenulis: merevisi tulisan dan
mempublikasikannya.

Penggunaan Titik Dua (:)


a) Tanda titik dua dipakai di antara (1) tahun dan halaman dalam kutipan, (2) bab
dan ayat dalam kitab suci, (3) judul dan anak judul suatu karangan, serta (4)
nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Contoh:
Soeparno (2002: 15) Yogyakarta: Tiara Wacana
b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Contoh:
Bendahara : Muhammad Ibrahim
c) Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Dhifa : ”Siapa yang datang, Dik?”
Kia : ”Kakek dan nenek.”
d) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh:
Kita harus mengerjakan hal-hal berikut: mencari referensi,
memahaminya, membuat rangkuman, dan mempresentasikannya.

Penggunan Tanda Hubung (-)


a) Tanda hubung digunakan untuk menyambung suku-suku kata yang terpisah
oleh pergantian baris.
Contoh:
Kami akan membawa beberapa buku referensi.
b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya
atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.
Contoh:
Pihak universitas menjelaskan tata cara pengisian PUPNS.
c) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh:
kupu-kupu bermain-main

d) Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf
dalam kata yang dieja satu-satu.
Contoh:
24-10-2015 t-a-h-u-n
e) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (1) hubungan bagian-bagian
kata atau ungkapan dan (2) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
Contoh:
Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok.
bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
f) Tanda hubung dipakai untuk merangkai se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital.
Contoh:
se-Indonesia se-Asia
g) Tanda hubung dipakai untuk merangkai ke- dengan angka.
Contoh:
ke-5 ke-12
h) Tanda hubung dipakai untuk merangkai angka dengan anContoh:
tahun 2000-an tahun 1970-an
i) Tanda hubung dipakai untuk merangkai kata atau imbuhan dengan singkatan
berhuruf kapital.
Contoh:
hari-H mem-PHK
j) Tanda hubung dipakai untuk merangkai kata ganti Tuhan yang berbentuk
imbuhan.
Contoh:
Kuasa-Nya Kepada-Mu
k) Tanda hubung dipakai untuk merangkai gabungan kata yang merupakan satu
kesatuan.
Contoh:
bandara internasional Soekarno-Hatta
l) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Contoh:
meng-install di-upgrade

Penggunaan Tanda Tanya (?)


a) Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat tanya.
Contoh:
Apakah kita wajib membaca buku ini?
b) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Nilai kami B (?) semua.

Penggunaan Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah dan menggambarkan emosi penutur.
Contoh:
Tolong tutup pintu itu!

Penggunaan Tanda Petik Tunggal (‘…’)


a) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
Contoh:
pandai ’tukang tempa’ pinang ’lamar’
b) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam
petikan lain.
Contoh:
“Dia menyapa ‘hallo’ kepada teman barunya.”
c) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa
daerah atau bahasa asing.
Contoh:
download ‘unduh’ upload ‘unggah’

Penggunaan Tanda Petik Dua (“…”)


a) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Contoh:
Paman berkata, “Ibu kamu akan datang besok pagi.”
Bahasa Indonesia | 41
b) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Contoh:
Pencipta puisi yang berjudul ”Puisi Ibu” adalah Chairil Anwar.
c) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
Banyak orang bertanya tentang “laki-laki” itu.
d) Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama
dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk
daftar.
Contoh:
“zaman” bukan “jaman”

Penggunaan Tanda Kurung ( (… ) )


a) Tanda kurung digunakan untuk mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan.
Contoh:
Presiden akan bertemu dengan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
b) Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian utama kalimat.
Contoh:
Pembahasan tentang filsafat bahasa (lihat bab 3) sangat kompleks.
c) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dihilangkan.
Contoh:
Kata pandai (a) memiliki sinonim pintar (a).
d) Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan
keterangan.
Contoh:
Permasalahan pembelajaran dapat ditemukan dari:

(1) media pembelajaran yang digunakan, (2) interaksi antara siswa dengan guru, dan
(3) interaksi antarsiswa.

Penggunaan Tanda Garis Miring (/)


a) Tanda garis miring digunakan di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun kalender atau tahun
ajaran.
Contoh:
Nomor 15/JK/2015 Jalan Wonosari 9/115
b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
Contoh:
Semua keputusan tergantung pilihan kakek/nenek. 

Tanda Apostrof (')

Tanda apostrof dapat digunakan untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.

Misalnya:

  • Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)
  • Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
  • Diriku s'lalu dimanja. (s'lalu = selalu)
  • 5-2-'21 ('21 = 2021)

catatan: 

Penggunaan tanda apostrof ini lazim dalam ragam nonstandar.

Penulisan Unsur Serapan

Bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Tidak semua unsur serapan dari berbagai bahasa itu diteliti pemakaiannya, karena keterbatasan waktu.

Pengertian Unsur Serapan

Unsur serapan merupakan elemen-elemen yang dipinjam atau diadopsi dari bahasa lain ke dalam bahasa tertentu. Dalam proses serapan, bahasa meminjam kata-kata, frasa, atau struktur gramatikal dari bahasa lain untuk mengungkapkan konsep atau ide yang tidak ada dalam bahasa tersebut atau untuk melengkapi kekurangan dalam kosakata atau tata bahasa asli.

Proses serapan dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk hubungan sosial, perdagangan, teknologi, budaya, dan pengaruh politik. Biasanya, bahasa-bahasa yang memiliki interaksi intens dengan bahasa lain cenderung memiliki lebih banyak unsur serapan.

Contoh unsur serapan yang umum

kata-kata serapan dari bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia, seperti "komputer," "telepon," atau "internet." Selain kata serapan, unsur serapan juga dapat berupa istilah teknis, frasa idiomatik, atau pola kalimat tertentu yang berasal dari bahasa lain.

Perlu dicatat bahwa unsur serapan dapat mengalami perubahan dan adaptasi sesuai dengan sistem tata bahasa dan pengucapan dalam bahasa penerima. Oleh karena itu, unsur serapan sering kali diadaptasi agar sesuai dengan aturan dan karakteristik bahasa yang meminjamnya.

Penulisan Unsur Serapan Sebagai berikut:

1. Penyesuaian Ejaan:

Huruf kapital: Biasanya, unsur serapan tidak ditulis dengan huruf kapital kecuali jika memang menjadi bagian dari nama atau merk dagang tertentu. Contoh: internet (bukan Internet), kafe (bukan Cafe).

Tidak menggandakan huruf: Dalam ejaan unsur serapan, tidak perlu menggandakan huruf yang sama seperti dalam bahasa aslinya. Contoh: rekor (bukan record), asuransi (bukan insurance).

2. Penyesuaian Bunyi:

Penyesuaian bunyi dan ejaan dilakukan untuk memperhatikan aturan fonetik dan fonemik bahasa Indonesia. Contoh: film (bukan film), radio (bukan radio), taksi (bukan taxi).

Beberapa bunyi konsonan dalam bahasa asing dapat diubah menjadi bunyi serapan yang ada dalam bahasa Indonesia. Contoh: pizza (bukan pitza), tempat (bukan tempet).

3. Penggunaan Prefiks atau Sufiks:

Dalam beberapa kasus, unsur serapan dapat menggunakan prefiks atau sufiks bahasa Indonesia untuk membentuk kata yang lebih tepat. Contoh: memproses (dari proses), penerjemah (dari terjemah), berimprovisasi (dari improvisasi).

4. Penggunaan Artikel:

Dalam bahasa Indonesia, unsur serapan biasanya tidak membutuhkan penggunaan artikel. Contoh: mobil (bukan a mobil), komputer (bukan a komputer).

5. Penyesuaian Bentuk Nomina:

Beberapa unsur serapan yang berasal dari bahasa asing mempertahankan bentuk nomina dalam penggunaannya di bahasa Indonesia. Contoh: drama, museum, studio.
Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua unsur serapan mengikuti aturan-aturan ini. Beberapa unsur serapan memiliki penulisan khusus atau dianggap tetap dalam ejaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa kamus atau panduan resmi ejaan bahasa Indonesia yang terbaru untuk mengetahui penulisan yang tepat.

Kesimpulan

EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan merupakan pedoman penulisan untuk ejaan Bahasa Indonesia. Di dalam EYD membahas terkait penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda baca, penulisan pada unsur kata serapan, dan penulisan pada kata maupun partikel. Penulisan ejaan ini sangat penting digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Sedangkan karya tulis ilmiah itu sendiri merupakan sebuah karya yang ditulis dengan menggunakan kaidah kebahasaan yang sesuai dengan syarat penulisan dan aturan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia atau PUEBI serta EYD. Karya tulis ilmiah ini biasanya berisi tentang penemuan solusi dalam suatu permasalahan berdasarkan metode ilmiah. Karya tulis ilmiah ini di dalamnya menyangkut data dan fakta dari hasil penelitian si penulis.

Daftar Pustaka

https://repositori.kemdikbud.go.id/22711/1/MODUL%20BELAJAR%20MANDIRI_B.INDONESIA_2021.pdf#page=21 

https://ejaan.kemdikbud.go.id/

https://kumparan.com/berita-terkini/kaidah-bahasa-indonesia-dalam-penggunaan-ejaan-yang-baik-dan-benar-21u4ld5SxYm

https://student-activity.binus.ac.id/tfi/2021/07/pentingnya-penggunaan-eyd-dalam-penulisan-karya-tulis-ilmiah/

https://www.kompasiana.com/saidrasyiduinjkt6567/64a2465ce1a167408b249262/pengertian-contoh-dan-penulisan-unsur-serapan

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
pingkan permata sari

Mahasiswa prodi ilmu komputer Universitas muhammadiyah A.R Fachrudin

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler